Rabu, 08 Desember 2021

Business Consultant Rendahan 2



"Bu Erva," panggil suara seorang perempuan.
"Tunggu !" ujarku pada suara yang memanggilku. Tanpa menoleh ke sumber suara itu aku terus fokus membaca apa yang tampil di layar laptopku.

Ada keheningan yang terjadi di ruanganku. Ruanganku tidaklah besar, ukurannya hanya 3x2 meter. Hanya ada mejaku, dua kursi tamu, kursi miliku dan sofa serta sebuah lemari kabinet dan rak pajangan yang memajang beberapa foto, lego yang sudah dirakit, dan beberapa penghargaan dari perusahaan. Keheningan terjadi selama 3 menit dan tamuku hanya berdiri tidak berani untuk duduk karena tidak kupersilahkan duduk.

"Oke, kenapa ?" tanyaku. Aku menolehkan wajahku dan melihat Vanya ada di sana berdiri. Vanya adalah perempuan berusia 27 tahun, setahun lebih tua daripadaku. Wajahnya cukup oriental walau dia indo campuran chinese dan jawa. Dia adalah salah satu rekan kerjaku di kantor. Bagian keuangan. Ia mengenakan blazer hitam, kemeja biru muda dan rok sepan hitam serta stoking putih dan pump berwarna hitam juga. Kulihat ada arloji berwarna keperakan di tangan kanannya dan gelang manik-manik berwarna hitam. Tidak ada cincin yang menghiasi jarinya, tapi ada anting sedernaha berwarna perak dengan kalung perak juga. Rambut anya panjang tapi saat itu rambutnya dicepol ke atas. Penampilannya berbeda denganku yang menggunakan summer dress pink muda yang cantik dengan kerah agak rendah sehingga belahan dadaku terlihat menyembul karena aku menggunakan Push Bra.

"Ini Bu, laporan yang ibu minta" ujarnya memberikan suatu laporan ke mejaku. Sebuah amplop coklat yang cukup tebal. Walaupun Vanya lebih tua dariku tapi jabatanku lebih tinggi darinya.
"Oke akan kulihat nanti." ujarku.

Seperti hari lainnya aku banyak bekerja seorang diri di ruang kerjaku. Ketika jam makan siang, sebuah ketukan terdengar lagi di pintuku.
"masuk," ujarku

Vanya dan seorang perempuan lain bernama Zahra masuk ke ruanganku.
Zahra memakai hijab berwarna hijau salem dengan baju berwarna peach krem salem. Ada ikat pinggang coklat kemerahan di baju terusannya yang panjang. Dan dia menggunakan celana bahan berwarna putih dan sepatu hitam.

"Mau makan bareng Bu ?" tanya Vanya "kita mau ke saladstop. Biasanya bu Erva suka tiitp kalo salad stop." ujarnya

Aku memandang mereka dan berpikir sejenak. "Boleh" ujarku
"Omega 3 Baby seperti biasa ?" tanya Vanya.
"Iya. Terima kasih Vanya." Aku mengeluarkan uang 150 ribu dan menyerahkannya kepada Vanya. "Titip ya."

Kemudian aku kembali sibuk dengan laptopku. ada beberapa hal yang harus kubaca dan kubereskan. Aku memang tidak selalu sesibuk ini, biasanya aku kadang suka ikut Vanya, Zahra ataupun teman-teman kerjaku yang lain untuk ikut makan siang. kadang kami makan di warteg yang murah juga sesekali. Tapi malam ini aku ada meeting dan harus menyelesaikan materi presentasi pentingku.


Tanpa terasa tiba-tiba waktu sudah menunjukan jam 13:00 dan Vanya kembali mengetuk pintuku. "Masuk" ujarku.
Vanya masuk "Ini punya Bu Erva," ujarnya sambil meletakan kantong kertas dan juga kembalian dari uang yang kutitipkan.

"Makasih," ujarku tanpa menoleh ke arahnya.
Kemudian aku mendengar Vanya berjalan keluar ruangan dan meninggalkanku sendirian kembali.

-----

"Jadi dengan begitu ROI-nya akan kembali dalam 6 bulan." ujarku menjelaskan.
Lawan bicaraku Lauren adalah anak dari keluarga Pras yang memiliki gossip-gossip miring. Perusahaan mereka besar dan ada dimana-mana mulai dari yang legal seperti bisnis barang branded sampai ke pijat plus-plus kelas atas. Pada kesempatan ini Lauren meminta kantorku untuk membantunya dalam bisnis tempat minum di Jakarta Selatan.

"Ini sudah best practice yang banyak dilakukan oleh banyak resto dan cafe. Ini cukup standar dan tidak sulit. Untuk training kami juga bisa bantu dan saya sendiri bisa membantu untuk sistem financenya termasuk pembukuan gandanya." ujarku lagi meyakinkan.

Di meja kami ada Lauren, sahabatnya Jessica, dan atasanku Mr.K. Malam itu Lauren menggunakan gaun pendek berwarna jingga dengan tas Hermes Birkin oranye. Jessica menggunakan gaun pendek biru yang terlihat lebih simple menutupi tubuhnya yang lebih berkesan kurus dibanding tubuh Lauren yang sangat terawat. Wajah Lauren tampak innocent dan seperti sangat baik, agak kontras dengan wajah Jessica yang tirus dan terkesan genit serta nakal.

Mr.K atasanku menggunakan kemeja tosca muda dan blazer abu dengan celana panjang coklat. Mr.K tampak muda dengan usia yang bisa dibilang hampir 40 tapi masih tampak seperti usia 27-28. "Jadi gini Ren, Jess,.... Erva ini salah satu promising star di perusahaan kita. Dia pintar dan detil serta salah satu yang paling pintar untuk menggunakan budget efisien. Kamu bisa percaya dia. Saya jamin pasti memuaskan." ujar Mr.K mempromosikan aku.

"Untuk marketingnya ?" tanya Jessie
"Ada beberapa teknik yang bisa dicoba dan dipertimbangkan. Untuk target Niche seperti ini, kita bisa adakan grand opening mengundang influencer dan media. Tempat yang didekor untuk instagramable dan juga harga yang kompetitif di awal. Membangun komuniti dulu agar menjadi tempat santai favorit terlebih dahulu. Kita juga bisa buat video tentang bartender cantik yang membuat minuman di tempat kita dan juga mengilusikan banyak wanita cantik di tempat kita. Image-image tersebut butuh dibangun perlahan dan konsisten. Kita perlu bicara tentang persona target market kita dan membangun brand image kita serta membangun emosi pada brand agar brand tempat kita menjadi lebih baik daripada tempat minum lain. Edge apa saja yang kita miliki." ujarku lagi memberikan ide.

"Apa dengan begitu saja berhasil ?"
"Ide itu murah, tapi eksekusi yang mahal." ujarku. "Apa yang membedakan restoran kita dengan restoran lain adalah pelayanan dan eksekusi di lapangannya. Pelayanan kita ahrus sangat terstandarisasi dan SDM kita harus yang terbaik. Melayani dengan hati dan mengerti hospitality dan juga profesional." ujarku.

"Menjanjikan sih" ujar Lauren pada mr. K
"Lu sih sombong banget, gw minta lu yang pegang lu kasih ke anak buah lu. Tapi gw sekarang ngerti kenapa." ujar Lauren lagi ke Mr.K. kulihat keduanya sudah cukup akrab dan mungkin teman lama. Mr.K Sempat bilang dia kenal baik dengan kakaknya Lauren yang paling sulung jadi mereka cukup akrab walau usia mereka terpaut belasan tahun.

"Gw sibuk Ren. Kalo dipegang gw ntar malah gak ke-handle. Erva ini masa depan perusahaan gw koq. Dia pintar cantik dan bisa handle dari project yang budgetnya minim juga. Kalo yang budget besar sih semua juga bisa pegang."

"Loe sih rakus maunya budget  gede doank" ujar Lauren mengomentari.

"Hahahha..... gw udah tua. Yang tantangan dan menarik udah urusan yang muda kayak Erva dan Lauren lah yang ngerjain. Gw kerjain project yang stabil aja." ujar Mr. K sambil tertawa. "Oke, gw tinggalkan kalian bertiga deh. Gw kudu ketemu anak gw juga di rumah. Dia suka nunggu papanya." ujar Mr.K sambil berdiri dari kursinya.

"Bill on me, K" ujar Lauren.

"Ok then, next round on me yah." ujar K. "Titip Erva ya" Mr. K pun segera pergi meninggalkan kami ber3 di restoran mewah itu.

"Erva punya pacar ?" tanya Lauren kepadaku.
"Belum," ujarku "Kalau kak Lauren ?"
"Ah kita kan seumuran," ujar Lauren "Panggil nama aja. Aku sih udah ada tunangan." ujar Lauren.

"Udah jangan ngomongin cowok, sensitif dikit apa ama yang jomblo" ujar Jessica komplain.

"Iya deh sorry Jess." ujar Lauren yang tertawa. "Makanya jangan kebanyakan milih"
"Yeeee kalo gak milih mah banyak yang mau ama gw. Minimal naek Bentley lah kalo mo jadi cowok gw" ujar Jess.
"Percuma kalo naek Bentley tapi beliin hermes aja pelit. Yang penting bisa kasih loe jajan gede aja," ujar Lauren.
Aku hanya ikut tersenyum saja mendengar pembicaraan mereka.
"Kita ke tempat pijet bokap lu deh," ujar Jessie mengajak Lauren.

"Loe mau dipijet ama perek ?"
"Ya udha ke hotel aja cari Spa. Kan gw mau gratisan. Gak ada cowok yang bayarin ngespa."

"Yee enak amat mau gratis. Kalo temen gw semua macam lu sih bisa bangkrut" ujar Lauren tertawa. "Ke klub yang joinan bokap gw aja yuk ? Mau ?"

"Oh klub malem kinky yang super mahal itu ya ?" ujar Jess mempertimbangkan "Nani deh, gw pengen yang dipijet dan relax" ujar Jess

"Ke Spa di hotel aja yuk. Kalo di Bandung sih spa-nya Padma Hotel asyik banget loh" ujarku.

"Kamu juga suka spa ?" tanya Lauren
"Kadang aja" ujarku.

"Kalo di jakarta harus ke tempat langganannya Jess, dia suka banget di,...."

dan obrolan kamipun berlanjut sampai setengah jam berikutnya ngobrolin spa, salon, dan perawatan kecantikan. Dan kami akhirnya malam itu juga pergi ke Spa langganan Jess untuk menikmati malam itu di spa dan Lauren open kamar di hotel tersebut untuk kita bertiga istirahat di sana dan menikmati indahnya malam sambil buka wine. Curhat tentang cowok dari Jess dan banyak hal menarik lainnya.

Sejak hari itu, Lauren dan Jess cukup sering mengajakku main mulai dari spa di hotel, mengunjungi panti pijat keluarga Prasyang sebetulnya khusus pria. Tapi karena Lauren kita bisa ikutan dipijat yang sedikit nakal dan juga menikmati kegilaan-kegilaan crazy rich jakarta karena ada Jess dan Lauren. Jess sendiri dari keluarga kaya yang jauh diatas level keluargaku. Aku hanya satu-satunya yang kekayaannya mungkin secuil dari pada kedua temanku ini. Tapi karena bisnis Lauren dan Jess yang lumayan berkembang ketika aku masuk membantu managemennya semakin baik, maka kedua gadis itu memberiku bonus besar dengan syarat bonusnya dipakai untuk berfoya-foya bersama mereka. Kami biasanya main dan bergila-gila di hari biasa karena weekend Lauren sibuk dengan tunangannya. Jess sibuk mencari pacar dan sering kali mengajakku tapi aku selalu beralasan pulang ke Bandung ketemu orang tuaku. Padahal setiap jumat aku harus ke tempat tuan F dan disiksa bagai pelacur murahan. Tidak ada yang tahu betapa menyedihkannya kehidupan emosiku yang roller coaster.

Senin sampai kamis aku adalah Consultant yang bermain bersama para sosialita kaya, sebuah kehidupan yang didambakan oleh kebanyakan perempuan yang bukan dari golongan crazy rich. Punya penghasilan cukup besar dan menikmati kehidupan crazy rich. Tapi tiap jumat aku akan telanjang di depan tuan F dan disiksa di kantor dan gudangnya setiap weekend kecuali ketika aku sedang haid barulah aku bisa ikut pergi menemani Jess.

"Lu mau kemana pagi-pagi gini Va ?" tanya Lauren yang terbangun ketika aku sedang mengenakan berdandan di meja rias. Aku menggunakan dress pendek yang tidak ketat serta atasannya berupa halter dengan belahan rendah berwarna hijau muda. Kugerai rambutku yang hitam legam dan lurus. Aku kemudian mengambil coat coklat khaki yang tergantung di dekat pintu kamar hotel.

Kulihat Jess masih tertidur pulas dengan lingerienya yang berwarna pink muda. Lauren sendiri menggunakan lingerie putih. Lauren mengucek-ucek matanya dan memandangku dengan arwah yang masih belum terkumpul. Kami menginap di salah satu hotel bintang lima di Jakarta malam itu. Semalam sebelumnya Jess mau ditemani ngobrol-ngobrol dan minum-minum lalu Jess membuka kamar dan aku dipaksa untuk menginap juga di hotel sambil dia curhat masalah keluarga yang menurutku remeh temeh. Kami bertiga mabuk dan tertidur di kamar ini dan aku terbangun jam 8 pagi dengan kepanikan.

"Aku harus ke kantor, bekerja membanting tulang. memangnya aku putri kaya seperti kalian" ujarku bercanda.

"Sepagi ini ? Ini hari jumat ya ?" tanya Lauren

"iya, ini jumat...." kataku datar.

"oh malam ke Bandung ?"
"Iya kayak biasa,..." ujarku lagi-lagi dengan nada datar.

"Ke sini donk sebentar...~~~" Lauren memanggilku manja.
"Udah telat nih,.." protesku.

"Hei aku ini klienmu.... sini nurut... ntar gw gak mau bayar perusahaan lu loh," ancamnya sambil bercanda.

Akhirnya aku mengalah dan bergerak mendekati Lauren. Dia menyibakan rokku memperlihatkan celana dalam pink yang kukenakan. Aku kaget dan ia menarik celana dalamku dengan sekali tarikan memperlihatkan vaginaku yang botak tanpa rambut.

"Wow... u are shaven..." ujar Lauren tertawa.
"Apaan sih !" aku segera memukul tangan Lauren dan menaikan kembali celana dalam yang senada dengan bra straplessku. "Ini pelecehan !" makiku.

"Lu ninggalin kita duluan, harusnya dihukum gak boleh pake celana dalam seharian !" ujar Lauren

"lu masih mabok... sana tidur dulu yang bener !" ujarku kesal sambil memakai coat yang panjang yang ada di tanganku dan meninggalkan Lauren. Kemudian aku dengan cuek meninggalkan Lauren yang bernyanyi-nyanyi riang.

Aku segera sampai di kantor menggunakan grab-car. Aku memiliki mobil tapi memang aku jarang gunakan karena malas menyetir. Selain malas menyetir, sejak aku bermain dengan Lauren dan Jessica yang suka menculikku secara paksa, aku memutuskan untuk tidak menggunakan mobilku jika tidak terpaksa.

Aku masuk ke dalam kantorku, menggunakan lift dan masuk ke suite kantorku di gedung perkantoran itu. beberapa satpam menyapaku tapi aku hanya memberikan anggukan kecil. Jika kalian membayangkan aku berjalan membawa tas merk dan membawa starbuck, maka biar kupertegas aku tidak membeli kopi karena aku memang tidak minum kopi. Dan aku menggunakan tas tanpa merk. Siapa yang tidak suka tas mewah ? Aku masih sanggup sebetulnya membeli tas yang puluhan juta tapi aku selalu merasa pelacur macam aku tidak cocok menggunakannya. Aku punya tiga tas mewah sih tapi hanya kugunakan sesekali saja. Selebihnya aku menggunakan tas murah yang aku suka modelnya. Karena kalau hujan tasnya bisa kupakai melindungi kepalaku dan kalo rusak tinggal buang dan beli lagi. kalo tas mahal... bisa sakit hati kalo sampai rusak.

Aku menggunakan coatku sehingga tidak terlihat jika di dalamnya aku menggunakan dress pendek yang seksi. Hari itu tidak banyak yang terjadi, aku masuk ke ruanganku, mengadakan meeting bersama beberapa staff termasuk Vanya dan Zahra dan beberapa staff lainnya yang kebanyakan cowok. Aku datang ke kantor jam 9 dan aku sudah harus berangkat kembali jam 10:30 menuju tuan F.

Jam 10:30 aku sudah berdiri di lobby gedung menunggu taksi online untuk menuju pergudangan tuan F. Gedung pergudangan milik tuan F berada di daerah pergudangan dan tuan F memiliki gedung tersendiri yang sudah dirombaknya sehingga memiliki kantor dan ruang penyimpanan.

Aku menggunakan taksi online memasuki daerah pergudangan, satpam melirik kepadaku dan dengan jelas mengenaliku. Seluruh satpam kompleks sudah pernah memakaiku karena aku sering gagal memenuhi kuota kerja paksa-ku di hari sabtu sehingga walaupun mereka bergiliran semua sudah pernah mencicipiku di sabtu sore.

Aku tidak tahu nama mereka karena terlalu banyak tapi kulihat namanya "Rudi" di seragamnya. Dia mengoceh dan tidak mengijinkan taksi online masuk dengan alasan tidak ada stiker.

"Kan tamu pa ?" ujarku.

"Non ini aturan baru. Non turun aja, biar saya yang anterin non ke tempat yang non mau. Sekarang harus begitu non," ujarnya dengan pandangan genit. "Udah non turun aja... daripada nanti...." dia memperlihatkan handphonenya yang aku tahu jelas pasti menyimpan foto telanjangku.

"I-iya... ya sudah gapapa pak," ujarku pada supir taksi onlineku dan aku segera turun dari taksi onlineku dan mempersilahkan si supir segera pergi.

Hari itu giliran Rudi dan Umet yang berjaga di post.
Rudi adalah satpam gemuk buncit berkumis dengan hidung bulat dan muka mesum. Sedangkan umet hitam dan kerempeng dengan muka rata yang tampak menyedihkan, Umet juga memiliki kumis lele.

Aku turun, aku sudah hanya memakai dressku saja, coatku sengaja kutinggal di kantorku. karena belahan halter dress hijau salemku rendah, maka jelas terlihat bra warna peach muda yang kukenakan. Kedua mata satpam itu memandang terus ke braku.

Biasanya mereka tidak menggangguku dan membiarkan grabku masuk ke dalam. Tapi karena sudah hampir 2 bulan terakhir ini aku berhasil bekerja dengan baik saat hari sabtu, maka tuan F sudah tidak lagi memberikanku ke anak kampung dan satpam kompleks seperti saat awal-awal aku dipaksa bekerja paksa tiap sabtu. apalagi sejak aku banyak bergaul dengan Lauren dan Jessie, hukumanku dan tindakan tuan F kepadaku mulai berubah dan hanya dia dan para klien yang menggunakanku. Mungkin karena sudah tidak dapet jatah para satpam ini langsung mengincarku.

"Lonte Erva, lu gak pantes pake baju, jadi gimana kalo kita bawa lu ke gedung tuan F kayak anjing aja ?" ujarnya.

"Jangan tuan-tuan... ini masih siang. Dan banyak orang. ini bukan hari sabtu yang gak ada orang selain tuan-tuan. Sebentar lagi abanyak perkerja dari kompleks gedung yang akan keluar ke masjid untuk jumatan." ujarku ketakutan mendengar rencana kedua supir ini. Aku memang sudah sering diperkosa satpam dan staff-staff tuan F tapi para staff yang memperkosaku adalah staff lantai 3 yang merupakan staff kantoran. Staff kuli dan gudang serta supir-supir truk tidak pernah memakaiku sebelumnya. Satpam-satpam juga sudah cukup lama tidak menggunakanku karena kerja paksaku di hari sabtu selalu beres belakangan ini sesuai kuota.

"Bodo amat, lu siapa ? lu kan cuma lonte !" uajr Umet menimpaliku yang membuatku diam seribu bahasa. "Cepet buka baju loe !" bentak Rudi.

"Tuan, pls pake aku sepuasnya di dalam pos bapak aja. Setelah itu lepaskan aku. Budak Erva ini akan melayani Pa Rudi dan pa Umet... pls..."

"Gak usah ngebantah !" Umet langsung menggampar pipiku. "Buka ! cepet buka atau gw sobek-sobe baju loe sampe gak bisa dipake lagi dan loe bebas jalan keliaran sampe ke gedung tuan F di paling pojok belakang !" bentar Umat

"Kalau lu nurut, sampe depan gedung loe boleh pake lagi baju loe !"  ujar Rudi berjanji.

Aku hanya bisa menghela nafas. Setelah beberapa minggu aku merasa egoku terus di boost, apalagi aku bermain bersama Lauren dan Jessica membuatku merasa sangat sulit untuk bisa melakukan ini. Tapi aku tahu jati diriku yang sebenarnya hanyalah lonte murahan. Aku menanggalkan dressku di post satpam lalu melepas bra dan celana dalam peachku dan memasukannya ke tasku. Aku kemudian merangkak seperti anjing dan menanti Rudi dan Umet yang segera menggerayangiku dan memakaiku.

umet yang tidak tahan langsung memaksaku mengoral penisnya sedangkan Rudi langsung melakukan doggy style kepadaku sehingga aku telanjang dan melayani dua penis satpam di siang hari yang bolong di dalam pos mereka.
Keduanya dengan semangat menggarapku sambil terus meledekku. "Non udah lama gak dipake ya ?"
"Non jangan banyak ngebantah ya, inget non tuh cuma lonte murahan ! kalo abang bilang buka ya buka jangan bikin abang marah lagi ya," ujar Umet

"Pake lidahnya yang bener non." ujarnya lagi
Aku menggunakan lidahku berusaha menyenangkan ahti kedua pemerkosaku ini. Tubuhku jadi semakin panas dan harga diriku yang sedang tinggi-tingginya seperti terlempar lagi ke tempat biasanya. Di akhir sesi pertama umet memaksaku menelan semua spermanya, sedangnya Rudi membuang spermanya di dalam rahimku. Aku tidak peduli lagi, aku pernah cek bahwa rahimku memiliki masalah dan akan sangat sulit untuk punya anak. Menurut dokter aku bahkan tidak akan punya anak tanpa treatment yang tepat. Aku memang dilahirkan untuk jadi lonte sepertinya.

Setelah mereka memuncratkan spermanya, kini mereka bertukar peran. Aku digenjot oleh Umet dan Rudi memaksaku mengulum penisnya. Kemudian Rudi menembakan spermanya ke wajah dan rambutku sedangkan Umet memuntahkan spermanya ke dalam rahimku juga. "Gw bikin lu hamil biar punya anak lonte juga kayak mamanya !" uajr Umet merendahkanku.

"Hehehe... enak juga isepan lu" ujar Rudi.

"Sekarang yuk kita bawa lu ke tuan F. eh ngapain lu ?" tanya Rudi ketiak aku mengangkat tanganku ke wajahku yang penuh sperma.
"gak usah lu bersihin muka peju lu. Biar semua orang bisa liat muka loe yang penuh peju !" bentaknya sehingga aku otomatis menurunkan tanganku dan bersiap di posisi merangkak. Kemudian mereka memakaikan rantai ke leherku dan menggembok leherku lalu mulai menarik rantai itu dan aku merangkak dengan wajah penuh sperma sehingga aku sulit melihat.

"Kamu merangkak ya sampai ke sana. Ini tasnya aku yang bawain !" ujar Umet membawa tasku. "kalo kamu salah aku akan pukul kamu pake pentungan" ujarnya kejam.

Akhirnya aku hanya bisa mengintip sedikit-sedikit karena mukaku penuh sperma yang menjijikan. Jika aku merangkak lamban Umet tidak rabu menghantam pantat dan vaginaku dengan pentungannya. Bahkan jika dipukul, sperma dalah vaginaku tumpah keluar dan sangat memalukan. Jika ia kesal karena aku lama, tanpa segan-segan ia menusukan tongkatnya ke dalam vaginaku hingga aku menjerit kesakitan.

ini sungguh meamlukan berjalan seperti anjing di siang hari dan sebentar lagi jam jumatan. para kuli dari komplek pergudangan bisa kelaur kapan saja dan menghabisi aku yang telanjang dan merangkak seperti anjing. Tapi mungkin aku akan baik-baik saja karena aku digiring oleh 2 satpam. Tapi tidak mungkin tidak ada yang melihatku.

Bahkan aku merasa kehinaan ini sudah sampai puncaknya. Aku melihat kucing liar berjalan di sampingku dan menatapku sehingga membuat air mataku ini tidak bisa berhenti mengalir. Sekolah di luar negeri dan bekerja sebagai business consultant di firma yang cukup dikenal dan kini merangkak seperti anjing di jalanan. bahkan pelacur saja diperlakukan jauh lebih baik dari aku. Tapi aku hanyalah budak dan aku dalam ketelanjanganku berjalan dengan kehinaan yang penuh dan perasaan yang hancur lebur.

"Wih siang-siang ini !" jerit seorang di seberang jalan yag keluar dari bangunan ruko pergudangan. Aku menoleh dan ada 4 orang kuli berdiri menyorakiku sambil mengeluarkan HP.

Umet dan Rudi hanya tertawa melihat kuli-kuli yang kaget da terkejut melihat cewek putih telanjang merangkak seperti anjing.
"Lonte darimana ?" tanya salah satu kuli.

"Ada Deh !" ujar Umet tertawa.
"Bagi donk !"

"Sabar nanti kebagian ! minta ijin bos besar yang punya lonte dulu." ujar Rudi ketawa enteng.

Aku malu setengah mati dan beberapa kali beberapa orang melihatku. Ada juga yang mau jumatan dan kaget serta jijik melihatku. Beberapa mobil melewatiku, ada satu dua mobil yang menurunkan kaca dan mengomentariku. Ada 3 truk besar dan 2 mobil biasa yang sempat melewati perjalanan memalukan itu. Sebelum sampai ke gedung tuan F, ada sekelompok orang yang mendekatiku dengan berani.

"Nah, lonte, anjing kalo ketemu harus kasih salam. jilat sepatu mereka !" perintah Umet.
Aku dengan hati hancur menjilati sepatu butut 3 orang kuli asing. Salah satu dari mereka mengeluarkan penisnya yang sudah tegang.
"Tuh, kamu jilatin dan servis bang Ari ya !" ujar Umet.
Aku memandang penis hitam bang Ari yang berbulu dan berbau tidak enak. Kuli ini mungkin kerinagtan dan sekarang dalam keadaan bau menyodorkan penisnya yang besar ke mulutku. Mencium abunya saja aku ingin muntah. Aku mencoba membuka sedikit mulutku dan langsung saja penis itu menyosor masuk ke mulutku. Dalam hatiku aku berusaha agar tidak muntah. Hanya terus berdoa selama wajahku masih penuh dengan sperma.

"Kamu servis bang Ari sampe keluar ya, udah keluar pejunya kamu tahan ya di mulut lacur kamu sampe kamu ke tempat tuan F" perintah Umet sadis.

Aku hanya bisa pasrah dan berharap penghinaan ini akan segera berakhir. Ketika bang Ari memuntahkan spermanya dari penis hitamnya aku tersedak dan berusaha untuk tidak memuntahkan atau menelan peju asin yang menjijikan itu dari mulutku.

"Kalo ditelan atau dimuntahkan, kita bakal keliling cari anjing liar sampe ketemu dan ngisi mulut kamu lagi pake sperma anjing liar. Ngerti ?" ujar Umet.

"Wih, makasih bos, diservis Lonte siang-siang gini !" Si kuli Ari tos-tosan sama Umet dan Rudi, kedua temennya asyik maenin puting dan vaginaku. "Yuk cau ah !" ujar bang ari mengajak dua temannya pergi setelah mereka mengambil wefie denganku yang mulutnya penuh sperma bang Ari.

Aku kembali digiring oleh Umet dan Rudi. Hampir setengah kilo aku merangkak seperti anjing di jalanan aspal. Aku tidak merangkak menggunakan lututku karena takut terluka. tanganku saja sudah luka-luka dan lecet-lecet ketika aku sudah sampai di depan gedung milik tuan F. Aku dan kedua satpam diam di samping gedung. Aku memandang gedung itu dengan tatapan sedih.

Ya Tuhan ! ini aku baru sampai ke tempat neraka ini, biasaya penyiksaanku baru akan mulai ketika masuk ke gedung ini, bukan dimulai dari depan kompleks. Kenapa aku semakin terhina seperti ini ?

"Lonte buang pejunya bang Ari di sini !"
Mendengar kata 'buang' aku sangat senang karena kupikir mereka akan menyuruhku menelannya. Aku segera memuntahkan sperma di mulutku ke lantai. "Uhuk....cuh......cuh...." aku segera ingin membersihkan mulutkud ari sisa-sisa sperma.

Aku masih di posisi menyedihkan seperti anjing telanjang dengan wajah penuh sperma yang sudah mengering. Dalam ketelanjangan yang hina itu aku menatap ke gumpalan sperma yang ada di lantai di depanku.
Aku seperti mendapat tamparan keras memandang sperma di lantai, "jilati sperma itu dan telan sampai bersih !" bentak Umet. Ini ketiga kalinya umet meneriaki hal itu. Sehina itukah diriku ? rasanya hati ini begitu terhina dan berikutnya sebuah tendangan mendarat ke dadaku dari sepatu Umet. "Cepet !" kemudian satpam kejam itu menginjak kepalaku dan menarik rambutku membuatku menangis
""iya tuan... ampun... ampun..."
aku menjulurkan lidahku dan mulai menjilati sperma yang baru saja kumuntahkan dari mulutku di lantai trotoar di depan gudang penyiksaanku. "Sluurppp....slurrrp..." aku hanya menahannya agar aku tidak muntah. menelan sedikit demi sedikit penderitaan pahitku yang baru akan dimulai.

"sluurp.....sluuurp" setelah semua debu campur sperma habis kujilat di lantai kotor, Rudi menginjak kepalaku hingga pipiku menempel di lantai bekas-bekas sperma yang sudah kujilati. Air mataku langsung mengalir.

"Bilang apa ?"

"Terima kasih tuan telah memperlakukan saya sepatutnya" ujarku dengan harga diri yang sudah habis.
"Ya udah nih loe masuk sana..." Rudi melempar tasku dan melempar bajuku ke kepalaku. Mereka berbaik hati melepas kalung rantaiku juga.

Kedua satpam hanya tertawa melihatku berpakaian. Aku segera berpakaian sepenuhnya walaupun aku tahu bahwa selanjutnya aku akan ditelanjangi lagi. Tapi setidaknya saat aku masuk ke gedung para kuli gedung tidak melihatku dalam keadaan telanjang. Aku segera menggunakan celana dalam pink-ku kembali dan menggunakan bra straplessku yang juga berwarna pink. Aku menggunakan dressku halterku kembali dan dari dress tersebut terlihat jelas braku yang terpamer. Mukaku yang sudah kusut dan bekas sperma kering masih terlihat jelas. Aku berjalan dengan buru-buru masuk ke gedung taun F.

Satpam gedung yaitu Martin, seorang pria asal ambon dengan kulit hitam dan kumis walrus segera menyambutku. "Eh bu Erva, masuk bu ke pos saya dulu !" gertaknya.

Aku masuk mengikuti Martin. Dia menutup pintunya dan aku berdiri membusungkan dadaku menyilangkan tanganku di pinggang belakang dan melebarkan kakiku.

"Saya minta tanda pengenalnya ya....." ujar Martin sambil tangannya memelortkan celana dalamku. Ia kemudian meremas vaginaku beberapa saat sebelum ia maemasukan tangannya ke baju dressku untuk melepas braku. "Kamu mukanya itu bekas sperma kering ya ? Satpam depan minta jatah ya ? Ya udah kasih aku jatah juga ya, kalo gak aku gak kasih kamu kartu tamu dan kamu tahu kan kalo kamu telat ada hukuman dari Tuan F ?" ancamnya.
Aku hanya bisa pasrah dan berlutut kembali dan memberikan kuluman ke penisnya dan kuminum habis spermanya.

"Oh mulai sekarang ini jadi S.O.P ya." ujar Martin mengalungkan kartu visitor bertali ke kepalaku.

"Terima kasih tuan," ujarku berusaha ramah. Kemudian aku keluar ruangan pos kecil itu dan langsung berbelok ke pintu di sampingnya. Kugesekan kartuku ke tempat penerimaan kartu agar pintu terbuka dan aku masuk. Kulihat ada banyak kuli yang sedang sibuk beres-beres karena sebentar lagi jumatan. Suara bising dan udara panas langsung terasa disertai bau keringat. Aku bergerak menuju tangga dan langsung berjalan ke lantai tiga secepat yang aku bisa supaya tidak mencolok walau beberapa mata melihatku.

Semua staff di lantai tiga yang sudah sering menggunakanku menyeringai saat aku masuk dan berjalan melewati kubikal mereka menuju ruangan Tuan F.

Aku mengetuk pintu....... kemudian ada suara menyuruhku masuk dan aku segera berlutut dan merangkak masuk.... aku memandang tuan F ditemani seorang perempuan di sana. Aku tercengang melihatnya tidak percaya apa yang kulihat....

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

17 August 2024

Pendahuluan : Budak ini diperintahkan oleh master untuk mengupdate blog "Budak harus memohon maaf ke warga Indonesia lain di blog bud...