Siang
itu, aku berjalan pulang dari kampusku. Membawa tas tangan berisi
buku-buku. Kalung anjing berwarna merah menempel di leherku,
mengikatku seperti layaknya anjing. Ada sebuah tag yang menempel di
kalung itu bertuliskan "Vei Sex Slave" dibalik tag itu ada
tulisan "Jika menolak diperkosa hubungi : 0812-6969-6969"
nomer telepon Mistressku yang kejam.
Aku
tidak diperbolehkan menggunakan pakaian dalam dan hari itu aku
menggunakan rok mini putih, sepatu dengan hak tinggi stiletto. Serta
sebuah blouse peach berbahan tipis yang panjangnya memaksaku
memperlihatkan sebagian perutku yang rata.
Hari
itu bukan hari keberuntunganku karena ketika aku berjalan menyusuri
trotoar kulihat ada segerombolan pemuda, mungkin anak-anak STM atau
pengangguran yang memandangku dan berjalan mendekatiku. Jumlah mereka
5 orang dan aku tahu aku harus segera menyebrang untuk menghindari
mereka. Tapi ketika aku menyebrang, mereka juga segera menyebrang
diagonal dan langsung menghampiriku.
"Hai
gadis manis, godain kita donk. Kamu seksi amat" ujar salah satu
dari mereka. Dalam sekejap mereka mengepungku.
Aku
tahu ini akan menjadi buruk, tapi aku hanya bisa pasrah. bagaimanapun
aku memang hanyalah budak seks. Dan Mistressku akan sangat suka jika
aku mengalami keadaan seperti ini.
Mistressku
sudah memberikan perintah yang jelas bahwa ketika ada orang yang
ingin meraba dan menyentuhku aku tidak boleh memberikan perlawanan.
Bahkan ketika aku diperkosa aku harus berterima kasih kepada para
pemerkosaku. Jika aku menolak dan dia tahu, maka dia akan menghukumku
dengan sangat mengerikan. Aku masih ingat 3 bulan lalu ketika ada
segerombolan tukang tambal ban yang menyergapku dan aku menolak
mati-matian. Mereka entah bagaimana berhasil membaca tag di kalung
anjingku. Dan karena nomer mistressku begitu mudah untuk dihafalkan.
Pada kejadian itu aku akhirnya hanya diraba-raba, aku berhasil lari
dengan teriak sekencang mungkin dan menarik perhatian satpam gedung
yang kebetulan lewat. Aku berhasil lolos dari mereka. Tetapi tanpa
kusadari Mistressku mendapat telepon dari mereka.
Aku
mendapat hukuman kejam saat itu. Aku diikat kemudian Vaginaku
dimasukan es batu dan mendapat 20 kali cambukan. Aku kedinginan dan
kesakitan tapi sampai semua es batu meleleh aku tidak dilepaskan.
Berikutnya Buah dadaku mendapatkan 30 kali cambukan dan dijepit
dengan penjepit jemuran baju selama 15 menit. Belum selesai,
Mistressku menyeretku dengan hanya menggunakan pakaian dari koran
membawaku kembali ke tempat penambal ban. aku dipinjamkan selama 24
jam secara bebas kepada penambal ban dan aku habis-habisan dipakai
selama 24 jam oleh penambal ban dan teman-temannya. Pakaian dari
koranku sudah hancur tak berbentuk diakhir sesi pemerkosaan
mengerikan itu. Aku pulang di tengah malam dalam keadaan telanjang,
hanya menggunakan kalung anjingku. Malam itu aku harus memohon supir
taksi untuk mengantarku dan mengijinkannya menyetubuhiku sebagai tips
selain ongkos pulang yang aku berikan ketika aku mencapai
apartemenku. Aku sungguh tidak mau lagi merasakan hal itu. Apalagi
Mistressku sudah bilang akan menjahit vaginaku jika aku menolak
diperkosa lagi.
Kali
ini aku hanya terdiam ketika mereka mulai menyentuh buah dadaku dan
merasakan bahwa aku tidak memakai bra. Mereka mengejekku
"wah
non berani ya, non suka ya diginiin"
"perek
kali... hahahhaa"
"lonte
cina nih...."
"wah
ada tulisan di kalungnya.... sex slave... wahahaha"
"kamu
nurut aja...."
"wah
kalo dia nolak kita diminta telepon nih..."
aku
langsung panik dan memohon "saya akan menurut tuan-tuan, mohon
jangan telepon." ujarku panik.
"kalo
gitu silangin kedua tangan lu dibelakang, busungin tuh toket."
"i-iya
tuan" ujarku pasrah, air mataku mulai menggenangi mataku. Dengan
sekejap aku menyilangkan kedua tanganku di belakang.
"boleh
donk kita angkat bajunya" ujar salah satu dari mereka
"saya
cuma budak, saya tidak punya hak untuk menolak tuan." ujarku
sambil menahan malu. aku memalingkan wajahku tidak mau melihat
ekspresi kegirangan menjijikan mereka yang membuka bajuku.
Salah
satu pria itu menarik bajuku ke atas dan membuat buah dadaku
menggelantung bebas tertepa angin dan cahaya.
"wah
putingnya pink tua" ujar mereka sambil tangannya memainkan
putingku di pinggir jalan. Mobil-mobil berlalu tapi tampak tidak ada
yang tertarik menolongku. Beberapa mobil mungkin melihat dadaku
dengan bebas dan aku hanya terdiam, tanganku kusilangkan dibelakangku
dan aku mendisplay diriku layaknya pelacur murahan, mendorong dadaku
sedikit ke depan agar para pemerkosaku dapat dengan bebas
memainkannya.
"wah
putingnya mengeras !" ujar mereka kegirangan. Aku hanya terdiam
menahan malu dan air mata. Aku tahu ini tidak akan sebentar dan akan
berlarut-larut. Aku sudah tidak tahu sudah berapa kali aku diperkosa
dalam satu tahun terakhir, aku tidak lagi menghitung semenjak aku
masuk kuliah.
Tidak
puas hanya memainkan dadaku, mereka mengangkat rokku.
"Wah
dia ga pake celana dalam !" ujar seseorang melihat vaginaku yang
tidak berbulu. Mistressku selalu melakukan waxing terhadap bulu-bulu
yang ada di tubuhku. Mistressku menganggap bulu adalah bentuk pakaian
dan aku tidak boleh memakai pakaian dalam sama sekali, termasuk
buluku. Setelah beberapa tahun terus-menerus waxing dengan cara yang
menyakitkan kini mereka tidak tumbuh lagi.
Mereka
langsung meremas-remas vagina dan dadaku dengan buas. Salah satu dari
mereka segera menggiringku ke jalanan yang lebih sepi. Mereka
menggiringku dengan menarik puting dadaku, dan aku tanpa melawan
menurut dengan pasrah saat mereka menarik putingku menyusuri jalanan
ke dalam sebuah gang sempit. Aku digiring dengan cubitan menyakitkan
pada putingku dan aku tidak bisa melawan, hanya bisa pasrah menerima
nasibku.
Jarak
ke gang sempit itu sekitar 200 meter, jadi aku dipermalukan dengan
cara digiring seperti pelacur yang paling hina. Puting kananku
ditarik dan aku hanya berjalan dengan tangan disilangkan dipunggung
dan mengikuti mereka. Bajuku masih terangkat di atas dadaku. Dan
rokku diangkat dan ujung bawah rokku diselipkan di pinggangku
sehingga aku memamerkan vaginaku yang telanjang bulat.
Dalam
gang sempit mereka langsung menelanjangiku dan memaksaku berlutut
untuk melayani mereka. Aku menghisap kemaluan mereka sementara kedua
tanganku sibuk mengocok kemaluan lainnya. Mereka sibuk
menggerayangiku dan aku tidak ingat seberapa kali mereka memperkosa
aku. Mereka memasukan kemaluan mereka ke dalam liang vaginaku
setidaknya satu orang satu kali. Mereka mengeluarkan sperma mereka di
dalam liang vaginaku. Aku sudah di-steril sejak aku menjadi budak
seks pada saat SMA di usiaku yang ke 16 sehingga aku tidak perlu
takut hamil lagi sekarang. Bukan saja aku melayani ke5 pemuda tadi,
beberapa orang yang melewati kamipun ada yang ikutan memainkan
payudaraku, atau ikutan minta diservis. Beberapa memaksaku mengulum
penis mereka, beberapa memperkosaku, dan beberapa hanya merekamku.
Ketika
matahari terbenam aku hanya bisa terduduk lemas tanpa harga diri
dengan rambut dan badan penuh sperma. Bahkan di mulutku masih tersisa
sperma-sperma dan aku hanya bisa menangisi nasibku. Mereka
meninggalkanku di sisi gang. Kejadian itu begitu buram dan
mengerikan. Suara Adzan terdengar di kejauhan dan aku hanya bisa
berusaha berdiri, mengambil pakaianku yang berserakan dan segera
berjalan pulang.
Aku
tahu di perjalanan beberapa orang menatapku dengan jijik dan mungkin
curiga apa yang telah terjadi padaku tapi aku sudah tidak peduli
lagi. Aku berjalan secepat mungkin dan masuk ke dalam apartemenku.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar