Aku sangat keletihan dan
akhirnya kehilangan kesadaran diri. Aku hanya merasakan ada yang
menarik rambutku dengan kasar lalu menendang tubuhku yang sudah
terasa remuk. Berikutnya aku melihat Jen mengepel tubuhku yang penuh
sperma dengan alat pengepel lantai.
Aku merasa terhina tubuhku
dipel dengan kain pel untuk lantai, mereka menyiramku dengan air dari
ember dan aku tersentak terbangun.
Aku mendapati diriku berada
di lantai kamar mandi di salah satu ruangan. Jen memegang tongkat
pengepel dan dari pintu tampak kak Sierra, Safira, Jessie, dan Zia
masuk satu persatu.
“Adikku yang lacur…”
ujar Sierra dengan nada mencemooh, “Sungguh prihatin dirimu
diperkosa menggunakan sepatu….” Ujarnya. Kemudian ia mendekatiku
dan memasukan heels sepatunya dengan sadis ke vaginaku. “Kamu
murahan sekali ya….. ” ujarnya lagi.
Safira kemudian menarik
putingku dan menyeretku berdiri, “Berdiri !” bentaknya. “Ayo
kita pergi dari sini,” ujarnya sambal menggiringku. Kami berlima
turun menggunakan lift kembali ke mobil. Aku kembali disimpan di
dalam bagasi mobil.
Aku sangat bersyukur Karena
aku dapat tidur dan beristirahat selama dalam bagasi mobil. Air
mataku tidak bisa berhenti dan perasaanku sangat terasa galau
mengingat apa yang terjadi dua hari belakangan.
Aku tertidur sejenak dan
mendapati mobil berhenti mendadak. Aku membuka mataku dan tak lama
kap bagasi dibuka. Seorang bouncer menarikku keluar. “Ah…siapa
?” ujarku ketakutan. Aku mengenali bouncer itu salah satu bouncer
yang ada di club.
Dia menarik putting dada
kananku keluar dari bagasi dengan kasar. Ia menarikku agak jauh dari
mobil camry dan menyuntrungkanku ke tengah jalan. Aku melihat ada 3
mobil terparkir di satu sisi jalan. Aku sendiri telanjang di bawah
sebuah jembatan di tengah jalan. Tidak ada kak Sierra dan Safira
ataupun Zia dan Jessie yang terlihat. Hanya ada beberapa bouncer.
Salah satu bouncer memegang handicam untuk merekamku. Dan aku melihat
ada beberapa pemuda gelandangan yang memandang kami dengan heran di
sisi satunya.
Kaca belakang pintu mobil
Camry terbuka dan Jessie ada di sana. Disebelahnya duduk Zia yang
tertawa cekikin. “Anjing…. Sini !” panggilnya.
Aku meghela nafas dan
melangkah mendekati ke kaca jendela mobil. Baru dua langkah aku
berjalan, Zia membentakku “Mana ada anjing berjalan dengan 2 kaki
!”
Aku tersentak kaget, segera
aku merangkak dan berjalan seperti anjing mendekati mobil Camry.
“Anjing lacur hina ini menghadap nona,” ujarku merendahkan diri.
“Kamu udah kehilangan
keperawanan dengan sepatu, sekarang giliran anus kamu yang kehilangan
keperawanan. Anus kamu akan dilelang ke tuna wisma. Kita liat deh
kamu bisa laku berapa.” Ujar Jessie mencemoohku.
“Jangan nona…. Ampun….
Jangan…. Jangan….. mohon belas kasihan… hamba akan menjadi
budak yang menurut…. Hamba akan lakukan apapun…”
“Iya kamu akan menurut dan
pasrah diperkosa oleh para tuna wisma !” bentak Jessie.
Seorang bouncer botak
kemudian mengikatkan tali kekang ke collarku. Kemudian menarikku.
Ketika aku hendak berdiri Jessie membentakku sehingga aku kembali
merangkak dan ditarik seperti anjing menyeberang jalan yang sepi di
kolong jembatan. Beberapa pemuda dan ada juga perempuan muda yang
melihatku dan para bouncer mendekat mulai mengamati gerak gerik kami.
“Malam, hanya mau bertanya.
Adakah dari kalian yang ingin memperkosa anjing cina kafir ini ? Dia
melakukan kesalahan dan sekarang sedang menjalani hukumannya. Semua
yang ikut berbagian dalam pelelangan ini boleh memperkosanya. Penawar
paling tinggi akan memerawani anusnya yang belum pernah diperkosa.
Tenang saja, kami sudah membersihkan anusnya. Silahkan kalian boleh
mulai memasang harga lelang kalian, tim saya akan mencatat. Angkat
tangan, sebutkan nama dan angkanya. Kita mulai dari 100 rupiah !”
ujar si Bouncer botak yang memegang tali kekangku.
“ Ahmed 200 !”
“Doni 300 !”
“Ujang 500 !”
“Doni 800 !” ujar Doni
lagi tak mau kalah.
“Bayu 1200”
…
Mereka bergantian menaikan
harga sedikit demi sedikit. Seratus perak demi seratus perak, kadang
500 perak. Aku semakin merasa harga diriku yang semakin tidak ada
harganya. Aku mengamati dan menghitung. Ada 8 pria dan 3 wanita yang
ada di sana. Para wanita tidak ikut menawar, mereka hanya
memperhatikan saja.
…
“Tomi goceng !” ujar
seseorang menaikan hargaku lagi mengalahklan penawaran Solihin di
harga 4900 rupiah.
“Ini harga udah goceng,
barangnya kayak gimana aja blom keliatan jelas !” ujar salah satu
tuna wisma itu. Yang lain ikut membenarkan.
Bouncer botak menyuruhku
berdiri dengan dua kaki dan melipat kedua tanganku di punggung serta
membusungkan dadaku. Ia merapikan rambutku, menyisirnya sedikit agar
wajahku terlihat lebih cantik. Kemudian ia meminta mobil Camry berisi
kak Sierra, Safira, Jessie, dan Zia untuk mendekat dan menggunakan
lampu mobil untuk memamerkan kemolekan tubuhku.
“Baiklah, kita akan final
bid. Masing,masing ke depan dan pegang serta tulis harga tawaran
kalian di kertas yang kami siapkan. Yang tertinggi akan langsung
mendapatkan anus perawan dan boleh memperkosanya di vagina dan
mulutnya juga satu kali sebelum yang lain secara bergilir boleh
menikmatinya bergantian. Setuju ?”
Aku hanya menarik nafas
pasrah, kini harga diriku benar-benar sudah hancur berkeping-keping.
Rasanya seminggu yang lalu aku masih hidup dalam gelimang kemewahan,
berpakaian seksi untuk kesenangan dan menjadi pusat perhatian dari
para cowok yang bisa kupermainkan dan kumanfaatkan. Kini aku memang
menjadi pusat perhatian juga tapi dengan cara yang memalukan. Bukan
lagi sebagai bunga yang tak tersentuh, melainkan seperti barang
obralan murahan yang dimanfaatkan sesukanya. Apakah memang takdirku
seumur hidup akan terus disiksa dan dipermainkan oleh kak Sierra,
Safira, Jessie, dan Zia ? Apakah ini hukumanku karena selama ini aku
hidup dalam gelimang kemewahan ? Tapi kak Sierra dan Safira juga
selama ini hidup dalam kemewahan yang sama denganku. Kenapa hanya aku
yang harus disiksa dan direndahkan seperti ini ?
Dalam sekejap saja para
tunawisma mendekat dan memainkan tubuhku. Bau mereka cukup menyengat
karena mereka mungkin belum mandi beberapa hari. Tangan dan kulit
mereka kasar dan tampak sedikit lengket karena keringat ataupun yang
lainnya. Dadaku mereka pegang-pegang dan ada juga yang mencubit
putingku dan memelintirnya, aku hanya pasrah berdiam merasakan rasa
sakitnya dan malunya. Beberapa menampar payudaraku juga untuk
merasakan kekenyalannya. Beberapa bahkan mencium bibirku.
“Wah cina amoi beneran”
“cantik banget ya”
“kulitnya ada bekas
merah-merah kayak abis dipukuli, tapi sisanya oke banget nih.”
“Amoi ABG ini ! Kalah
taruhan ga bisa bayar kali”
“Ato emang gatel aja !”
“kamu suka diginiin ?”
“Kamu gak lapor polisi kan
nanti ?”
“Dia ini hanya budak,
lakukan apa yang kalian suka terhadapnya. Dia hanya boleh menurut
untuk kesenangan tuan-tuan sekalian.” ujar Bouncer botak. “Iyakan
?” tanyanya padaku.
“Saya Veirin Halim hanyalah
budak, lakukan apa yang tuan suka terhadap saya. Saya hanya boleh
menurut untuk kesenangan tuan-tuan.” ujarku mengerti apa maksud
dari kata-kata bouncer Botak itu. Rasanya sangat terhina dan sedih
sekali saat aku mengatakannya. Air mataku langsung turun di pipi
merasakan kehinaan dan penderitaan ini.
“Sudah puas ? Ayo tuliskan
tawaran kalian di kertas yang dibagikan !” ujar salah seorang
bouncer lain yang membagikan kertas kecil dan bolpoint. Mereka
menulsikan nama mereka dan tawaran mereka di sana kemudian
mengumpulkannya lagi.
Beberapa Bouncer berkumpul dan segera menghitung siapa yang berhak
mendapatkan anusku untuk diperkosa.
“Yang namanya dipanggil, silahkan bawa lonte ini dan perkosa ketiga
lubangnya. Tuan Gugun dengan penawaran Sembilan ribu enam ratus
rupiah !” Suara gemuruh kecewa terdengar dan muncul Gugun, seorang
pria tua yang giginya sudah ompong, pakaiannya compang camping sama
seperti yang lainnya. Rambutnya sudah putih dan wajahnya tampak tua.
Bouncer botak melepaskan tali kekangku dari collar dan mendorongku ke
arah Gugun. “Tarik putingnya !” ujar si Bouncer. Gugun dengan
segera menarik putingku dan menariknya ke sisi, ia menyuruhku
berlutut dan melorotkan celananya. “Oral aku cina !” ujarnya
kasar. Dari matanya aku melihat ada sosok kebencian yang amat sangat
padaku. Aku tidak tahu kenapa tapi aku menjadi sangat ketakutan.
Dengan segera aku memegang kemaluannya dan mengocoknya dengan
tanganku sebelum dengan ragu-ragu aku mendekatkan wajahku menuju
kemaluannya. Bau menyengat menghunus ke hidungku. Aku mengerenjit
sejenak tapi aku takut menyinggungnya sehingga kupaksakan lidahku
menjulur dan menjilati kemaluan pria tua itu. Rasa asin dan anyir
menyiksaku, belum lagi tak lama ia menyodok mulutku sampai dalam
sehingga aku hampir muntah. Aku segera memainkan lidahku untuk
menyenangkannya. Berharap semua ini cepat selesai dan aku dapat
istirahat.
“Perek, gimana rasa kontol gw ?”
Aku tahu bahwa aku harus membuatnya bahagia atau dia akan membuat
pemerkosaan vagina dan anusku menjadi neraka. “Sungguh lonte cina
lacur ini merasa sangat terhormat dapat memuja kontol agung tuan.”
“Lu kesenengan kan diginiin ? Dasar murahan”
“Iya… tuan….. mmmph…...mmmph……….hamba sungguh tidak
pantas mendapatkannya……..” ujarku disela-sela emutanku terhadap
kemaluannya.
Tidak lama dia meracau kenikmatan menyebutku anjing, lacur perek,
cina, dan kata-kata sumpah serapah lainnya sebelum air maninya
muncrat didalam mulutku. Terbiasa dipaksa meminum sperma kedua
supirku aku langsung berusaha menelan spermanya juga. “Wah u doyan
sperma ya perek ! Bener-bener rendahan lu !” ujar Gugun mengejekku.
Sekarang giliran anus u ! sana nungging !” perintahnya. Aku sungguh
ketakutan kali ini. Aku sudah dengar bahwa diperkosa di anus jauh
lebih sakit daripada di vagina.
“Aaargh….” aku menjerit merasakan anusku dihunus secara kasar
oleh Gugun. Tidak ada rasa enak sama sekali ketika penisnya menembus
lubang anusku. Aku menjerit memohon agar penis gugun dikeluarkan
“Sakit….sakit….sakit…. Tolong keluarkan…. Tolong
keluarkan…. Tolong….. ampun…. Ampun…. Aku akan layani tuan
tapi mohon jangan diteruskan….” aku terus memohon dan meracau
walau tidak ada yang menghiraukanku. Gugun sendiri keasyikan memompa
anusku smeentara kedua tangannya memainkan buah dadaku dan menarik
putingku dengan kasar menambahkan penderitaanku.
Aku menjerit-jerit kesakitan hingga akhirnya aku merasakan sperma
meleleh di anusku.
Gugun tampak puas.
“Eh cina, lu dah dibayar buat 3 lobang. Sana selesaiin kewajiban
u.” si bouncer memerintahkanku.
“Tuan Gugun silahkan gunakan vagina saya” ujarku pelan dengan
malu.
“Gak mau ah gw capek. Lunya keenakan ntar !”
“Tuan,” ujarku memanggil Bouncer, “Tuan Gugun menolak
menggunakan saya.”
“Kalo dia gak mau ya rayu donk, rendahin diri u sampe tuan gugun
mau pake memek perek kayak lu. Lu dah dibayar, tau diri donk. Malu
kita semua dah dibayar tapi u kasih servis dikorupsi !” ujarnya
sambil menampar-nampar pipiku beberapa kali. Kemudian ia meludahiku.
“cuih. Kerja yang bener !” Dengan menelan harga diri yang sudah
tidak ada lagi ini aku berjongkok mengankang, menyimpan kedua
tanganku dibelakang kepala dan menjulurkan lidahku seperti anjing
untuk merendahkan diriku. “Saya Veirin si pelacur paling hina
memohon tuan Gugun untuk menggunakan vagina saya karena saya sudah
dibayar lunas. Saya tidak boleh mendapatkan gratifikasi, mohon tuan
gugun berbaik hati menggunakan saya semestinya. Saya akan memberikan
servis yang terbaik. ”
“Kalo gw gak mau, lu mau apa ?” tanya gugun
“Tolong perintahkan hamba menggunakan apapun di memek ini supaya
bayaran hamba lunas kepada tuan.”
“Ya udah lu masukin aja apa aja dari tong sampah situ buat muasin
meki lu. Toh udah gw bayar ini.” ujarnya menunjukan sebuah tong
sampah di ujung jalan. Mendengarnya aku sangat shock.
“cepet lu ngerangkak ke sana, cari aja benda apapun di sana buat u
masukin memek lu !” ujar tuan Gugun kasar. Aku langsung menangis
sejadi-jadinya, tidak bisa menerima kenyataan yang terlalu hina ini.
“Lakuin !” ujar Bouncer sambil kakinya mendorong pantatku “Sana
ngerangkak, cari sampah buat dimasukin ke memek lu.”
“Eh ! Gw protes, gw giliran berikutnya ! Gw mau pake memeknya !
Nanti aja trakhir !” ujar seorang gelandangan. Gelandangan yang
lain juga segera ikut memprotes karena mereka akan menggunakanku
juga. Akhirnya tuan Gugun akhirnya mau menggunakanku asal nanti aku
terakhir diperkosa sampah sebelum aku dilepaskan. Maka dilanjutkanlah
pemerkosaanku. Tuan Gugun langsung memperkosaku vaginaku.
“Baru 1” ujar Bouncer botak tersenyum jahat padaku yang terduduk
di lantai beraspal. “Masih ada 7 lagi yang akan menggunakanmu.”
“ampuni saya tuan…. Ampuni…. Jangan….jangan….” ujarku
“Kedua, Doni ! Delapan ribu rupiah, silahkan memulainya. Ayo layani
tuan Doni.” ujar Boncer botak itu. “Cepet minta diperkosa
layaknya pecun paling murahan,” uajrnya sambil memelintir putingku.
“Aaa….aa,….. Saya Veirin si pelacur siap melayani anda tuan
Doni.” Akhirnya bouncer segera melepaskan tangannya dari putingku.
Aku segera berbalik dan memberikan sujudku pada tuan Doni. “Terima
kasih telah rela membuang uang tuan yang begitu berharga untuk pecun
yang tidak ada harganya ini…. Mohon tuan gunakan saya sepuas tuan
agar saya pantas mendapatkan nilai dari uang tuan yang begitu
banyak….”
Segera saja nama berikutnya dibacakan dan ritual perkosaan di ketiga
lubangku berlanjut…. Satu demi satu….. aku berusaha untuk melawan
tapi aku terlalu letih sehingga aku memutuskan untuk diam dan
menerima saja apapun perlakuan mereka. Setelah Doni memperkosa ketiga
lubangku, maka orang ke3, orang ke4, dan orang kelima bersamaan
memperkosaku karena suasana diatas jembatan sudah semakin ramai.
Memang hanya ada 1-2 mobil yang melintas dibawah jembatan dan mereka
segera pergi melihat bouncer-bouncer yang berpakaian seperti yakuza,
tapi para bouncer mulai memburu-buru situasi karena takut terjadi
masalah. Orang ke 6,7,8 juga kemudian bersamaan memperkosaku sama
seperti orang ke 3,4,5. Mereka masing-masing memperkosa satu lubangku
dan bergiliran rotasi.
Setelah ke delapan orang tuna wisma itu selesai memperkosaku, mereka
tampak puas sementara aku terbaring di aspal, penuh bermandikan
sperma. Baik mulut, dan anusku. Beberapa motor dan hiruk pikuk ibu
kota sudah mulai terdengar dari atas jembatan. Jalan dibawah jembatan
ini memang termasuk sepi dan baru akan ramai sekitar setengah jam
lagi.
Aku sudah pasrah di aspal terkapar. Jikalau para bouncer ini tidak
membantuku untuk kembali ke mobil, aku rasa aku akan tetap terbaring
di sana karena aku sudah sangat keletihan. Akhirnya semua ini…..
Terdenger suara gonggongan,
Aku tersentak kaget. Kulihat salah satu pintu mobil terbuka dan
seekor anjing golden, atau tepatnya anjing yang sebelumnya aku kulum
ada di sana, turun dari mobil dituntun seorang bouncer berambut
kriwil. Anjing itu dituntun mendekatiku dan diperintahkan untuk
kencing. Anjing itu mengangkat kaki belakangnya dan mengencingi aku
yang tergeletak di aspal.
Para bouncer merekam kejadian itu dengan ponsel mereka dan suara tawa
terdengar. Para gelandangan juga ikut bersorak. Setelahnya Bouncer
botak menarik rambutku dengan kasar agar wajahku mendekat kepada
penis anjing yang sudah berhenti kencing. “Puasin dulu majikan lu
baru kita bawa lu pulang.” ujar Bouncer itu.
Terdenagr suara riuh ramai para tunawisa semangat melihatku untuk
melakukan aksi penuh hina itu. Aku yang sudah sangat keletiham
tersiksa, kesakitan dan terhina hanya bisa menangis. Aku mendekat,
aroma pesing dari kencing anjing sepertinya masih tersisa di penis
merah anjing itu. Aku menutup mataku, membuka lebar mulutku selebar
yang aku bisa dan satu dorongan kasar di belakang kepalaku segera
membuat mulutku kemasukan penis si anjing. Aku segera merasakan harga
diriku seperti sangat terhina. Tubuhku baru saja dikencingi oleh
anjing dan aku sekarang menservis oral sex kepada anjing. Entah
apakah ada wanita yang lebih rendah dariku saat itu. Aku hanya
menangis dan menerima nasib. Aku memajukan dan memainkan lidahku
untuk menservis anjing itu.
Tiba-tiba aku merasakan ada yang memasuki lubang vaginaku, kulihat
tuan gugun menggunakan sarung tangan plastik memasukan jagung yang
sudah sisa dari tempat sampah untuk memperkosa vaginaku. Tambah
rendahlah sudah harga diriku pagi itu. Sejak saat itu aku tahu bahwa
aku tidak akan bisa menikah lagi, aku akan terkena penyakit di usia
muda dan mati menggenaskan dalam HIV atau penyakit lainnya. Aku
menangis sejadi-jadinya dan aku tahu bahwa ini barulah awal mula dari
kekejaman kak Sierra dan adikku Safira.
Ketika aku orgasme diperkosa sampah jagung, akhirnya aku tidak
sadarkan diriku lagi dan yang kuingat adalah, bagasi mobil terbuka
lalu bi Ani menarik putingku keluar dari mobil untuk memulai
pendertiaaan selanjutnya.
“Ih Bau gini ! Kamu bener-bener kayak sampah !” ujar bi Ani.
Komentar ini telah dihapus oleh pengarang.
BalasHapusgaada post lagi nih?dasar perek
BalasHapusMaaf tuan, perek hina ini belum sempat menulis lagi untuk melanjutkan kisah penderitaan Veirin ataupun tulisan lainnya.
HapusKomentar ini telah dihapus oleh pengarang.
BalasHapus