CHAPTER XXIV
Satu hari sebelum lebaran, aku sudah dinilai cukup pulih walaupun luka-lukaku masih banyak dan rasa sakit di vagina dan disekujur tubuhku masih berbekas. Kulitku masih banyak biru dan merah karena ditembah airsoft dan tertusuk oleh kawat berduri. Dan vaginaku masih sangat sakit walau semua duri kaktus sudah dicabut sejak 2 hari lalu. Aku akhirnya boleh mengangkat wajah dan mukaku dari tong sampah di ruang para suster. Sudah beberapa hari terakhir aku tinggal di ruang para suster dari klinik ini. Kepalaku selalu berada dalam tempat sampah selama aku dirawat. Waktu hari pertama aku digantung terbalik sambil mereka mencabuti duri dari liang vaginaku. Hari kedua dan hari ketiga aku diijinkan berlutut merangkak di ruang para suster beristirahat dengan kepala masuk ke tempat sampah mereka.
Kemarin malam aku baru saja diijinkan pulang ke apartemenku.
Saat ini aku menggunakan Collarku. Malam ini aku tidur di balkon apartemenku karena apartemenku kini milik anjing penjaga. Tapi untuk malam ini apartemenku digunakan oleh Zahra sesuai perintnah mistress Laureen. Aku sendiri sudah tidak menempati apartemen ini sejak selalu berada di parit.
"bangun lonte !" Zahra membangunkanku dan menarikku masuk ke apartemenku lalu menyuruhku mandi. Aku diminta merias wajahku sedikit dengan riasa tipis. Dan aku diberikan sebuah tali. "Ikat dirimu menggunakan tali ini" Aku hanya bis pasrah lalu mulai melilitkan tali-tali itu menyerupai shibari bondage ke tubuhku. Kupastikan ikatannya kuat dan membelah vaginaku serta memaksa kedua payudaraku menonjol dengan ikatannya.
Kemudian Zahra memberikanku sebuah coat setengah paha yang boleh kugunakan nanti di bandara. Tapi saat ini aku hanya telanjang dengan tali yang menjadi pakaianku yang hampir sama sekali tidak menutup area sensitifku. Aku juga masih menggunakan collar ketika kami keluar dari kamar dan aku membawakan kopernya. Kami diantar oleh supirnya Miss Laureen dimana aku memberikan blowjob sepanjang perjalanan ke bandara.
Aku sampai harus menelan spermanya juga yang keluar saat kami tiba di Bandara. Tentunya Zahra baru memberikan coatnya saat kami menepi di depan bandara. Aku segera memakai coatku dan segera keluar dari kursi supir dan membukakan pintu bagi Zahra lalu aku membuka bagasi dan mengambilkan koper miliknya.
Aku menemaninya masuk sambil membawa koper. Aku tentunya melepaskan collarku ke tray dan merasa sangat malu.
"Coatnya dibuka mbak !" ujar petugas saat aku hendak memasuki bandara.
"I...ini baju mbak.....S-saya gak pake apa-apalagi mbak...." ujarku berbisik ke mbaknya ketika aku memasukan koper Zahra ke mesin scan. Zahra sendiri sudah masuk duluan.
Aku kemudian dipersilahkan dan diijinkan masuk. Untunglah gerbang pendeteksi tidak mendeteksi metal di tubuhku sehingga aku lewat begitu saja.
Aku segera mengambil koper milik Zahra dan kembali memakai collarku, aku sudah benar-benar diperlakukan sebagai budaknya. Zahra hanya duduk dan aku harus mengurus ke counter untuk check in dan memasukan bagasi.
Setelah aku memasukan barang ke bagasi, Zahra membawaku ke kamar mandi perempuan. Ia kemudian memasangkan sepasang nippleclamp yang terhubung dengan rantai.
"Kita lihat nanti detektor metal berikutnya ya...."
"Aku mohon miss Zahra....."
"Plak !" aku digampar. "Loe ada di dunia ini buat apa ?"
"Untuk dipermalukan dan disiksa... miss...." ujarku pasrah.
Kemudian ia mengambil sebuah telur besi dan dipaksa dimasukan ke dalam vaginaku.
"Gw penasaran pas mereka liat tulisan SEX SLAVE ini apa ya reaksinya" sambil tertawa. Aku kemudian memakai kembali coatku dan mengikutinya berjalan.
Aku sudah sangat takut ketika aku dan Zahra harus melewati gerbang berikutnya dimana kami harus meamsukan tas kabin dan melewati gerbang pendeteksi metal.
Aku melepas collarku dan memasukan koper Zahra ke dalam mesin. Aku kemudian masuk dan tentu saja gerbang detektor metal berbunyi. Aku diminta melepas coatku tapi aku menolak.
"i...i...ini baju b-bukan coat...." ujarku terbata-bata.
"Bu, coatnya harus dilepas," paksa si petugas dengan jutek.
"T-....tapi..." ujarku.
"Gak usah tapi-tapian !" bentak Zahra. "ikutin aja maunya petugas."
"T...tapi s-ssaya...."
"Pa ini melawan, amankan saja !" ujar Zahra.
"Bu kalo ibu gak buka coatnya, saya harus menahan ibu !" bentak si petugas.
Aku hanya pasrah membuka kancingku dan membuka coatku perlahan dimana di dalam aku hanya diikat menggunakan tali dan ada nipple clamp. Rasanya sangat malu. Dan semua orang terdiam melihatku.
Orang-orang melongo dan terkaget. Petugaspun kaget melihat dibalik coatku.
Salah satu petugas perempuan langsung mengamankanku dan memakaikan kembali coatku dan membawaku ke samping menuju ke ruangannya. Ketika aku digiring petugas perempuan Zahra yang hendak mengikutiku ditahan oleh beberapa petugas pria yang ada di sana sementara beberapa petugas pria lain berusaha mengembalikan suasana gaduh yang aku buat.
Aku masih terisak karena malu.
"Ibu nggak apa-apa ? perlu saya panggilkan polisi ?" ujarnya.
"s-ssaya mohon jangan biarkan saya ditangkap polisi" ujarku ketakutan.
"Apa ibu melakukan ini terpaksa ? apa saya bisa membantu ?"
Aku tahu bahwa petugas ini baik dan berusaha menolongku tapi aku tahu bahwa mistress Lauren bukan orang yang harus kulawan.
Aku melihat dari tanda pengenalnya namanya Putri, Putri memiliki perawakan cantik tampak muda serta memiliki idealis. Dari sorot matanya, aku melihat dia adalah seorang perempuan yang berambisi dan kesan yang kuat.
"Kami akan menelepon komnas HAM, ibu bisa beristirahat dengan tenang dulu di sini sampai..."
"J-jjangan......" ujarku panik. "I-ini memang salah saya.....Saya mohon jangan libatkan lebih banyak orang lagi."
"Apa ibu Diancam ?" selidik si petugas.
"Saya mohon....." Aku berlutut dan memohon kepadanya. "Saya tau ibu bermaksud baik sama saya, tapi saya hanyalah budak dan semua terjadi karena kesalahan saya. Ini adalah balasan yang saya dapatkan. Saya seorang pelakor..... saya dihukum menjadi budak seks.....saya memang pantas dibeginikan. Saya akan lakukan apapun asal ibu bisa melepas saya." ujarku.
"Kami bisa langsung menahan orang yang bersama dengan ibu, kalau ibu takut,"
"J-jangan..... s-saya saja yang ditangkap karena membuat kegaduhan...." ujarku. Aku membuka coatku. Lalu aku menyembah kepada Putri. "Saya mohon lepaskan saya atau tangkap saya, tapi jangan libatkan teman saya. Tangkap saya karena melakukan tindakan pornoaksi,"
Tiba-tiba pintu terbuka, 3 orang petugas pria masuk bersama dengan Zahra. "Sudah gak apa-apa biar kami yang tangani kasus porno aksi ini," ujar si petugas mempersilahkan si petugas bernama Putri yang masih kebingungan untuk keluar ruangan.
Putri melirikku dan tatapannya seolah mengatakan aku akan menyelediki ini. Aku hanya menggeleng dan berusaha mengatakan untuk dia tidak terlibat jauh dan lupakan saja semua ini. Semoga saja dia tidak menggali ini lebih dalam.
"Maafkan budak ini membuat masalah bagi miss Zahra. Budak ini siap dihukum," ujarku langsung menciumi kaki Zahra karena ketakutan.
"Siapa yang menyuruhmu berpakaian seperti itu ? Kamu tahu kamu bisa ditangkap karena ini pornoaksi !" ujar Zahra dingin. aku tahu dia ingin agar aku mengakui semua hanyalah kebodohanku. Jika aku mengatakan aku dipaksa oleh Zahra entah apa yang akan terjadi dan mungkin kami semua akan ditangkap tapi mistress Laureen pasti akan menyerang kelaurgaku sebagai hukumannya. Aku harus menyalahkan diriku sendiri.
"Maafkan budak ini...budak ini tolol dan berpikir harus menyiksa dirinya selama penerbangan. Tuan-tuan tolong jangan salahkan miss Zahra. Saya hanya ingin tampil seksi dan tidak berpikir konsekuensinya. Saya akan melakukan apa saja untuk tuan-tuan di sini. Penerbangan kami masih 3 jam lagi. Kami datang lebih awal. Silahkan tuan-tuan pakai saya sepuasnya saya memang hyper seks dan lonte jablay. Saya gak sadar akan konsekuensi saya berpakaian seperti ini di Bandara. silahkan tuan-tuan hukum saya saja." ujarku memohon kepada 2 petugas yang ada di sana.
"Maafkan teman saya, dia ini memang hyper dan masochist. Silahkan tuan-tuan pakai saja, kami memang berangkat awal ke bandara."
Kedua petugas itu saling berpandangan lalu setelah mereka basa-basi dan bermunafik akhirnya mereka minta aku Blowjob. Aku hanya bisa pasrah melayani kedua petugas dan menelan habis sperma mereka. Kemudian aku baru diijinkan kembali berpakaian.
Aku tidak lagi diijinkan menggunakan coat. Tali temaliku dilepas. aku kini hanya menggunakan collarku, sebuah terusan yang panjang roknya hanya 3cm dari vaginaku, kemudian memiliki deep v-neck sampai pusarku terlihat, halter, dan backless berwarna putih agak menerawang. Tidak transparant, tapi jika diperhatikan dan ada sinar matahari, yang terik, maka semakin terlihat transparan.
Aku hanya pasrah dan sekarang bekas ikatanku terlihat jelas membekas dikulit ketika aku memasuki pesawat ssehingga banyak yang melihatku karena pakaian tidak seronokku. Apalagi ini penerbangan ke Banda Aceh yang hampir diisi oleh semua perempuan berhijab.
Aku duduk di kursi cukup tengah, karena setiap set kursi diisi oleh 3 orang dan kami hanya berdua. Aku duduk di kursi tengah dan miss Zahra di dekat kaca. Di bagian luar dekat aisle ada seorang bapak berumur 40an yang cukup kaget karena aku yang seksi duduk di sebelahnya.
"Halo pa," ujar Zahra ramah.
"Ah halo...." ujar si bapak canggung sambil melirik ke arahku yang berpakaian sangat terbuka. Kedua buah dadaku yang hanya tertutup sedikit kain nampak menarik perhatiannya.
"Kenalkan saya Zahra...." ujar Zahra memperkenalkan diri. "Saya mau pulang kampung ke desa di sekitar Aceh."
"Oh dari desa mana ?"
"Ada Pa, desa terpencil kecil, cuma ada 100 KK di desa saya, terpencil 5 jam perjalanan dari Bandara," ujar Zahra. "bapak pulang kampung juga ?" tanyanya ramah.
"Iya , saya di daerah Tamiang" ujarnya.
"Oh perkenalakan ini budak saya, kenalkan dirimu !" ujar Zahra sambil menyikut payudaraku.
"S.saya Erva...." ujarku malu-malu.
"Kamu apa ? jelasin...." ujar Zahra lagi dengan nada mengancam.
"S-saya adalah budak dari miss Zahra."
"Budak ?" tanya si bapak kaget.
"Iya dia budak. Tangan di belakang dan jangan gerak apapun yang terjadi. Kalau kamu gerak kamu akan turun dari pesawat dalam kondisi telanjang bulat." perintah Zahra.
Aku segera melipat kedua tanganku ke belakang. Lalu Zahra dengan santainya menaikan rokku sehingga vaginaku terpampang dengan bebas dan juga tulisan luka bakar sex slaveku terlihat. Ia juga menggeser kain halter di baju atasku sehingga kedua payudaraku juga terlihat bebas. Si Bapak tampak sangat kagum.
"Oh maaf bapak lagi puasa ya." Ujar Zahra menutup kembali semua auratku. "Tapi ini budak saya kalau bapak mau pake selama penerbangan bebas ya pa." ujar Zahra
Aku hanya bisa pasrah menahan tangisan atas tindakan yang sangat melecehkanku ini. Tapi aku tetap menyilangkan kedua tanganku dipunggung.
Si bapak tampak ragu-ragu. Ia kemudian melepas jaketnya dan menutupnya ke tubuhku lalu tangannya menjelajahi keduapayudaraku sampai lepas landas. Setelah kami lepas landas, Zahra berbaik hati untuk bertukar tempat duduk sehingga aku menjadi paling dalam dan si bapak duduk di tengah. Zahra yang duduk di samping aisle. Si Bapak lebih bebas membuka pakaianku dan memaksaku untuk memberikannya blowjob selama penerbangan. Ia juga mengambil banyak fotoku. Tentunya selama penerbangan aku menyilangkan kedua tanganku dibelakang.
Setelah 2X aku meminum spermanya selama penerbangan, akhirnya aku mendarat di bandara Sultan Iskandar Muda. Tidak banyak yang terjadi di bandara selain pakaianku yang sangat seperti lonte murahan karena sangat seksi dimana hampir semua orang menggunakan pakaian tertutup di sini.
Belum lagi aku banyak bergerak dan membawa koper Zahra dan memakai collar sehingga aku yakin aku menjadi pusat perhatian dan juga aku yakin banyak yang melihat payudaraku karena bajuku yang jika aku menunduk sedikit saja atau bergerak tidak hati-hati akan memperlihatkan sekilas payudaraku. Side-boob-ku terlihat sangat jelas karena pakaian minimku. Belum lagi mungkin mereka bisa melihat vaginaku karena rokku hanya 3cm dari vagina juka berdiri. Aku menjadi pusat tontonan di sana.
Zahra bilang perjalanan ke kampungnya bisa makan waktu 4 -5 jam perjalanan. Biasanya dia akan menggunakan travel atau kendaraan umum tapi kali ini ada sebuah mobil truk kecil yang menjemput kami. Zahra bilang truk ini milik mistress Laureen dan supirnya adalah orangnya. Kebetulan mereka memiliki bisnis di medan dan khusus supirnya diutus dari medan untuk mengantar Zahra dan tentunya pasti menambah penderitaanku.
Aku menggeret koper Zahra ke mobil box kecil yang datang menjemput kami. Si supir bernama Agam memiliki rambut galing keriting pendek dan berperawakan besar seperti preman.
"Oh ini toh Lonte yang bikin gw gak boleh libur malah kerja di hari lebaran ?" ujarnya melihatku. Aku hanya menunduk "ikutin gw," perintahnya, kemudian aku mengikutinya bersama Zahra.
Zahra dan Agam kemudian berbicara mengenai lokasi kampung dan mengobrol basa basi sementara aku membawa koper Zahra. Aku hanya membawa koper Zahra karena aku tidak membawa apapun, hanya KTP di dompet yang dibawa oleh Zahra serta bajuku yang aku kenakan dan coatku yang digunakan oleh Zahra sepanjang perjalanan.
Kami berjalan dan aku melihat sebuah mobil box berwarna putih dengan box abu dibelakangnya. Ada lambang logo perusahaan di bagian boxnya.
"Mistress bilang kamu harus menuruti semua perintah bang Agam selama perjalanan, kamu ngerti ?" tanya Zahra padaku.
"i-iya miss Zahra," ujarku.
"cium kaki bang Agam !" perintah Zahra
"T-tapi ini di parkiran bandara, gimana kalo...."
"Oh ya udah telanjang dan cium kaki bang Agam !" bentak Zahra sambil menamparku.
Aku hanya bisa terisak dan melepas bajuku yang satu-satunya, melepas sepatu stletto putihku lalu sujud menyembah Agam dan mencium kakinya.
"wah itu ditandain sex slave permanen di atas memeknya" ujar Agam melihat luka bakar tulisan Sex Slave milikku.
"Injek kepalanya bang, itu tanda abang udah nerima sujudnya," ujar Zahra menjelaskan sambil Agam menginjak kepalaku menambah kehinaannku.
"T-terima kasih t-tuan...."ujarku pasrah
"Nanti loe selama di jalan loe ga boleh pake baju, loe harus bikin gw enak. ngerti ?"
"i-iya tuan....."
"Sekarang masukin barang-barang ke mobil !" perintah Zahra. Akhirnya Agam menyingkirkan kakinya dari kepalaku. Kemudian aku dalam keadaan telanjang membuka gembok box dari kunci yang diberikan Aku lalu menemukan dua buah borgol metal yang terhubung dengan rantai, yang satu panjangnya 50 cm, yang satu lagi 40cm. Selain itu ada juga sebuah collar besi dengan rantai 30cm.
"pake !" perintah Agam.
Aku melepaskan collar leatherku yang kukenakan lalu menggantinya dengan collar metal tersebut. Lalu aku menggunakan borgol dengan rantai 40cm di kedua tanganku dan borgol dengan rantai 50 cm untuk pergelangan kakiku. Agam menguncinya dan menyerahkan kuncinya ke Zahra.
Kemudian aku memasukan bajuku dan sepatuku lalu koper Zahra lalu menutupnya kembali.
Tampaklah aku tampak seperti tawanan dan budak rendahan yang benar-benar memalukan dengan rantai ini.
"Selama perjalanan kita, loe harus buat Agam keluarin pejunya tiap 1 jam. Setiap Agam keluarin pejunya, telen tuh peju sampe bersih dan stopwatch akan di reset. Kalo loe bikin dia kelaur cepet ya tetep waktu berikutnya 1 jam. Kalo loe sampe gagal, kita bakal berenti dan loe bakal ditampar 5X, ditendang di vagina 5x, toket loe bakal dicambuk 10X pake iket pinggang. Dan abisnya rante di collar loe bakal kita sambungin ke belakang box dan loe bakal jalan telanjang dibelakang box selama 10 menit, kalo loe jatuh ya loe keseret. Inget ya kalo loe sampe mati, cici loe bakal kita culik buat gantiin loe.
maka dimualilah perjalanan 5 jam mengerikan tersebut, bahkan 6 jam karena ada beberapa tempat macet. Dan selama itu juga aku berlutut di samping supir dan menjilati atau mengulum penis Agam selama dia menyetir. Setiap dia orgasme, kami akan berhenti sebentar karena Agam keenakan.
Zahra hanya duduk di kursi penumpang melihat semua penderitaanku sambil memastikan aku dalam waktu.
20 menit pertama Agam sudah ejakulasi, kemudian berikutnya-berikutnya aku bisa memainklan ritmeku dengan baik sekitar tiap 45-55menit Agam baru akan kembali orgasme. Tapi setelah 4X orgasme aku gagal mendapatkan orgasme yang kelima untuk bang Agam sehingga kami menepi di salah satu jalan dan aku keluar untuk menerima hukumanku.
"Ampun....ampunnn....." Zahra menarik aku turun. Aku melihat kondisi jalan yang buruk dengan aspal yang rusak-rusak dan kebanyakan kerikil sehingga kakiku langsung sedikit kesakitan begitu turun tanpa alas kaki.
"Posisi !" perintah Zahra.
Aku menaruh kedua tanganku dibelakang kepala membusungkan dadaku dan membuka lebar kedua kakiku sebesar yang aku bisa karena ada borgol rantai.
"Bang Agam, boleh tendang 5 kali nih memek lonte gak guna !"
Aku hanya bergetar ketakutan. Rahangku sudah sangat kesakitan karena berjam-jam menjilati dan mengulum penis. Ya tidak seluruhnya aku menggunakan mulutku, aku mengkombinasikannya juga dengan mengelus-elus penisnya Agam agar rahangku bisa beristirahat di sela-sela pekerjaan mengerikanku selama berjam-jam.
"Aaaaarghhhhh ! s---s-satu....t-t-terima kasih...." ujarku ketika menerima tendangan pertama dari Agam ke selangkanganku. Tendangannya sangat keras sampai aku membelakkan mata dan menjerit serta hampir jatuh karena sakitnya.
"Ke posisi !" bentak Zahra sambil memelintir puting kiriku. Aku kembali ke posisiku sambil menangis dan....
"Aaaaaaaaaaaarghhhhhh............ !! D-d---dua....t-terima kasih..."
"Aaaaaaaaaaaarghhhhhh............ !! T-t--tiga...." aku kali ini sampai terjatuh karena tidak tahan lagi. Kakiku terasa sangat lemas ketika tendangan ketiga ini menghantam selangkanganku.
"Posisi !!!!" bentak Zahra sambil mencubit putingku sampai aku berdiri.
Aku kembali ke posisiku dan melanjutkan hukumanku.
"Mana terima kasihnya ?" tanya Agam
"Te-terima kasih....terima kasih...."
"Lupa terima kasih, ulang buat tendangan ke3 !" ujar Zahra.
"T-tapi....." aku mencoba.....
"Protes ?" Tambah 5 tendangan lagi di memek loe biar ancur sekalian !"
Aku kembali menjerit dan kembali berhitung dari 3, 4, sampai akhirnya 10 tendangan dan membuat selangkanganku sangat perih, dan sedikit lebam.
Berikutnya Zahra menampar wajahku 5 kali.
"dasar lonte Bego !"
"Lonte gak guna !"
"Tujuan hidup loe cuma buat nyenengin kontol, itu aja loe gak bisa !"
"Loe itu emang sengaja minta dihukum ya ?"
"Cuih..... emang gak ada gunanya loe hidup !" sambil meludahiku setelah memberikan tamparan dengan punggung tangan untuk ke5 kalinya.
"maaf.... terima kasih telah mendisiplinkan budak hina ini" kata-kata dariku terus berulang setiap diberikan tamparan oleh Zahra.
Agan melepas ikat pinggangnya lalu mulai mencambuk payudaraku. Aku terus menjerit karena hampir setiap kali ikat pinggangnya Agam mengenai payudara-ku pasti putingku kena.
Setelah 10 cambukan mengerikan menggunakan ikat pinggang Agam, Zahra menggembok rantai borgol tanganku ke collar bagian belakangku sehingga tanganku harus selalu berada dibelakang kepala. Kemudian rantai dari collarku ditariknya dan disambungkan ke belakang mobil box.
Lalu mulailah aku diseret oleh mobil itu di jalanan berkerikil. Ini sangat memalukan dan 10 menit aku berlari di belakang mobil, aku merasa seperti berjam-jam dan waktu terasa sangat lama. Mobil melaju dengan kecepatan rendah mungkin sekitar 20-30km/jam saja karena mereka hanya ingin menyiksaku.
Ada satu motor yang melewati kami dan kaget tapi ternyata orang kampungnya Zahra karena sepertinya ini jalan hanya untuk ke kampung Zahra dan Zahra bilang ini adalah budaknya yang sedang dihukum. Pemotor itu kemudian mengobrol sama Zahra dan diingatkan ini masih bulan ramadhan jadi dia boleh menggunakanku nanti. Berbeda dengan Agam yang merupakan anak batak dari medan yang bukan muslim sehingga bebas menggunakanku.
Setelah 10 menit terseret dan berlari serta dipermalukan, telapak kakiku sudah terluka dan bahkan berdarah karena tanpa alas kaki berlari di kerikil. Akhirnya aku diijinkan masuk mobil untuk melanjutkan perjalanan.
Dalam 45 menit selanjutnya aku berhasil membuat Agam kembali mengeluarkan spermanya sehingga aku selamat dari hukuman. Dan perjalanan masih berlanjut 30 menit sampai akhirnya kami sampai ke kampung Zahra.
Kampung ini hanya sekitar 600-700 orang saja dan ada sekitar 150an pria berusia 17 tahun tahun ke atas dan 200 wanita berusia 17 tahun ke atas. Sisanya anak-anak dibawah 17 tahun.
Hanya ada sedikit sekali mobil di kampung ini karena kampung ini kecil dan terpencil tapi sudah memiliki listrik walau internet menurut Zahra sangat sulit karena kampung ini sangat terpencil dan jauh dari peradaban. Dan kampung ini terkenal dengan sebutan Kampung dimana tidak ada non muslim yang berani masuk karena sangat tidak toleran. Bang Agam setelah menurunkan kami juga akan segera pergi dari kampung ini karena takut mendengar cerita dari Zahra.
Menurut Zahra kampung ini salah satu yang menjalankan hukuman cambuk, dan jika ada perempuan yang selingkuh akan diarak telanjang di kampung, diludahi dan diusir dalam keadaan telanjang keluar kampung. Zahra sendiri menyaksikan sekitar ada 5 atau 6 orang perempuan yang diperlakukan seperti itu selama dia tinggal di kampung ini. Tapi katanya sudah 7 tahun terakhir tidak pernah ada kejadian pengarakan.
Tapi Zahra tau sekitar 5 tahun lalu ada perempuan yang mati di kampung ini karena dia murtad dan saat pulang dihakimi massa dan dicambuk serta digilir lalu disiksa oleh penduduk desa selama 3 bulan dan akhirnya meninggal karena disalib.
Kampung ini lebih seperti cult sesat, sebetulnya dari banyak agama juga memiliki perkumpulan ajaran sesat. Ini mungkin merupakan penyakit dari agama mayoritas. Kebodohan selalu ada. Seperti di Filipina ada juga cult dan orang Kristen yang sesat. Sama juga dengan Pengungsi dari Rohingya dimana ajaran Budha sesat juga menguasai di sana. Dimana ada agama menjadi mayoritas, selalu ada pihak-pihak yang menyelewengkannya karena terlalu banyak orang bodoh yang bisa diperdaya dan dimanipulasi mengatas namakan agama.
Di kampung ini juga semua orang memakai hijab dan sangat membenci orang Kristen dan Chindo seperti diriku. Zahra yang sejak SMA bersekolah di kota sudah melihat dunia lebih besar dan mengatakan bahwa aku pasti akan menderita sekali dikampungnya makanya mistress Laureen mengirimku ke sini untuk diperbudak.
Aku sendiri diturunkan didepan kampung, sehingga harus berjalan ke dalam kampung karena Bnag Agam tidak mau masuk karena memang di kampung juga jalannya tidak bagus. Aku dan Zahra diturunkan dan dari depan kampung ke rumah Zahra masih harus berjalan sekitar 1km meter menurut Zahra karena jarak antar rumah di sini cukup luas.
Zahra kemudian mengatur agar kedua tanganku terikat dibelakang leher dan memasangkan nippleclamp untuk mengarakku ke rumahnya. Ia menyuruhku mengangkat kopernya juga dengan kedua tanganku yang ada dibelakang leherku.
Kopernya hanya berisi bajunya saja dan terasa sangat berat. Mungkin beratnya sekitar 10-12kg "Setiap kali kamu menjatuhkannya, loe akan gw hukum !" ujar Zahra sambil membawa cambuknya.
Aku berjalan sedikit membungkuk karena koper di punggungku, posisi tanganku yang serba kagok membuatnya sulit. Tapi aku tidak punya pilihan apa-apa aku hanyalah budak dan tidak lama kami masuk desa banyak sekali yang melihatku dengan terbelak dan kaget karena aku seorang perempuan chindo yang putih telanjang hanya menggunakan collar besi dan borgol besi di tangan dan kakiku. Putingku terjepit nippleclamp yang ditarik oleh Zahra dan aku membawa koper Zahra di punggungku.
"Hi Zahra.... itu ??"
"Oh ini budak yang akan melayani di desa ini, aku bawa oleh-oleh budak kafir buat di desa. Kepala desa udah tau. ini aku mau bawa ke kepala desa dulu." ujar Zahra tenang.
Aku hanya bisa merasa malu sebagai satu-satunya perempuan yang telanjang di desa ini dimana semua orang bebas melihat ketelanjanganku. Beberapa bahkan memfotoku dan meludahiku.
Perjalanan memalukan ini akhirnya mencapai sebuah rumah. Kakiku rasanya sakit dan aku sepanjang perjalanan menjatuhkan atau terjatuh sebaganyak 5 kali. Setiap kali terjatuh Zahra akan mencambukku dan kadang menendangku dan aku harus meminta maaf dan mencium kakinya sebelum kembali lagi diijinkan untuk melanjutkan perjalanan.
"nah ini udah sampe rumah sederhana gw," ujar Zahra memperlihatkan sebuah rumah dengan pekarangan yang cukup luas. Ada kandang ayam di luar rumah dan beberapa ekor ayam dibebaskan di halamannya. Pintu rumahnya yang tidak terlalu bagus terbuka, rumah-rumah sudah terbuat dari bata walaupun sebagian masih bilik. Rumah Zahra sendiri terbilang mirip kebanyakan rumah di desa ini yang terbuat dari batu bata tapi ada bagian rumah yang dindingnya berupa bilik bambu anyaman dan juga triplek.
"Oh anak bunda sudah pulang...." tak lama seorang ibu tua yang mirip Zahra keluar. "Astaga !!! apa ini nak ?"
"Oh dia budak saya, namanya Erva Bu." ujar Zahra. "Dia yang kemarin aku tulis di WA untuk Bunda dan kepala desa. Dia ada turunan yahudi dan ini cewek yang bikin sepupuku kak Fatimah murtad di kota sampai dia mati disalib sama semua penduduk desa." ujarnya sembarangan memfitnah diriku. aku sama sekali bukan turunan yahudi.
"Oh ini lonte yang bikin sepupu kamu Fatimah murtad ?"
"Iya, dia musuh desa ini ! Dia merusak kak Fatimah sampe jadi murtad !" ujar Zahra.
Aku yang tidak tahu apa-apa hanya bisa pasrah. "Makanya di kota kita tangkap dan bawa dia kemari. Dia akan jadi budak di sini dan dihukum serta disiksa di sini. Aku dan kepala desa sudah WA-an."
"ini Bundaku, kamu beri salam dan perkenalkan dirimu !" bentak Zahra sambil menamparku.
"S-salam kenal nyonya...." ujarku sambil langsung mendekati ibu Zahra dan berlutut serta menyembah dan mencium kakinya yang hanya menggunakan sandal capit. Rasanya sungguh hina sekali.
"Injek aja kepalanya, Bunda," ujar Zahra. Kepalaku langsung diinjak olehnya "Kamu akan menderita di tempat ini. Kamu akan tahu akibatnya, kalian ini bukan manusia dan cuma binatang !" ujar si ibu dengan penuh benci.
"Wah ada apa ini" ujar suara seorang bapak.
"Ah Bapak !" Zahra langsung berlari dan mencium tangan bapak itu.
"Oh itu budak yang kamu bawa dari ibukota untuk dihukum dan dihakimi di desa kita ?"
"Iya mana abang dan adek ?" tanya Zahra.
"Kakakmu Zul lagi bantu-bantu persiapan untuk nanti malam di balai desa. Kalau Adikmu Zay lagi main ngabuburit sama temannya, sedangkan Ziva ada di dalam paling lagi sibuk sama gadget !" ujar bapaknya.
"Perkenalkan dirimu !" bentak Zahra sambil menyepak selangkanganku dengan kakinya.
Aku yang masih menungging karena kepalaku diinjak oleh ibu Zahra hanya bisa menahan tangis.
"Bu, kakinya bu masih di atas kepala Lonte." ujar zahra
"Oh iya.... emang dia cocoknya ada dibawah kaki sih !"
"S-saya Erva budaknya Zahra. Salam kenal." Ujarku sambil mendekati bapak Zahra dan mencium kakinya.
"Aduh puasa bisa batal gini !" ujar Bapaknya.
"Gak akan batal pa, ini budak seks. Dia bukan manusia. masa liat anjing telanjang puasa batal. Binatang kan emang gada yang pake baju. Asal bapak gak pake dia aja sampe maghrib !" ujar Zahra.
"Ziva !! sini !" teriak si ibu. "Mau lihat ga kalo kamu males-malesan belajar nanti bisa jadi budak kayak gini ! sini kemari !" panggil si ibunya. Tak lama Ziva muncil, wajahnya mirip Zahra hanya saja lebih imut dan usianya nampaknya sekitar 17-19 tahun.
"Oh ini yang bikin kak Fatimah murtad ?"
"Iya ! sekarang dia jadi budak kakakmu."
Ziva mendekatiku yang masih sibuk menjilati kaki ayahnya.
"Kenalkan dirimu !"
"S-salam kenal nona Ziva, saya budak Erva," ujarku mengenalkan diriku kepada gadis desa muda itu sambil mencium kakinya. "Asyik juga ya kak punya budak !"
"Dia akan ada di desa ini sebulanan, aku dan temanku di kota meminjamkannya ke desa untuk menjalani hukuman." Ujar Zahra.
"Aku boleh menghukumnya ?" tanya Ziva.
"Kakak mau ganti baju dan mandi dulu sebelum membawanya ke kepala desa, kamu siksa aja dulu sepuasmu itu budak sambil ngabuburit." ujar Zahra sambil masuk ke dalam. "Budak kalo aku keluar kamu gak cukup menderita, kamu tau apa yang akan terjadi kan ?" ujarnya memperingatiku.
Bapak dan Bunda ikut masuk dan menyisakan aku dengan Ziva.
"Kamu umur berapa budak ?" tanya Ziva
"t-tiga puluh..." ujarku.
"Kamu masih keliatan dua puluhan, awet muda loh kamu."
"t-terima kasih...."
"Aku akan mencambuk kamu 30kali di dada dan di memek kamu." ujarnya dengan riang sambil mengambil cambuk yang ditaruh dimeja oleh Zahra tadi. Aku hanya bisa pasrah disiksa oleh Ziva.
Aku melipat kedua tanganku di pungung kemudian aku membusungkan kedua payudaraku untuk menerima cambukan dari Ziva. Setiap kali dicambuk aku akan berterima kasih.
Kemudian aku tiduran di lantai pekarangannya dan menyodorkan selangkanganku agar mudah dicambuk olehnya. Dia tampak sangat menikmati mencambuk vaginaku berkali-kali. Seperti biasa aku harus mengatakan terima kasih di setiap cambukann sambil menghitung.
Setelah aku dihajarnya dia duduk sambil maen HP sementara aku harus menjialti kakinya di beranda rumah. Aku menyilangkan kedua tanganku di punggung dan terus menjilati kakinya selama hampir setengah jam.
Akhirnya Zahra keluar dari rumah lalu kembali menggiringku dalam keadaan telanjang ke kepala desa. Tentunya dengan menarik rantai yang yang menghubungkan kedua putingku dengan nipple clamp.
Perjalanan ke rumah kepala desa memubuthkan 5 menit berjalan kaki tapi rasanya seperti sangat jauh sekali karena begitu banyak orang yang melihatku dalam keadaan sangat memalukan ini.
Kepala desa yang kedangatangan tamu langsung keluar menuju halaman rumahnya. Halamannya cukup luas dan kepala desa bersosok kurus dengan usia paruh baya dengan jeggot dan berpenampilan sangat agamis menggunakan kopeah hitam dan baju gamis putih. Ia berjenggot panjang dan berkumis dengan jenggot kumis yang berwarna hitam tapi sudah penuh uban sehingga tampak berantakan.
"Oh Nak Zahra, ini budak cina kafir yang akan dihukum di desa kita ?"
"Iya pak." ujar Zahra sambil sedikit membungkuk. "Budak, kamu salam ke kepala desa," perintah Zahra.
Aku merangkak menghampiri kepala desa kemudian menyembahnya dan mencium kakinya.
Kemudian kemapa Desa meludah lalu menginjak kepalaku dan membuatku merasa sangat rendah "jilat ludah saya !" perintahnya.
"Iya betul pa kepala desa, ini budaknya,"
"cantik ya kayak artis tiktok kafir yang suka nari-nari setengah telanjang,"
Aku hanya pasrah sambil menjilati tanah berludah sambil menangis.
"Ini peraturan buat budak ini selama dia hidup di desa kita," ujar kepala desa memberikan sebuah kertas yang sudah dilaminasi.
Zahra kemudian membacanya dan tersenyum jahat sambil melirik kasihan padaku.
"Nah budak, berlutut !" perintah kepala desa sambil mengangkat kakinya dari kepalaku.
"Terima kasih pak," ujarku sambil aku merubah posisi menyembahku dengan posisi berlutut. Aku silangkan kedua tanganku di punggung dan membusungkan dadaku.
"baca ini !" ujar Zahra memberikan kertas berlaminasi itu.
===============================================================================
1. Budak Erva tidak boleh menutupi Payudara. Jika tertangkap menutupi payudaranya baik sengaja ataupun tidak, maka kedua puting budak Erva akan dipelintir selama 15 detik.
2. Budak Erva harus selalu dalam keadaan becek, jika ditemukan tidak becek maka vaginanya akan ditendang 3 kali dan diberi waktu 1 menit untuk becek dan akan terus berulang sampai becek dan bisa digunakan.
3. Budak Erva akan dicambuk setiap malam sebanyak 10 kali untuk mengingatkan status dirinya.
4. Budak Erva dilarang memasuki rumah jika masuk rumah maka budak erva akan dihukum dengan 10 tambahan cambukan di malam hari.
5. Budak Erva akan bekerja selama 10 jam setiap harinya tanpa ada libur 1 haripun dengan kuota pekerjaan yang berbeda-beda untuk membantu para warga. Jika kurang dari kuota, maka akan ada tambahan hukuman. Ketika budak erva Mens, maka jam kerja budak Erva akan menjadi 16 jam sehari dan akan ada penyesuaian kuota.
6. Jam tidur budak Erva adalah pukul 10-12 sampai pukul 4 pagi. Budak Erva akan tidur dalam posisi yang ditentukan dan di luar rumah.
7. Budak Erva harus selalu berterima kasih ketika dihukum dan disiksa.
8. Ketika jam jumataan, Budak erva wajib menyembah dalam posisi tersiksa di samping masjid (berlutut di atas papan penyiksaan yg sudah disiapkan, vagina akan dimasukan dildo yang menyetrum secara random, puting dijepit dengan nipple-clamp berantai yang diberi pemberat dan mulut budak Erva diisi dildo sampai deepthroat.)
9. Setiap hari Budak erva wajib menjalankan ibadah 5kali sehari. ibadah budak Erva adalah saat mendengar Adzan, budak erva akan belutut dimanapun, mengehentikan apapun yang ia sedang kerjakan dan menyiksa dirinya dengan :
Memelintir putingnya selama 10 detik.
Menyembah selama 10 detik sambil menjilati tanah.
Menampar vaginanya 7 kali.
memasukan kerikil atau tanah ke dalam vagina.
Menyembah selama 10 detik sambil menjilati tanah.
Berkata : "Terimalah budak ini di tanah ini, budak ini pantas menderita dan akan menjadi budak di tanah ini."
Menyembah selama 10 detik sambil menjilati tanah kembali.
Mencium tanah sambil menyembah.
Membersihkan diri dan melanjutkan pekerjaannya.
10.Budak Erva wajib melayani setidaknya 12 Pria setiap harinya jika kurang akan ada hukuman berupa cambukan.
11. Setiap hari minggu pagi, Budak Erva akan bersetubuh dengan Anjing di balai desa sebelum bekerja.
===============================================================================
Aku hanya bisa pasrah saat membacanya. Sudah terlihat kehidupanku selama 30 hari ke depan akan seperti neraka.