Sabtu, 03 Maret 2018

Penderitaan Veirin si Amoy Menyedihkan 06

Aku sangat keletihan dan akhirnya kehilangan kesadaran diri. Aku hanya merasakan ada yang menarik rambutku dengan kasar lalu menendang tubuhku yang sudah terasa remuk. Berikutnya aku melihat Jen mengepel tubuhku yang penuh sperma dengan alat pengepel lantai.
Aku merasa terhina tubuhku dipel dengan kain pel untuk lantai, mereka menyiramku dengan air dari ember dan aku tersentak terbangun.
Aku mendapati diriku berada di lantai kamar mandi di salah satu ruangan. Jen memegang tongkat pengepel dan dari pintu tampak kak Sierra, Safira, Jessie, dan Zia masuk satu persatu.
“Adikku yang lacur…” ujar Sierra dengan nada mencemooh, “Sungguh prihatin dirimu diperkosa menggunakan sepatu….” Ujarnya. Kemudian ia mendekatiku dan memasukan heels sepatunya dengan sadis ke vaginaku. “Kamu murahan sekali ya….. ” ujarnya lagi.

Safira kemudian menarik putingku dan menyeretku berdiri, “Berdiri !” bentaknya. “Ayo kita pergi dari sini,” ujarnya sambal menggiringku. Kami berlima turun menggunakan lift kembali ke mobil. Aku kembali disimpan di dalam bagasi mobil.
Aku sangat bersyukur Karena aku dapat tidur dan beristirahat selama dalam bagasi mobil. Air mataku tidak bisa berhenti dan perasaanku sangat terasa galau mengingat apa yang terjadi dua hari belakangan.
Aku tertidur sejenak dan mendapati mobil berhenti mendadak. Aku membuka mataku dan tak lama kap bagasi dibuka. Seorang bouncer menarikku keluar. “Ah…siapa ?” ujarku ketakutan. Aku mengenali bouncer itu salah satu bouncer yang ada di club.
Dia menarik putting dada kananku keluar dari bagasi dengan kasar. Ia menarikku agak jauh dari mobil camry dan menyuntrungkanku ke tengah jalan. Aku melihat ada 3 mobil terparkir di satu sisi jalan. Aku sendiri telanjang di bawah sebuah jembatan di tengah jalan. Tidak ada kak Sierra dan Safira ataupun Zia dan Jessie yang terlihat. Hanya ada beberapa bouncer. Salah satu bouncer memegang handicam untuk merekamku. Dan aku melihat ada beberapa pemuda gelandangan yang memandang kami dengan heran di sisi satunya.
Kaca belakang pintu mobil Camry terbuka dan Jessie ada di sana. Disebelahnya duduk Zia yang tertawa cekikin. “Anjing…. Sini !” panggilnya.
Aku meghela nafas dan melangkah mendekati ke kaca jendela mobil. Baru dua langkah aku berjalan, Zia membentakku “Mana ada anjing berjalan dengan 2 kaki !”
Aku tersentak kaget, segera aku merangkak dan berjalan seperti anjing mendekati mobil Camry. “Anjing lacur hina ini menghadap nona,” ujarku merendahkan diri.
“Kamu udah kehilangan keperawanan dengan sepatu, sekarang giliran anus kamu yang kehilangan keperawanan. Anus kamu akan dilelang ke tuna wisma. Kita liat deh kamu bisa laku berapa.” Ujar Jessie mencemoohku.
“Jangan nona…. Ampun…. Jangan…. Jangan….. mohon belas kasihan… hamba akan menjadi budak yang menurut…. Hamba akan lakukan apapun…”
“Iya kamu akan menurut dan pasrah diperkosa oleh para tuna wisma !” bentak Jessie.

Seorang bouncer botak kemudian mengikatkan tali kekang ke collarku. Kemudian menarikku. Ketika aku hendak berdiri Jessie membentakku sehingga aku kembali merangkak dan ditarik seperti anjing menyeberang jalan yang sepi di kolong jembatan. Beberapa pemuda dan ada juga perempuan muda yang melihatku dan para bouncer mendekat mulai mengamati gerak gerik kami.

“Malam, hanya mau bertanya. Adakah dari kalian yang ingin memperkosa anjing cina kafir ini ? Dia melakukan kesalahan dan sekarang sedang menjalani hukumannya. Semua yang ikut berbagian dalam pelelangan ini boleh memperkosanya. Penawar paling tinggi akan memerawani anusnya yang belum pernah diperkosa. Tenang saja, kami sudah membersihkan anusnya. Silahkan kalian boleh mulai memasang harga lelang kalian, tim saya akan mencatat. Angkat tangan, sebutkan nama dan angkanya. Kita mulai dari 100 rupiah !” ujar si Bouncer botak yang memegang tali kekangku.
“ Ahmed 200 !”
“Doni 300 !”
“Ujang 500 !”
“Doni 800 !” ujar Doni lagi tak mau kalah.
“Bayu 1200”
Mereka bergantian menaikan harga sedikit demi sedikit. Seratus perak demi seratus perak, kadang 500 perak. Aku semakin merasa harga diriku yang semakin tidak ada harganya. Aku mengamati dan menghitung. Ada 8 pria dan 3 wanita yang ada di sana. Para wanita tidak ikut menawar, mereka hanya memperhatikan saja.
“Tomi goceng !” ujar seseorang menaikan hargaku lagi mengalahklan penawaran Solihin di harga 4900 rupiah.
“Ini harga udah goceng, barangnya kayak gimana aja blom keliatan jelas !” ujar salah satu tuna wisma itu. Yang lain ikut membenarkan.
Bouncer botak menyuruhku berdiri dengan dua kaki dan melipat kedua tanganku di punggung serta membusungkan dadaku. Ia merapikan rambutku, menyisirnya sedikit agar wajahku terlihat lebih cantik. Kemudian ia meminta mobil Camry berisi kak Sierra, Safira, Jessie, dan Zia untuk mendekat dan menggunakan lampu mobil untuk memamerkan kemolekan tubuhku.

Baiklah, kita akan final bid. Masing,masing ke depan dan pegang serta tulis harga tawaran kalian di kertas yang kami siapkan. Yang tertinggi akan langsung mendapatkan anus perawan dan boleh memperkosanya di vagina dan mulutnya juga satu kali sebelum yang lain secara bergilir boleh menikmatinya bergantian. Setuju ?”

Aku hanya menarik nafas pasrah, kini harga diriku benar-benar sudah hancur berkeping-keping. Rasanya seminggu yang lalu aku masih hidup dalam gelimang kemewahan, berpakaian seksi untuk kesenangan dan menjadi pusat perhatian dari para cowok yang bisa kupermainkan dan kumanfaatkan. Kini aku memang menjadi pusat perhatian juga tapi dengan cara yang memalukan. Bukan lagi sebagai bunga yang tak tersentuh, melainkan seperti barang obralan murahan yang dimanfaatkan sesukanya. Apakah memang takdirku seumur hidup akan terus disiksa dan dipermainkan oleh kak Sierra, Safira, Jessie, dan Zia ? Apakah ini hukumanku karena selama ini aku hidup dalam gelimang kemewahan ? Tapi kak Sierra dan Safira juga selama ini hidup dalam kemewahan yang sama denganku. Kenapa hanya aku yang harus disiksa dan direndahkan seperti ini ?

Dalam sekejap saja para tunawisma mendekat dan memainkan tubuhku. Bau mereka cukup menyengat karena mereka mungkin belum mandi beberapa hari. Tangan dan kulit mereka kasar dan tampak sedikit lengket karena keringat ataupun yang lainnya. Dadaku mereka pegang-pegang dan ada juga yang mencubit putingku dan memelintirnya, aku hanya pasrah berdiam merasakan rasa sakitnya dan malunya. Beberapa menampar payudaraku juga untuk merasakan kekenyalannya. Beberapa bahkan mencium bibirku.
Wah cina amoi beneran”
cantik banget ya”
kulitnya ada bekas merah-merah kayak abis dipukuli, tapi sisanya oke banget nih.”
Amoi ABG ini ! Kalah taruhan ga bisa bayar kali”
Ato emang gatel aja !”
kamu suka diginiin ?”
Kamu gak lapor polisi kan nanti ?”

Dia ini hanya budak, lakukan apa yang kalian suka terhadapnya. Dia hanya boleh menurut untuk kesenangan tuan-tuan sekalian.” ujar Bouncer botak. “Iyakan ?” tanyanya padaku.

Saya Veirin Halim hanyalah budak, lakukan apa yang tuan suka terhadap saya. Saya hanya boleh menurut untuk kesenangan tuan-tuan.” ujarku mengerti apa maksud dari kata-kata bouncer Botak itu. Rasanya sangat terhina dan sedih sekali saat aku mengatakannya. Air mataku langsung turun di pipi merasakan kehinaan dan penderitaan ini.

Sudah puas ? Ayo tuliskan tawaran kalian di kertas yang dibagikan !” ujar salah seorang bouncer lain yang membagikan kertas kecil dan bolpoint. Mereka menulsikan nama mereka dan tawaran mereka di sana kemudian mengumpulkannya lagi.

Beberapa Bouncer berkumpul dan segera menghitung siapa yang berhak mendapatkan anusku untuk diperkosa.
“Yang namanya dipanggil, silahkan bawa lonte ini dan perkosa ketiga lubangnya. Tuan Gugun dengan penawaran Sembilan ribu enam ratus rupiah !” Suara gemuruh kecewa terdengar dan muncul Gugun, seorang pria tua yang giginya sudah ompong, pakaiannya compang camping sama seperti yang lainnya. Rambutnya sudah putih dan wajahnya tampak tua. Bouncer botak melepaskan tali kekangku dari collar dan mendorongku ke arah Gugun. “Tarik putingnya !” ujar si Bouncer. Gugun dengan segera menarik putingku dan menariknya ke sisi, ia menyuruhku berlutut dan melorotkan celananya. “Oral aku cina !” ujarnya kasar. Dari matanya aku melihat ada sosok kebencian yang amat sangat padaku. Aku tidak tahu kenapa tapi aku menjadi sangat ketakutan. Dengan segera aku memegang kemaluannya dan mengocoknya dengan tanganku sebelum dengan ragu-ragu aku mendekatkan wajahku menuju kemaluannya. Bau menyengat menghunus ke hidungku. Aku mengerenjit sejenak tapi aku takut menyinggungnya sehingga kupaksakan lidahku menjulur dan menjilati kemaluan pria tua itu. Rasa asin dan anyir menyiksaku, belum lagi tak lama ia menyodok mulutku sampai dalam sehingga aku hampir muntah. Aku segera memainkan lidahku untuk menyenangkannya. Berharap semua ini cepat selesai dan aku dapat istirahat.

“Perek, gimana rasa kontol gw ?”
Aku tahu bahwa aku harus membuatnya bahagia atau dia akan membuat pemerkosaan vagina dan anusku menjadi neraka. “Sungguh lonte cina lacur ini merasa sangat terhormat dapat memuja kontol agung tuan.”

“Lu kesenengan kan diginiin ? Dasar murahan”
“Iya… tuan….. mmmph…...mmmph……….hamba sungguh tidak pantas mendapatkannya……..” ujarku disela-sela emutanku terhadap kemaluannya.

Tidak lama dia meracau kenikmatan menyebutku anjing, lacur perek, cina, dan kata-kata sumpah serapah lainnya sebelum air maninya muncrat didalam mulutku. Terbiasa dipaksa meminum sperma kedua supirku aku langsung berusaha menelan spermanya juga. “Wah u doyan sperma ya perek ! Bener-bener rendahan lu !” ujar Gugun mengejekku. Sekarang giliran anus u ! sana nungging !” perintahnya. Aku sungguh ketakutan kali ini. Aku sudah dengar bahwa diperkosa di anus jauh lebih sakit daripada di vagina.

“Aaargh….” aku menjerit merasakan anusku dihunus secara kasar oleh Gugun. Tidak ada rasa enak sama sekali ketika penisnya menembus lubang anusku. Aku menjerit memohon agar penis gugun dikeluarkan “Sakit….sakit….sakit…. Tolong keluarkan…. Tolong keluarkan…. Tolong….. ampun…. Ampun…. Aku akan layani tuan tapi mohon jangan diteruskan….” aku terus memohon dan meracau walau tidak ada yang menghiraukanku. Gugun sendiri keasyikan memompa anusku smeentara kedua tangannya memainkan buah dadaku dan menarik putingku dengan kasar menambahkan penderitaanku.

Aku menjerit-jerit kesakitan hingga akhirnya aku merasakan sperma meleleh di anusku.
Gugun tampak puas.

“Eh cina, lu dah dibayar buat 3 lobang. Sana selesaiin kewajiban u.” si bouncer memerintahkanku.

“Tuan Gugun silahkan gunakan vagina saya” ujarku pelan dengan malu.
“Gak mau ah gw capek. Lunya keenakan ntar !”
“Tuan,” ujarku memanggil Bouncer, “Tuan Gugun menolak menggunakan saya.”
“Kalo dia gak mau ya rayu donk, rendahin diri u sampe tuan gugun mau pake memek perek kayak lu. Lu dah dibayar, tau diri donk. Malu kita semua dah dibayar tapi u kasih servis dikorupsi !” ujarnya sambil menampar-nampar pipiku beberapa kali. Kemudian ia meludahiku. “cuih. Kerja yang bener !” Dengan menelan harga diri yang sudah tidak ada lagi ini aku berjongkok mengankang, menyimpan kedua tanganku dibelakang kepala dan menjulurkan lidahku seperti anjing untuk merendahkan diriku. “Saya Veirin si pelacur paling hina memohon tuan Gugun untuk menggunakan vagina saya karena saya sudah dibayar lunas. Saya tidak boleh mendapatkan gratifikasi, mohon tuan gugun berbaik hati menggunakan saya semestinya. Saya akan memberikan servis yang terbaik. ”

“Kalo gw gak mau, lu mau apa ?” tanya gugun
“Tolong perintahkan hamba menggunakan apapun di memek ini supaya bayaran hamba lunas kepada tuan.”
“Ya udah lu masukin aja apa aja dari tong sampah situ buat muasin meki lu. Toh udah gw bayar ini.” ujarnya menunjukan sebuah tong sampah di ujung jalan. Mendengarnya aku sangat shock.
“cepet lu ngerangkak ke sana, cari aja benda apapun di sana buat u masukin memek lu !” ujar tuan Gugun kasar. Aku langsung menangis sejadi-jadinya, tidak bisa menerima kenyataan yang terlalu hina ini.
“Lakuin !” ujar Bouncer sambil kakinya mendorong pantatku “Sana ngerangkak, cari sampah buat dimasukin ke memek lu.”

“Eh ! Gw protes, gw giliran berikutnya ! Gw mau pake memeknya ! Nanti aja trakhir !” ujar seorang gelandangan. Gelandangan yang lain juga segera ikut memprotes karena mereka akan menggunakanku juga. Akhirnya tuan Gugun akhirnya mau menggunakanku asal nanti aku terakhir diperkosa sampah sebelum aku dilepaskan. Maka dilanjutkanlah pemerkosaanku. Tuan Gugun langsung memperkosaku vaginaku.


“Baru 1” ujar Bouncer botak tersenyum jahat padaku yang terduduk di lantai beraspal. “Masih ada 7 lagi yang akan menggunakanmu.”

“ampuni saya tuan…. Ampuni…. Jangan….jangan….” ujarku
“Kedua, Doni ! Delapan ribu rupiah, silahkan memulainya. Ayo layani tuan Doni.” ujar Boncer botak itu. “Cepet minta diperkosa layaknya pecun paling murahan,” uajrnya sambil memelintir putingku.

“Aaa….aa,….. Saya Veirin si pelacur siap melayani anda tuan Doni.” Akhirnya bouncer segera melepaskan tangannya dari putingku. Aku segera berbalik dan memberikan sujudku pada tuan Doni. “Terima kasih telah rela membuang uang tuan yang begitu berharga untuk pecun yang tidak ada harganya ini…. Mohon tuan gunakan saya sepuas tuan agar saya pantas mendapatkan nilai dari uang tuan yang begitu banyak….”

Segera saja nama berikutnya dibacakan dan ritual perkosaan di ketiga lubangku berlanjut…. Satu demi satu….. aku berusaha untuk melawan tapi aku terlalu letih sehingga aku memutuskan untuk diam dan menerima saja apapun perlakuan mereka. Setelah Doni memperkosa ketiga lubangku, maka orang ke3, orang ke4, dan orang kelima bersamaan memperkosaku karena suasana diatas jembatan sudah semakin ramai. Memang hanya ada 1-2 mobil yang melintas dibawah jembatan dan mereka segera pergi melihat bouncer-bouncer yang berpakaian seperti yakuza, tapi para bouncer mulai memburu-buru situasi karena takut terjadi masalah. Orang ke 6,7,8 juga kemudian bersamaan memperkosaku sama seperti orang ke 3,4,5. Mereka masing-masing memperkosa satu lubangku dan bergiliran rotasi.

Setelah ke delapan orang tuna wisma itu selesai memperkosaku, mereka tampak puas sementara aku terbaring di aspal, penuh bermandikan sperma. Baik mulut, dan anusku. Beberapa motor dan hiruk pikuk ibu kota sudah mulai terdengar dari atas jembatan. Jalan dibawah jembatan ini memang termasuk sepi dan baru akan ramai sekitar setengah jam lagi.

Aku sudah pasrah di aspal terkapar. Jikalau para bouncer ini tidak membantuku untuk kembali ke mobil, aku rasa aku akan tetap terbaring di sana karena aku sudah sangat keletihan. Akhirnya semua ini…..


Terdenger suara gonggongan,
Aku tersentak kaget. Kulihat salah satu pintu mobil terbuka dan seekor anjing golden, atau tepatnya anjing yang sebelumnya aku kulum ada di sana, turun dari mobil dituntun seorang bouncer berambut kriwil. Anjing itu dituntun mendekatiku dan diperintahkan untuk kencing. Anjing itu mengangkat kaki belakangnya dan mengencingi aku yang tergeletak di aspal.

Para bouncer merekam kejadian itu dengan ponsel mereka dan suara tawa terdengar. Para gelandangan juga ikut bersorak. Setelahnya Bouncer botak menarik rambutku dengan kasar agar wajahku mendekat kepada penis anjing yang sudah berhenti kencing. “Puasin dulu majikan lu baru kita bawa lu pulang.” ujar Bouncer itu.

Terdenagr suara riuh ramai para tunawisa semangat melihatku untuk melakukan aksi penuh hina itu. Aku yang sudah sangat keletiham tersiksa, kesakitan dan terhina hanya bisa menangis. Aku mendekat, aroma pesing dari kencing anjing sepertinya masih tersisa di penis merah anjing itu. Aku menutup mataku, membuka lebar mulutku selebar yang aku bisa dan satu dorongan kasar di belakang kepalaku segera membuat mulutku kemasukan penis si anjing. Aku segera merasakan harga diriku seperti sangat terhina. Tubuhku baru saja dikencingi oleh anjing dan aku sekarang menservis oral sex kepada anjing. Entah apakah ada wanita yang lebih rendah dariku saat itu. Aku hanya menangis dan menerima nasib. Aku memajukan dan memainkan lidahku untuk menservis anjing itu.

Tiba-tiba aku merasakan ada yang memasuki lubang vaginaku, kulihat tuan gugun menggunakan sarung tangan plastik memasukan jagung yang sudah sisa dari tempat sampah untuk memperkosa vaginaku. Tambah rendahlah sudah harga diriku pagi itu. Sejak saat itu aku tahu bahwa aku tidak akan bisa menikah lagi, aku akan terkena penyakit di usia muda dan mati menggenaskan dalam HIV atau penyakit lainnya. Aku menangis sejadi-jadinya dan aku tahu bahwa ini barulah awal mula dari kekejaman kak Sierra dan adikku Safira.

Ketika aku orgasme diperkosa sampah jagung, akhirnya aku tidak sadarkan diriku lagi dan yang kuingat adalah, bagasi mobil terbuka lalu bi Ani menarik putingku keluar dari mobil untuk memulai pendertiaaan selanjutnya.

“Ih Bau gini ! Kamu bener-bener kayak sampah !” ujar bi Ani.

4 komentar:

  1. Komentar ini telah dihapus oleh pengarang.

    BalasHapus
  2. Balasan
    1. Maaf tuan, perek hina ini belum sempat menulis lagi untuk melanjutkan kisah penderitaan Veirin ataupun tulisan lainnya.

      Hapus
  3. Komentar ini telah dihapus oleh pengarang.

    BalasHapus

17 August 2024

Pendahuluan : Budak ini diperintahkan oleh master untuk mengupdate blog "Budak harus memohon maaf ke warga Indonesia lain di blog bud...