Senin, 26 Maret 2018

Penderitaan Veirin si Amoy Menyedihkan 07

Chapter7:  Tuan yang Baru

“Ayo cepet turun !” bi Ani menarik putingku sambil menutup hidungnya degan tangan kirinya. Bi Ani menarikku dengan kasar keluar dari bagasi mobil dan menghempasku.
Dari pintu belakang kulihat para penyiksaku turun dengan santai. Zia, Safira, Jessie, dan kak Sierra dengan anggunnya turun. Mereka hanya melihatku dengan jijik sekaligus pandangan kasihan.

“Oi budak,” ujar kak Sierra sekenanya. “Kami akan mandi air panas dan beristirahat. Loe akan segera dimandikan dan cuci bersih mobil ini. Setelah itu bantu bi Ani membersihkan rumah...”
Aku sudah tidak bisa berkata apa-apa lagi. Seluruh tubuhku sakit dan letih. Aku ingin memohon untuk boleh beristirahat karena aku sangat capek, sakit, dan menyedihkan tapi aku tahu aku hanya akan semakin disiksa. Bi Ani langsung menyemprotku dengan selang pembersih mobil dan menyuruhku menyabuni diriku dengan sabun.

Sebuah mobil hitam lain masuk dan parkir di belakang camry kak Sierra. Pintu belakangnya terbuka dan anjing golden yang mengencingiku turun dari pintu belakang dibawa oleh seorang Bouncer.
“Oh aku lupa bilang, mulai hari ini tuanmu Brutus akan tinggal di kamarmu. Kamu akan sering melayani tuanmu yang kamu cintai Vei...” ejek kak Sierra.
“Setelah cuci mobil, mandikan tuanmu dan ajak dia untuk beristirahat ya di kamarmu” ejek Safira.
“Aku gak menyangka, primadona kita sekarang hidup lebih rendah dari anjing. Anjing ini akan tidur di kamarmu kak Vei. Dan kamu tidur di lantai sebagai peliharaaannya anjing. ” ujar Jessie tertawa dengan wajah bahagia.

Kemudian keempat gadis kejam itu masuk ke dalam rumah. Anjing golden bernama Brutus tetap diikat di samping keran dan dibiarkan menonton aku dimandikan. Sementara aku dimandikan degan kasar oleh bi Ani, brutus hanya melihatku dan dengan santai rebahan di lantai. Sehabis mandi, aku kemudian mencuci mobil dan berakhir dengan diperkosa kedua supirku di semua lubang. Kedua supirku yang dari beberapa hari sudah ingin menyetbuhiku langsung dengan beringasn menusukan penis mereka ke liang vaginaku yang masih terasa sangat perih dan sakit. Aku hanya bisa pasrah ketika mereka memperkosaku di teras rumah sehabis mencuci mobil. Aku diperkosa dalam kondisi berdiri, dan cairan peju dari vaginaku mengalir turun jatuh ke lantai.

“Nah kamu belum sarapan kan….” ujar Ikhsan. “Ayo jilat ini semua cairan peju yang turun dari vagina kamu di lantai. Ayo cepet diabisin jangan ada sisa”
Aku tidak tahu lagi aku akan direndahkan serendah apa. Aku hanya berlutut memandangi tetesan-tetesan sperma yang bercampur dengan cairanku di lantai. “Cepet Jilat anjing !” Somat mendorong kepalaku ke lantai agar aku menjilati tetesan-tetesan di lantai.
Aku hanya bisa menangis, menjilati harga diriku yang hancur lebur dan rendah. Air mataku tidak bisa berhenti mengalir. Diperkosa dan telanjang saja sudah sangat memalukan, kini aku harus jauh lebih rendah lagi.
“Cepet bersihkan !” bentak Ikhsan kasar.
Aku hanya pasrah menjilati semua cairan dan menelannya dan berusaha untuk tidak muntah. Setelah aku menjilati lantai, mereka kemudian mendorongku ke dekat Brutus.

“Mandikan tuanmu dan layani dia” ujar bi Ani mengambil alih penderitaanku.
Aku hanya pasrah dan hendak mengambil selang untuk memandikan Brutus. Tapi tiba-tiba sebuah gamparan mendarat di dadaku. “Kamu pikir dia budak kayak kamu mandi di sini pake air selang ?” bentak bi Ani. “bawa Brutus ke kamarmu, siapkan air hangat dan mandikan dia di sana. Kamu itu budak, dia itu tuanmu.”

Aku hanya menghela nafas menyadari bahwa kini anjing ini akan ada untuk terus menyiksaku.
“beri salam dulu pada tuanmu dengan mencium penisnya !” ujar bi Ani memelintir salah satu putingku.
Aku segera turun merangkak dan mencium penis anjing bernama Brutus. Setelah menciumi penis anjing itu, “Tuan ijinkan saya membawa anda dan melayani anda. ” Ujarku sambil menyembah anjing itu. Anjing itu hanya mengogong-gong dan menggerakan ekornya.
“Tuh Tuanmu sudah setuju, sana bawa dia dan mandiakn dia.” ujar bi Ani
Aku menggendong anjing itu ke kamarku lalu menyiapkan air panas dan memandikannya. Anjing itu tampak bahagia sementara aku yang keletihan hanya bisa melihat begitu nyamannya anjing itu. Setelah Brutus mandi, aku diminta memberikannya makanan.

“Eh kondom bekas,” ujar bi Ani padaku. “cepat beri tuanmu makan. Minta daging segar kepada Santi di dapur !”
“i-iya nyonya,” uajrku. Buru-buru aku berjalan ke dapur. Kulihat di dapur Santi sedang memasak. Ia melirikku dan melihatku dengan tatapan benci.
“Nona Santi,” ujarku segera berlutut dihadapan pembantuku. Aku menyembahnya sekali. “Bi Ani meminta kondom bekas ini meminta daging untuk tuan Brutus. ”
“Brutus ? Oh anjing itu…..” ujar Santi. “Oke tapi kamu harus mendapatkannya dengan usaha. ” ujarnya lagi. Aku tahu bahwa ia ingin menyiksa dan mepermalukanku agar aku mendapatkan daging untuk Brutus. Ia kemudian membuka freezer daging yang besar di ujung dapur. Kamu liat freezer ini udah lama gak dibersihkan. Kamu bersihkan ya setelah kamu bersihkan, kamu boleh ambil sepotong daging untuk majikanmu. Sana kerja.
“bagaimana cara saya membersihkannya nona Santi ?” tanyaku bingung.
“Aduh tuan putri tidak pernah membersihkan freezer ya. Saya lupa. Ini gunakan palu es batu ini lalu pukul bunga es disekililing freezer ini dan pindahkan bunga es dan serpihan es ini ke luar ruangan. Buang aja di halaman belakang.”
“Baik nona Santi, adakah ember yang bisa pelacur ini gunakan ?”
“Ember ?”
“iya untuk membawa bunga es dari freezer.”
“Tunggu sebentar…. Karena dingin aku akan ambilkan pakaian untukmu. Kamu mulai saja dengan merontokan es yang menempel di sisi dinding freezer” ujar Santi bergerak langsung menghilang dari dapur. Akupun segera menurut dan dalam keadaan telanjang menghantamkan palu kecil berwarna putih untuk merontokan es di dinding freezer. Udara dingin segera menyengatku dari dalam freezer yang tingginya seperutku. Yang sulit adalah merontokan freezer di bagian bawah karena aku harus membungkuk yang mengakibatkan payudarahku bergelantung bebas di wilayah dinginnya freezer.
Tak lama Santi kembali muncul memberikanku bra dan celana dalam. “Gunakan ini. Kamu akan memasukan bunga es ke dalam bra dan celana dalam ini lalu berlari ke luar dan membuangnya di luar sana. Aku mau kamu membuang es batunya di tempat paling ujung ! Mengerti budak ?”

“Mengerti nona,” ujarku pasrah. Aku tahu ini pasti akan sangat menyiksa dengan memasukan bunga-bunga es kedalam bra dan celana dalamku dan membawanya ke ruang rerumputan halaman belakang. Tapi aku hanyalah budak yang untuk disiksa, sudah seharusnya aku tersiksa menurut mereka. Jadi aku hanya menurut dan menggenakan bra dan celana dalam biru yang dibawakan kepadaku. Lalu aku mulai bekerja… memasukan bunga es ke dalam bra dan celana dalamku sangatlah menyiksa, rasa dinginnya langsung menusukku dan aku menjadi kedinginan dengan sangat cepat. Tapi aku tetap harus bekerja dan bekerja. Dalam lima menit saja aku menjadi sangat kedinginan dan mulai mengigil padahal belum banyak yang bunga es yang berpindah. Aku menyelesaikan pekerjaan melelahkan itu dalam waktu hampir 45 menit. Aku berakhir dengan kedinginan menggunakan bra dan celana dalam yang kini basah dengan bunga es. Aku mengigil kedingingan.
“Buka bra dan celana dalammu, peras dan gantungkan di belakang. Kemudian pel dulu dapur dan teras belakang yang kena rembesan bunga esmu. Gunakan lidah dan dadamu untuk mengepel. ”
“Baik nona Santi”

Setelah aku membereskan siksaanku maka aku diberikan daging untuk makan tuanku. Bi Ani menampar dadaku sepuluh kali karena aku lama dan memerintahkan aku berbaring di lantai. Ia menebarkan daging yang sudah tidak terlalu dingin di sekujur badanku dan membiarkan Brutus makan dengan aku sebagai piringnya.

Setelah brutus makan, ia naik ke kasur lamaku yang empuk da tertidur dengan nyenyaknya.

Sementara aku ? Aku Kembali disiksa para pembantu dengan mencuci dan menjemur pakaian. Seperti biasa, seluruh jepitan pakaian akan menempel ditubuhku sebelum menjepit pakaian di halaman belakang.
Setelah rutinitas mengerikan itu, aku akan membersihkan seluruh kamar mandi, menyikat semua WC, terkadang menggunakan buah dadaku sebagai ganti pel dan lap. Setelah selesai membersihkan toilet, para pembantu menyuruhku menjilati toilet di semua ruangan sebagai bukti aku sudah membersihkannya dengan baik, termasuk toilet jongkok mereka. Seringkali mereka memasukan wajahku ke dalam toilet bowl untuk di flush dan dihina “Tai kayak kamu memang cocoknya di flush di toilet. Ayo bilang kalo kamu tai.”
“Saya Veirin adalah kotoran yang pantas diflush setiap saaat. Terimakasih telah membenamkan kepala kotoran ini ke tempat pembuangan yang seharusnya” ujarku lirih. Mereka semua tertawa. “Kotoran apanya…. Bilang TAI… T…. A….I…..” ujar Santi kesal karena aku memperhalus.
“S-Saya Veirin adalah tai yang pantas diflush setiap saaat. Terimakasih telah membenamkan kepala tai ini ke tempat pembuangan yang seharusnya.”
Mereka semua tertawa dan tidak lupa mengirimkan video memalukan itu kepada kawan-kawan mereka.
Setelah rutinitas menjadi kotoran, mereka akan menggiringku untuk makan siang di halaman belakang, seperti anjing dengan tangan terikat di punggungku. Aku makan sisa-sia makanan saja.
Setelah makan aku harus mencuci semua piring dan mulai menyapu dan membersihkan rumah, memotong rumput belakang rumah dan segala macam perawatan lainnya.

Ketika sore menjelang, mereka memasangkan penjepit putting di kedua putingku yang terhubung dengan rantai. Kemudian mengikatkan rantai penyambungnya ke collar brutus. Mereka membiarkan brutus bermain di halaman belakang. Melempar bola agar anjing itu berlarian ke sana kemari sementara putingku terseret dan akhu harus berlari dibelakang brutus dengan tangan diikat dipunggung. Setiap Brutus berlari, kedua putingku rasanya akan copot karena ditarik dengan kasar tapi aku tidak bisa apa-apa.

Safira dan kak Sierra merekamku sambil menikmati buah-buahan sore dan teh manis mereka. Tentunya sore mereka semakin manis dengan memandang penderitaanku. Beberapa kali aku terjatuh, dan penjepit putingku lepas karena ditarik Brutus terlalu kencang. Setiap kali penjepit itu putus, mereka akan menampar buah dadaku masing-masing 3 kali sebelum menjepitkan penjepit putting lagi dan membiarkan aku tersiksa. Aku bahkan tidak bisa mengusap buah dadaku yang sudah terbrutalisasi oleh kekejaman mereka. Aku hanya bisa menangis, berlarian dan kesakitan menikmati penderitaanku selama 1 jam di sore itu.

Setelah kengerian bermain bersama Brutus aku kembali harus mandi sore di pekarangan depan dan kemudian bekerja di dapur mempersiapkan makan malam.

Setelah makan malam dihidangkan, termasuk hidangan untuk Brutus dan para pelayan, aku hanya diam menatap mereka makan dengan lahap. Aku berlutut dengan nampan berisi beras yang menjadi alas penyiksaku. Setelah mereka selesai makan, barulah aku makan sisa-sisa makanan mereka yang ditaburkan di lantai.

Setelah selesai makan malam menyedihkan dan diakhiri dengan aku membereskan semua cucian dapur. Aku menuju ke kamar lamaku. Brutus sudah naik ke tempat tidurku dan tertidur pulas. Kak Sierra dan kedua supirku kemudian menggantungku terbalik dengan kepala di bawah dan kaki di atas, seperti ikan tuna yang siap dibantai. Mereka telah memasang semacam pengait di kamarku sebelumnya dan posisiku tergantung 60-80 cm setidaknya dari lantai. Mereka mengukur agar ketika Ikhsan dan SOmat berdiri, posisi mulutku sejajara dengan selangkangan mereka.
“Aku gak mau dadamu cepat kendur karena gravitasi, karenanya setiap malam kamu akan tidur dengan posisi terbalik agar dadamu berbalik gravitasinya.” ujar Kak Sierra. Sebelum Kak Sierra meninggalkanku, Ikhsan dan Somat dengan senang hati memasukan penis mereka ke dalam mulutku dan memaksaku meminum sperma mereka. Aku hanya menurut dan tidak berani melawan karena aku sudah sangat keletihan. Kesadaranku sudah diambang batas. mataku telah berkunang-kunang sejak permainan brutal tadi subuh bersama para tuna wisma. Aku sudah tidak kuat lagi. Yang aku ingat, setelah beberapa cambukan dan tamparan, kak Sierra menempelkan raket listrik dan menyetrumku hingga aku pingsan.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

17 August 2024

Pendahuluan : Budak ini diperintahkan oleh master untuk mengupdate blog "Budak harus memohon maaf ke warga Indonesia lain di blog bud...