Chapter4: Pekerjaan
Safira membuka bagasi dan
menarikku keluar dari bagasi dengan kasar.
"Oh kalian sudah pulang
?" ujar Sierra ketika Vei menarik putingku memasuki ruang
tengah. Sierra menggunakan gaun malam cantik berwarna hitam. Ia duduk
sambil membaca sesuatu di iPadnya. Berbeda sekali denganku yang
memakai pakaian sabrina yang kini tak menutupi dadaku sama sekali
karena diangkat oleh Safira guna meanrik puting kananku. Tanganku
kusilangkan dibelakang, dan sebuah kresek belanjaan bergantung di
pergelangan tanganku. Isinya ? tentu saja si raket penyetrum.
"Iya Kak," ujar
Safira santai. "Vei tunjukan apa yang sudah kita beli !"
ujarnya antusias dengan suara sok imutnya. Ia segera melilitkan
puting kananku sebelum melepasnya membuatku berteriak kesakitan.
"Hamba mengerti, nona"
ujarku sambil mengaduh, tapi aku tidak berani membelai putingku yang
malang walau aku sangat ingin membelainya karena terasa begitu perih.
Aku menarik nafas dan menghelanya merasakan kepedihan yang sebentar
lagi akan menyiksa dadaku. Aku mengeluarkan raket listrik itu.
"tunjukan untuk apa
raket itu !" ujar Safira. Jess dan Zia tersenyum-senyum sendiri
melihatku.
Aku menyalakan raket itu lalu
setelah menguatkan mentalku aku menempelkannya ke dadaku. Aku hanya
bisa menahan rasa sakitnya untuk 2 atau 3 detik lalu segera
melepaskannya dan terengah-engah.
Air mataku mengalir sendiri
karena rasa sakit dan rasa terhina. Aku berada di rumahku menyiksa
diriku dengan raket listrik yang kutempelkan pada dadaku sendiri.
rasanya nasibku sangat amat menyedihkan.
"menarik...." ujar
Sierra datar. "Safira, kita harus berangkat setelah makan malam,
jika temanmu mau ikut juga boleh. "
"Kemana kak ?"
tanya Jess
"Pelelangan si murahan,"
ujar Sierra tertawa. "Kami akan mandi dan berdandan serta
menyiapkan apa yang menarik."
Ketiga setan muda itu segera
menghilang dari ruang tengah, menaiki tangga melingkar dalam suasana
yang ceria. Sementara aku harus tahu diri kembali berlutut lalu
berjalan ke salah satu nampanku berada. Aku menyimpan si raket
listrik di sebelah nampanku kemudian aku menyiksa kedua lututku
dengan biji beras pada nampan.
"Kau tidak telanjang ?
Kau akan mendapat hukuman !" ujar Sierra santai.
"T-tapi aku tidak
diminta membuka pakaianku," ujarku memprotes.
Sebuah tamparan keras
mendarat dipipiku. "Berani ngomong balik ?" tanya Sierra
dingin. Aku segera terdiam dan menundukan kepala. apapun yang aku
katakan hanya akan menambah hukumanku.
Ia menarik sebuah kantung
belanjaan yang ada di samping sofanya. Mengeluarkan sebungkus
pencabit baju berwarna hitam. Ia menyuruhku tetap berlutut dan tidak
bergerak. Ia melipat rok bagian depanku ke atas agar memperlihatkan
kedua vaginaku. Ujung rok tersebut dicapit oleh pencapit jemuran baju
berwarna hitam tersebut ke bagian perutku agar tidak turun kembali.
Ia memasang 8 capitan untuk rokku. Setelah itu kedua dadaku yang
terkespose karena sabrinaku dgulung diatas dadaku juga terkena
hukuman. Ia memasang 8 lepitan untuk masing-masing dada. Tapi kali
ini ia membuatnya di sekeliling dadaku dan sama sekali tidak menjepit
putingku. Jepitan itu mengelilingi dadaku seperti ia membuat cahaya
matahari. Tidak sesakit di puting tapi tetap saja menyiksa.
Ia mengeluarkan sebuah
pemukul yang berbentuk single crop lalu menyuruhku mengigitnya. "Jika
sampai single crop ini terjatuh, kau akan menerima 5 pukulan,"
ujarnya.
Aku mengigitnya, menyilangkan
kedua tanganku di punggung dan diam berlutut di atas penderitaanku.
Mulai dari lututku yang seperti ditusuk ribuan beras, payudaraku yang
dijepit, dan rasa hina yang menggerogoti sisa-sisa kemanusiaanku.
Sierra mengambil raket
listrikku dan ia duduk di sofa sebelah aku berlutut. Ia kembali sibuk
membaca iPadnya. Aku hanya terdiam menikmati rasa sakit dan sunyi
yang terjadi. Waktu berjalan seolah begitu lamban. Aku menutup mataku
karena capek dan kesakitan. Tiba-tiba saja sengatan listrik menyiksa
kedua putingku. Raket listrik yang dipegang kak Sierra digunakannya
ke putingku. Rasa sakit yang tidak kusangka itu menyiksaku, dan kak
Sierra sepertinya terus menempelkannya ke dadaku walau aku sudah
menjerit dan terjatuh. Pantas saja ia membuat semua capitan itu
menyapit posisi ke samping. Tentunya aku menjatuhkan sang single crop
dalam momen itu.
"Kembali ke posisimu !"
bentak Sierra. "Punguti capitan yang lepas dan kembalikan ke
posisinya !"
Aku mendapati 4 capitan
terlepas dari dadaku karena aku sampai terjatuh karena sengatan yang
terakhir. Aku dengan air mata mengambil dan menyapitkannya kembali ke
tempat sebelumnya dan menyerahkan single crop ke tangan Sierra.
"Silahkan nyonya
menghukum hamba," ujarku pasrah. Sierra memainkan single cropnya
untuk mengelus dagu dan dadaku sebelum ia memberi 5 pukulan di
putingku. 2 Pukulan di puting kanan dan 3 pukulan di puting kiri.
Rasa sakit setiap pukulan itu terasa begitu mengilukan. Aku tidak
diijinkan bergerak ataupun berani untuk membelai mengasihani buah
dadaku. Aku terlalu takut untuk itu sampai biar saja kunikmati setiap
rasa sakit yang tak tertahankan itu. Kemudian kak Sierra menyuruhku
mengigit kembali singe crop.
Satu setengah jam ke depan
diisi oleh kegiatan seperti itu, ia menyetrumku sekehendak hatinya
jelang waktu tertentu dan aku berusaha untuk menahan sakitnya. 3
setruman pertama gagal kutahan sehingga aku terkena hukuman, tapi
tiga setruman berikutnya aku berhasil bertahan. Berikutnya ada lagi 2
setruman yang tidak dapat kutahan karena ia menyetrum terus hingga
aku menjatuhkan single crop dari mulutku.
Setelah siksaan panjang itu
akhirnya Bi Ani 'menyelamatkanku' untuk memperbudakku di dapur dengan
persiapan makan malam. Di dapur aku hanya perlu mencuci semua cucian
piring, katel kotor dan peralatan lain sementara Bi Ani sibuk memasak
bersama Santi.
Saat makan malam seperti
biasa aku hanya duduk bersimpuh di tempatku dalam keadaan telanjang
dengan lutut diatas nampan beras. Setelah mereka selesai makan malam
aku didigiring ke halaman belakang. Aku hanya makan sisa makanan dari
para pembantu yang ditumpahkan dilantai halaman belakang. Bi Ani
memastikan aku memakannya seperti seekor anjing, tidak menggunakan
kedua tanganku yang diborgol di punggungku. Jess dan Zia tidak
melewatkan kesempatan ini dengan merekam dan mengejekku sepanjang aku
makan malam.
Setelah aku selesai makan,
aku harus memunguti semua sisa makanan di lantai hingga bersih dengan
mulutku sebelum kemudian aku harus kembali ke dapur untuk membereskan
sisa-sisa makan malam sementara para pembantuku beristirahat.
Aku segera membereskan dapur
secepatnya lalu berjalan menuju kamar lamaku seperti yang diminta
oleh kak Sierra.
Ketika aku masuk ke kamar
lamaku, baik Zia, Safira, Jess, dan kak Sierra sedang asyik
berbincang-bincang mereka melirikku sejenak dan tidak memperdulikan
kehadiranku. Aku tahu bahwa aku harus diam dan berlutut sampai mereka
selesai.
Mereka membicarakan tentang
penyiksaanku di mall tadi siang lalu merencanakan rencana kejam
lainnya seperti meninggalkanku telanjang di tengah tol jakarta ke
Bandung, atau mengirimku ke peternakan di kampung untuk tinggal
bersama babi, ataupun merencanakan untuk menghibur para tunawisma.
Mereka membicarakan hal-hal kejam seolah aku tidak ada di sana. aku
hanya berharap mereka hanya bercanda dan tidak benar-benar
melakukannya.
"Sudah-sudah, yang
terpenting malam ini," ujar kak Sierra menenangkan ketiga gadis
lainnya.
Aku yang sekarang dalam
keadaan telanjang melihat keempat gadis yang ada di hadapanku
berpakaian lengkap. kak Sierra menggunakan pakaian bergaya musim
gugur. dengan coat abu yang hangat dan berbahan mewah. Dengan sepatu
bootsnya dan dandanan elegannya. Sementara Safira memakai sekdress
seksi berwarna kuning muda dengan pink yang agak seksi. Terdapat
lubang di dadanya yang memperlihatkan belahan dadanya sedikit. Zia
yang agak gemuk menggunakan tubedress hitam dengan tambahan bolero
pink. Jess yang cantik dan putih menggunakan gaun yang dulu milikku.
Gaun itu berwarna merah sensual. Gaun indah berwarna merah itu
memiliki belahan dada rendah dan rok belakang yang panjang.
Memperlihatkan keseksian, sensual, dan elegan dalam waktu bersama.
Keempatnya seperti gadis muda
yang menikmati kemudaan dan kecantikan mereka, sedangkan aku hanya
menggunakan kalung anjing merah tanpa sehelai benang di tubuhku.
"Hari ini kau boleh
mandi di kamar mandi, sana mandi. Tapi tidak ada air hangat untukmu.
Gunakan air yang ada di bathtub." ujar Sierra. "Biarkan
pintunya terbuka, kami mau mengawasimu," ujarnya lagi.
Aku memasuki kamar mandi dan
mendapati bathtub dipenuhi air dan es batu. Aku menyelupkan tanganku
dan merasakan dinginnya air. Belum lagi AC kamarku disetel dengan
suhu rendah.
"Sana cepat mandi,
berendam sana ! Kalau kau tidak masuk, aku akan meminta Somat dan
Ikhsan memandikanmu di halaman depan. Mungkin sperma mereka bisa jadi
sabun untukmu !" ujar Sierra setengah meledek.
Aku segera masuk ke dalam
bathub menahan rasa dinginnya air. lebih baik aku mandi di bathtub es
dengan sabun daripada aku harus mandi di halaman terbuka dengan
sperma sebagai sabunnya. Aku segera mandi secepat mungkin karena
kedinginan.
Selama aku mandi keempat
gadis muda itu asyik berbincang-bincang. Aku hanya mandi sektiar 3
menit karena tidak kuat akan dinginnya air. Putingku mengeras karena
tidak tahan oleh suhu dingin yang menyiksaku. Aku keluar dari kamar
mandi dengan menggigil. Mereka melempar keset di depan kamar mandiku
untuk kujadikan handuk. Aku merasa terhina tapi aku tak punya
pilihan, dan rasa dingin yang menderaku membuatku tidak lagi peduli.
Aku segera mengelap tubuh basahku dengan keset itu.
"Sini," ujar Safira
memanggilku.
Segera aku berjalan lalu
berlutut di depan Safira. "Anjing pintar, malam ini kamu mau
kami kawinkan ya," ujarnya dengan suara yang dibuat semanis
mungkin. Aku tahu bahwa malam ini aku akan kehilangan keperawananku
pada orang asing.
"Sini pakai ini !"
Sierra memasangkan semacam gelang kaki berbahan leather yang
menyerupai kalung anjingku. Warnanya merah. Di kedua sisi gelang
tersebut terdapat lingkaran besi untuk mencantelkan sesuatu. Sierra
menghubungkan gelang di kaki kanan dan kaki kiriku dengan rentai
kecil sehingga aku hanya dapat melebarkan kakiku sebesar 30 cm.
Kemudian Sierra memasangkan sebuah bola pada telapak kakiku, bola
tersebut memiliki rantai pendek yang dikaitkannya ke masing-masing
kuping di gelang kakiku. Dengan adanya bola merah keras yang
sepertinya terbuat dari bahan tembaga yang dicat itu membuatku tidak
bisa berdiri diatas telapak kakiku.
"Ya, hari ini kau akan
bergerak seperti anjing" ujar Safira senang. Ia kemudian
mengaitkan tali untuk membawa anjing ke kalung anjing di leherku.
"Vei, loe akan berjalan merangkak sampai malam ini berakhir !"
ujar Jess menambahkan.
Kemudian Sierra menarik tali
penarikku dan aku merangkak mengikutinya keluar kamar dan menuruni
tangga melingkar menuju ruang bawah. Bi Ani tidak ada karena sedang
nonton sinetron di belakang rumah tempat para pembantu tapi Santi dan
yanti yang sedang membereskan ruang tengah melihatku dan langsung
menertawakanku dalam bisikan.
"Non, anjingnya bagus ya
non," ujar Yanti
"Oh ini cuma anjing
murahan koq" ujar Sierra enteng. Aku hanya terdiam menelan semua
penghinaan mereka.
Mereka menarikku dan
memaksaku masuk ke bagasi Camry sebelum mobil itu berangkat. Aku tak
tahu berapa lama aku dalam bagasi tapi akhirnya setelah seluruh
badanku pegal, tiba-tiba mobil terhenti dan mereka membuka bagasi
lalu menarikku keluar. Aku melihat bahwa aku berada di basement
sebuah gedung yang tidak terlalu ramai. Mereka menarikku merangkak
menyusuri basement gedung. Aku takut dan malu sekali jika sampai ada
orang yang melewati kami tapi keempat gadis muda yang menarikku
tampak santai dan tidak peduli. Jess kali ini yang menarikku
sementara kak Sierra memimpin rombongan dan mendekati sebuah lift
yang lobbynya tertutup. Ia membukanya dengan meletakan sebuah kartu
ID lalu menunggu lift untuk turun.
Ketika lift itu terbuka aku
melihat ada seorang gadis di dalamnya. Gadis itu memakai seragam yang
aneh. Aku terkejut ketika payudara gadis itu terekspose sepenuhnya.
Seragam gadis itu berbentuk seperti coat hitam panjang yang menutupi
bagian tubuh gadis itu kecuali buah dadanya yang dibiarkan
menggelantung bebas. Desain bajunya seperti pada pelayan di
hotel-hotel. rapi dan terkesan profesional kecuali buah dadanya yang
diekspose. Di pundak kanannya terdapat nama gadis itu yang terukir
pada semacam pelat yang menempel pada coatnya. Luna.
"Welcome," ujarnya
manis sambil membungkuk memberi hormat. Aku melihat bahwa kakinya
menggunakan gelang seperti milikku tapi saja warnanya hitam dan ada
gembok yang mengunci rantai dari lantai lift ke kakinya. Sepertinya
gadis ini bertugas menyambut tamu.
"Thank you, Luna,"
ujar Sierra.
Zia, Jess, dan Safira ikut
masuk ke lift juga mengikuti Sierra. Jess menarik tali kendaliku agar
aku segera merangkak memasuki lift itu juga.
"I rarely to see you in
this condition, Luna," ujar Sierra
"I have made Mistress
angry so she punish me to be a junior whore for three months. This is
my second month." ujarnya.
"Do you want to touch
her boobs ?" tanya Sierra pada Jess yang tertangkap
memperhatikan dada Luna.
"Please touch anywhere
you want miss," ujar Luna. "Im just a lower slave. You can
touch or take picture or hurt me if you like."
"Can They rape you in
this elevator ?" tanya Safira penasaran
"They Can't" ujar
Sierra menjelaskan "Every slut with free boobs mean they are in
period."
"Oh lagi dapet toh,"
ujar Zia berkomentar.
"We are never giving
free stuff here," ujar Sierra.
Jess mencoba memainkan puting
Luna. Luna hanya diam menikmati rasa geli yang diberikan oleh Jess.
"Kau juga nanti akan
sesekali di sini," ujar Sierra melihatku.
Aku ngeri membayangkan akan
ada banyak orang asing yang memainkan dadaku nanti saat aku di lift
ini suatu hari nanti jika Sierra benar-benar melakukannya.
"Apakah anda ingin
berkeliling pub dulu atau ke ruang privat ?" tanya Luna.
"Pub dulu," ujar
Sierra
Ketika pintu Lift terbuka
kami memasuki ruangan besar seperti diskotik yang tentunya masih
tidak terlalu ramai. Tapi semua mata langsung memandang ke arahku
ketika Jess menarikku masuk ke dalam ruang diskotik yang remang dan
dipenuhi cahaya biru. Beberapa orang yang sedang duduk menikmati
hentakan musik melihat seorang gadis telanjang yang merangkak dengan
tali kekang sebagai anjing. Mungkin ini bukan pertama kali mereka
melihatnya, tapi jelas kecantikan dan kemudaanku menarik perhatian
mereka.
Aku sangat malu dan berusaha
untuk tidak melihat ke arah mereka kecuali ke lantai tempat aku
merangkak.
"Ikuti aku," kata
Sierra menuntuk rombongan segera melewati pusat diskotik itu. Sierra
sengaja menarikku menyebrangi lantai dansa yang masih setengah
kosong. Beberapa melihatku dengan gemas ataupun jijik. Sierra tetap
tenang, Jess dan Zia tampak menikmatinya. Safira tampak sudah
terbiasa dan hanya berjalan dengan wajah polosnya.
Kami memasuki sebuah lorong
dan sampai di salah satu ruangan. Di dalam ruangan itu ada banyak
gadis-gadis berpakaian mini dress yang sedang berlutut, satu kesamaan
adalah mereka semua menurunkan sekdress mereka sehingga hanya
menutupi dari pinggang ke bawah. Semua mengangkat tangannya dan
meletakannya di belakang kepala dan memperhatikan ke satu orang,
seorang gadis muda yang tampak berusia 20an. Ia menggunakan gaun
pendek yang tidak diperosotkan sampai ke pinggangnya. Dari wajahnya
terlihat ia sangat tegas dan galak dengan rambut hitam dicat pirang
yang agak keriting.
"Mami Nike," ujar
kak Sierra menyapanya.
"Ah, Sierra manis, kau
membawakan aku anjing baru ?"
"Ya Mami," ujar
Sierra akrab.
sang Mami Nike melirik dan
melihat kepadaku, aku merasa ia menatapku dengan tajam sehingga aku
segera memalingkan wajahku.
"Biar kubereskan ini
dulu," ujar Mami Nike menunjuk para gadis yang berlutut di
hadapannya. Aku menghitung setidaknya ada 40 orang gadis di sana.
"Margareth, kau sebagai
senior aku nobatkan menjadi koordinator untuk membagi post para
junior yang sedang PMS dan bagi yang sedang bisa digunakan tolong kau
atur posisi mereka. Celana dalam bergembok bisa kau minta pada Adam
untuk mereka yang sedang PMS. Senior lainnya sesuai poin dan wewenang
yang tadi sudah kuberitakan silahkan menghukum para junior yang boleh
dihukum sebelum Margareth menggiring mereka ke post mereka. Dan tak
lupa kalian juga berbaurlah dengan para pengunjung jam 10 nanti."
"Siap Mistress"
ujar para gadis berbarengan. Kemudian para gadis itu bubar, mereka
berdiri dan beberapa mengambil bra yang ada di hadapan mereka dan
menggenakannya sebelum menaikan kembali dress mereka yang sudah
dipelorotkan sampai pinggang, beberapa gadis tidak memakai bra dan
langsung menaikan dress mereka. Beberapa dari mereka diseret oleh
gadis lain secara kasar dan ada juga yang sibuk kembali merapikan
dandanan mereka.
"Kemarilah..."
ujarnya padaku. Aku merangkak mendekati ke arahnya. Nike berjongkok
di hadapanku dan memegang daguku. Ia memaksa agar mataku memandang
wajahnya yang terkesan galak." siapa namamu ?" tanya mami
Nike dengan suara dingin.
"nama saya Vei,"
ujarku malu-malu.
"Kau sudah baca note
yang kuserahkan padamu kan ?" tanya Sierra.
"Ya, sudah aku buatkan
juga perjanjiannya. Sudah lama gak dapet gadis cina." ujarnya
tenang. Vei dapat melihat bahwa mami Nike juga seorang keturunan
cina. Beberapa dari gadis yang tadi ada juga orang keturunan cina.
"Di sini orang cina
biasanya asli dari cina, kebanyakan mereka tidak bisa bahasa
indonesia waktu pertama kali kerja," ujar Sierra. "Lu pasti
akan laku karena cina indo banyak yang nanyain,"
"Biar kuperjelas dulu
kontrakmu Vei," ujar Nike.
"Biar aku memberikan
sedikit gambaran agar pelacur bodoh ini sedikit paham," ujar
Sierra.
"Jadi mulai hari ini kau
akan bekerja di sini. Setiap hari Senin dan Jumat pulang sekolah
kamu akan langsung ke sini untuk bekerja. Selama Siang sampai klub
buka kamu akan menjadi pembersih dan cleaning service. Setelah klub
buka kamu akan menjadi budak dari budak-budak yang penjualannya tidak
bagus di sini. Kamu akan dapat gaji bulanan dan hanya gaji bulanan."
Ujar Sierra.
"Intinya kamu bahkan
bukan pelacur di sini," ujar Nike. "Kamu adalah budaknya
pelacur yang ada di sini, kamu cuma barang properti klub yang
dipinjamkan agar pelacur-pelacur yang kurang laku akan mendapat bonus
kamu. jadi semua tips akan masuk ke pelacur yang hari itu kebagian
menjadi mistressmu," ujar Nike.
Nike menyerahkan sebuah surat
kepadaku dan menyuruhku membacanya serta menandatanganinya.
Suratnya seperti ini :
Saya yang bernama Vei Halim
dengan ini menyatakan bahwa saya mengisi ini tanpa paksaan dan
perjanjian ini sah di atas hukum dan merupakan kesepakatan bersama.
Saya Vei Halim sesuai
kesepakatan dengan PT. Gempita Malam Abadi telah mengikat kontrak
kerja untuk masa 3 tahun kerja.
Posisi
Assisten Bergilir untuk
Pelacur Junior
Hari dan Jam Kerja
Senin & Jumat | 14:00 -
04:00
Pendapatan Bulanan
IDR, 5,000,000
Kewajiban
-
Menjadi petugas kebersihan di hari kerja
-
Menjadi asisten pribadi bagi semua pelacur yang ada
-
Mengikuti semua perintah dari misstress yang ditunjuk
Cara Kerja
Sebelum Klub dibuka maka
urusan kebersihan dan kerapihan akan menjadi tanggung jawab Vei.
Pukul 19:00 Vei akan diundi
dan siapapun yang mendapatkan vei akan ditunjuk menjadi Mistress Vei
hari itu. Vei akan menuruti semua dan kehendak dari Mistress termasuk
cara berpakaian / atau tidak berpakaian dan apa saja yang dilakukan.
Segala kesalahan yang
dilakukan oleh Mistress yang mengakibatkan hukuman korporal akan
ditanggung oleh Vei.
Saat PMS
Saat PMS Vei akan melayani
klub dengan menjadi apapun yang dibutuhkan oleh Klub. Saat PMS Vei
hanya akan menggunakan pembalut dan chasity belt hitam yang digembok.
Kegiatan saat PMS antara lain :
-
Diikat di tiang X pada tengah klub untuk hiasan dan barang siksaaan pengunjung.
-
Menjadi penerima tamu di lift
-
Menjadi petugas blowjob, handjob, boobjob gratis di toilet umum pria
-
Bartender
tertanda.
Vei
###
Aku
tidak punya pilihan lain selain menandatanganinya dan resmilah
sekarang aku telah menjadi pelacur. Bahkan lebih rendah dari pelacur
karena aku hanyalah budaknya dari pelacur.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar