Jumat, 05 Agustus 2022

Business Consultant Rendahan 14

CHAPTER 14


Sudah 1 bulan sejak aku menjadi budak seumur hidup dari Laureen. Hidupku tidak lebih baik, tapi setidaknya tidak 24/7 merasakan sakit seperti di penjara. Aku tetap berusaha menghidupi hidup menyedihkanku karena di berkas-berkas dokumenku menyatakan kalau aku bunuh diri maka ciciku akan mereka culik menggantikanku.

berikut ini adalah jadwal mingguanku.

Senin
- 07:00 Ke kantor dan bekerja sebagai budak
- 19:00 Ke Dungeon Rieska dan menginap di sana

Selasa
- 07:00 Ke kantor dan bekerja sebagai budak
- 19:00 Pulang kantor ke tempat GYM

Rabu
- 07:00 Ke kantor dan bekerja sebagai budak
- 13:00 Ketemu Misstress Laureen dan Jess di kantornya.

Kamis
- 07:00 Ke kantor dan bekerja sebagai budak
- 19:00 Pulang kantor ke tempat GYM

Jumat
- 00:01 Ke daerah pergudangan
- 13:00 Jadi budak di kantor Tuan F

Sabtu
Pelayanan Masyarakat

Minggu
- Istirahat


Senin
-----

Seperti biasa jam 5 pagi aku terbangun menggunakan alarmku di hari senin. Aku tidur di kamar apartemenku dalam keadaan telanjang dan hanya menggunakan bedcoverku. Aku juga menggunakan collar berwarna merah dan tanganku diborgol di depan dengan borgol polisi. Aku tidak tidur di ranjangku, melainkan aku tidur di lantai di samping ranjang. Aku tidak diijinkan tidur di ranjang oleh Mistress Laureen, hanya dalam keadaan tertentu saja aku boleh menggunakan ranjangku. Kebanyakan aku tidur di lantai, atau kadang aku diperintahkan tidur dengan kepala masuk ke dalam closset wc, ataupun tidur di balkon kamarku. Dan aku tidak berani menolak karena apartemenku dilengkapi CCTV tersembunyi yang sering dicek oleh Mistressku.

Aku membuka mataku, mematikan alarm lalu mematikan AC yang membuatku kedinginan. Aku membuka selimutku yang menyelimutiku di lantai dan berjalan ke kamar kecil. Aku sikat gigi, mandi , dan membereskan semua urusan kebersihan. Aku ke meja riasku dan mengeringkan rambutku. Mencuci muka dengan gentle cleanser dan air murni. Ya untuk cuci muka aku menggunakan air murni, apartemenku dilengkapi dengan dispenser air RO sehingga aku gak perlu repot dengan drama galon dan salah satu rahasia cantik selain skincare yang lumayan mahal adalah menggunakan air murni. Jadi seringkali sudah pake skincare mahal tetep gak glowing soalnya airnya pake air keran biasa, air keran biasa biasanya mengandung mienral2 keras yang gak bagus di wajah jadi mau pake skincare mahalpun gak guna kalo cuci mukanya udah salah. Tak lupa aku memakai serum moisterizing, cream wajah dan riasan tipis seperti bedak dan kalo di jakarta harus banget pake tabir surya supaya kulit tetap sehat. Apalagi aku banyak menunjukan kulitku.

Kemudian aku memilih pakaian yang akan kukenakan hari ini. Aku memilih kemben coklat muda yang belakangnya hanya tali-tali saja dan menggunakan rok mini putih setengah paha. Tentunya aku tidak berani menggunakan pakaian dalam karena jika ketahuan aku pasti akan disiksa habis-habisan. Aku pernah mencoba memakai pakaian dalam dan aku dihukum untuk menggunakan bra dan celana dalam berpaku payung selama seminggu. Sungguh mengerikan rasanya. Berikutnya aku menggunakan highheel putihku dan merapikan rambutku. Tidak lupa aku gunakan collar anjingku yang berwarna hitam. Aku memiliki beberapa collar dan tiap hari aku harus memakainya.

Aku keluar dari apartemenku masih dalam keadaan terborgol, aku mebawa tas kerjaku dan turun lift. Aku turun di Basement dan mendekati kantor sekuriti dimana para satpam beristirahat. Aku melepas kembenku dan rokku, menyisakan highheel dan collarku kemudian masuk ke kantor satpam sempit itu dimana hanya ada beebrapa kursi dan meja serta layar untuk melihat CCTV. Dalam keadaan telanjang aku dengan malu-malu mendekati Regi dalam keadaan berlutut.

"Selamat pagi tuan Regi," aku berlutut dan menyembahnya sampai kepalaku menempel dengan lantai. Regi menginjak kepalaku dengan sepatunya "pagi Lonte erva," ujarnya.

Regi adalah satpam di apartemenku yang memiliki kuasa atasku. Setelah aku menjadi budah Laureen, Regi tidak diijinkan lagi menjualku sebagai pelacur karena menurut Laureen aku ini hanya barang gratisan, gak boleh dijual. Harga 100 rupiahpun kemahalan sehingga produk seperti aku ini layaknya gratisan. Regi kini dapet sedikit uang dari Laureen untuk menjadi penjagaku, tentunya jika Regi mau dia diijinkan kapanpun menggunakan ku di lingkungan apartemenku. Kadang bahkan Regi tidur di kamarku, dia tidur di ranjang smeentara aku akan tidur di lantai, atau di WC ataupun di balkon. Pernah juga Regi kesal denganku dan menghukumku untuk tidur di tempat pembuangan sampah. Di setiap lantai ada ruang pembuangan sampah dan aku pernah satu atau dua kali digiring Regi untuk tidur di ruang tersebut. Pagi-pagi aku akan dijemputnya untuk mandi dan kembali bekerja.

Pagi ini aku juga harus mengulum penis Regi, dia memasukan penisnya dengan kasar ke mulutku dan melakukan deepthroatku. Aku menjilati penisnya dan berharap ia cepat mengeluarkan spermanya. Setelah dengan kasar menyiksa mulutku aku merasakan spermanya berkedut tapi ia buru-buru mencabut penisnya dan membuang spermanya ke lantai.

"bersihkan !" perintahnya. Aku dengan sedih mendekati mulutku ke penisnya dan mulai menjilati penisnya sampai bersih. Setelah aku membersihkan penisnya. dengan menelan harga diriku dan sedikit tetesan air mata aku mendekati lantai dimana spermanya berjatuhan di lantai dan menjulurkan lidahku untuk membersihkan semua sperma Regi dari lantai dan menelannya. Aku kemudian membuak mulutku memperlihatkan aku telah menelannya. Regi kemudian meludahi mulutku. sungguh menjijikan. Tapi aku hanya bisa pasrah menerima hinaan dan kejijikan ini. Rasanya setiap hari semakin menyedihkan.

"Loe harusnya ke kantor bugil aja lonte. toh diakntor juga lu bugil lagi !" ejeknya merendahkanku.

"N...nanti budak ini ditagkap polisi...."

"gw gak mau tau, u harus di grepe-grepe nanti di busway. kalo loe pulang gak bawa bukti loe abis di grepe, gw akan hukum loe !"

Regi kemudian mengambil kunci borgol dan membuka borgolku dan mempersilahkan aku kembali berpakaian dan pergi.

"i...iya tuan...Terima kasih tuan telah menggunakan budak ini sepatutnya" ujarku kembali menyembahnya setelah berpakaian. Aku mencium sepatunya lalu mengambil tas kerjaku dan jalan keluar.


Aku tidak diijinkan menggunakan mobil, jadi aku harus menggunakan transportasi umum. Mobilku terparkir di tempat parkir apartemen dan hanya digunakan jika aku mendapatkan ijin dari Laureen. Aku harus naik angkutan umum ke kantorku. Jadi aku berjalan cukup jauh dan menjadi tontonan banyak orang dengan rok dan pakaianku yang terbuka. Aku masuk ke halte busway dan  aku akan bergerak masuk. Aku berjalan ke bagian belakang bus dimana lebih penuh dengan cowok-cowok berharap ada yang menyentuhku karena aku takut dihukum tuan Regi. Biasanya jam 6.30 pagi masih tidak terlalu penuh dan tidak terjadi apa-apa selama perjalanan. Aku akan mencapai kantorku hanya beberapa stop saja. Aku segera berlari dan berjalan dan masuk ke gedung kantorku dimana satpam sudah sangat haval denganku, terutama sejak aku digiring telanjang keluar kantor dan juga tidak lama kembali dan selalu berpakaian sangat terbuka. Apalagi aku selalu menggunakan collar anjing. Mungkin dia tahu aku sudah jadi budak seks, tapi belum beranni menggunakanku. Padahal aku tidak boleh menolak jika ia menggunakanku.

Aku naik ke lift dan aku tahu pandangan matanya seolah menelanjangiku walau dia tidak pernah berbuat macam-macam padaku.

Aku naik ke lantai kantorku dan berjalan menyusuri koridor. Di depan kantorku yang masih kosong aku menghela nafas. Sebelum aku menginjakan kakiku ke lobby masuk, aku harus membuka pakaianku dan menelanjangi diriku. Aku melipat kemben, rok dan meletakan sepatuku di rak yang ada di lobby. Kemudian aku merangkak seperti anjing karena aku tidak diijinkan berjalan dengan dua kaki ketika di kantor tanpa ijin. Kantorku dipenuhi CCTV jadi aku sama sekali tidak berani membantah. Aku hanya merangkak ke ruangan servis dimana aku mengambil kain pel dan juga ember untuk mulai mengepel seluruh ruangan kantor. Setidaknya aku boleh menggunakan kain pel. Minggu lalu aku dihukum oleh Nadia karena terlambat 3 menit di hari senin. Selama seminggu aku tidak diijinkan mengepel menggunakan kain, aku harus menggunakan lidah dan payudara sebagai pel selama satu minggu. Aku sungguh lusuh dan memalukan selama seminggu.

Sekitar jam 7:15 OB kantor Udin muncul. Aku yang sedang mengepel langsung merangkak ke arah Udin dan menyembah Udin. "Selamat pagi tuan Udin" ujarku sambil mencium sepatu lusuhnya. Aku diwajibkan menyembah semua orang di kantor ini dan sebagai penerimaan mereka harus menginjak kepalaku. Sebelum mereka menginjak kepalaku artinya aku belum diterima dan harus terus menciumi sepatu mereka dan terus merendahkan diriku.

"Eh lonte Erva udah datang, kerja yang rajin ya. Abis u beresin ruangan ini u ke ruang belakang dulu, gw mau ngerokok dulu di wc pantri." ujar Udin ngeleos  padahal aku sedang menciumi sepatu lusuhnya.

"Uh... tuan Udin..." ujarku yang masih dalam posisi menyembah dan kepalaku ada di lantai dan menungging. "Tu...tuan belum menginjak kepala budak ini..." ujarku merendahkan diri karena takut akan terkena hukuman.

Aku pernah tidak diinjak kepalaku saat menyembah dan karena yang kusembah pergi begitu saja aku kembali melanjutkan pekerjaanku, aku dihukum oleh Zahra dan Nadia. Hukumanku waktu itu adalah aku harus berbaring diikat dan mengigit rantai dari nipple clamp yang menyiksa kedua putingku sambil terus mengucapkan "Aku Budak, Aku Keset, Injak Aku,...Aku Budak, Aku Keset, Injak Aku,...." terus berulang-ulang seperti mantra selama jam kerja. Jika aku berhenti komat kamit mereka akan mencambukku dan mmenyiksaku. Aku hanya boleh berhenti ketika ada yang menyeretku ke kamar mandi untuk diperkosa. Natasha akan berbaik hati memberikanku minum setiap jam dan memberikanku ijin untuk ke wc setiap 2 jam selama jam kerjaku di hari itu. Aku diinjak bagai keset setiap ada yang yang ke WC Yang laki-laki juga menginjak tubuhku tapi mereka lebih baik dan agak sedikit hati-hati serta tidak menumpukan semua beban tubuh mereka ke tubuhku , tetapi para perempuan akan menginjakku dengan bengis dengan high heel mereka, bahkan Zara akan berdiri di payudaraku dan peruntuk dan meloncat loncat membuatku menjerit kesakitan. Setiap kali ada yang sudah kesetan menggunakan tubuhku aku juga harus berterima kasih sebelum melanjutkan mantra ""Aku Budak, Aku Keset, Injak Aku"
 
"T-tuan tolong injak kepalaku....." ujarku lagi lirih kepada Udin takut mendapatkan hukuman mengerikan.

"Kalo belum diinjak ya kamu harus terus menempelkan wajahmu ke lantai sampai aku injak !" ujar Udin tidak peduli. "Selesaikan sisa pel dengan lidah dan dadamu," ujar Udin tidak peduli. "Aku baru akan menginjak kepala lonte loe kalo gw mau !" ujarnya lagi sambil berjalan ke pantri.

Aku tahu aku tidak boleh berdiri, aku hanya terus memerangkak sambil dalam posisi menyembah kembali ke dekat ember dan kemudian melanjutkan mengepel ruangan itu menggunakan lidahku karena kepalaku tidak boleh lebih jauh dari 5 cm dari lantai atau aku dianggap berdiri dan melanggar aturan. Untungnya hanya sedikit bagian yang belum kuselesaikan.

Aku hanya terus melanjutkan pekerjaanku sampai jam 7.30 ketika aku sudah beres mengepel sisa ruangan yang tinggal sedikit tadi aku kembali merangkak ke pantri dimana di WC pantri bagian belakang ada WC khusus OB dan tempat OB menyimpan pel dan sapu serta tempat dimana OB kantor kami merokok. DI Gedung tentunya tidak boleh merokok tapi OB kami Udin biasa suka merokok di bilik WC khusus miliknya yang sangat berbau rokok. Aku merangkak dan mengetuk bilik tersebut sambil wajahku masih menunduk dekat dengan lantai.

Udin membuka WCnya dan bau rokok langsung tercium. "Oh udah beres...." ujar Udin kemudian ia menyodorkan sepatu lusuhnya dan aku menciumi sepatu lusuhnya kembali. Setelah aku mencium sepatu lusuhnya sekitar 1 menit barulah ia menarik kakinya dan menginjakku.

"Kerja bagus Lonte !"

"terima kasih tuan telah menggunakan Erva," ujarku lirih saat ia menginjakku.
"Gw mau matiin rokok." ujarnya, "Mau dimatiin di mulut loe, di puting loe, ato di vagina loe ?" tanyanya kejam.

Aku hanya pasrah menangis, "dimanapun tuan menginginkannya, budak ini gak berhak untuk memilih...."

"Ya udah puting u deh...." ujarnya sambil melepas injekannya dari kepalaku.
Aku kemudian berlutut dan mengadah kepadanya memamerkan kedua payudara indahku untuk dijadikan asbak olehnya. Aku siap-siap merasakan sensasi panas dan sakitnya dan tiba-tiba saja rasa panas sakit itu menyerang puting kananku.

"AAaaarghhhhh........ t-terima ksih tuan telah menggunakan asbak ini...." ujarku merendahkan diriku.

"Isep !" perintahnya sambil menjenggut rambutku dan mengarahkan wajahku ke penisnya yang ia keluarkan. Aku kemudian menjilati penisnya dan memberikan blowjobku kepada OB ini sementara dia membuang sisa puntung rokoknya di atas kepalaku. Aku ini sungguh hina, tpai inilah kehidupanku sejak aku jadi budak Laureen. Tidak ada hari dimana aku tidak merasa ingin mati saja.

Aku menghisap penisnya kemudian ia dengan kasar memaksaku untuk menunggung dan mendoggyku untuk beberapa saat tapi kemudian ia menarikku kembali dan berejakulasi di dalam mulutku dan memaksaku menelan spermanya dan membersihkan penisnya.

"Sana kembali kerja !" ujar Udin mengusirku setelah ia menggunakanku.

"Terima kasih tuan Udin, " ujarku kembali menyembahnya dan membiarkan ia menginjak kepalaku. Udin menginjak kepalaku dengan kasar lalu membiarkanku bebas.

Aku membersihkan sisa abu rokok dari rambutku dan menatanya kembali rapi. Kemudian aku merangkak kembali ke ruang lobby dan memamerkan diriku dengan berlutut di sana dalam ketelanjanganku. Tanganku ddisilangkan dibelakang. Aku menunggu sampai Imel dari bagian resepsionis datang.

Imel biasa datang kedua setelah OB karena dia dari bagian resepsionis. Dan aku harus menjadi kesetnya dulu baru aku diijinkan masuk ke dalam ruangan untuk bekerja di ruang kerja utama. Lobby kami hanya ruangan kecil berukuran 3x3 meter, ada logo perusahaann dan meja resepsionis serta sebuah sofa untuk menggu dan cofee table. Aku berlutut di depan meja resepsionis. Untungnya pintu ruangan ini yang terbuat dari kaca ditempeli stiker sehingga orang lebih sulit untuk mengintip ke dalam walaupun amsih memungkinkan. Doaku setiap hari hanyalah jangan sampai satpam atau ada orang lain yang mengintip dan mendapati aku sedang telanjang berlutut menunggu Imel.

Pukul 08:05 Imel menunjukan dirinya, pintu kaca berstiker itu terbuka. Imel berkulit agak gelap dengan tubuh yang sangat kurus, ia menggunakan setelah blazer hitam, tanktop kuning, dan rok setengah betis biru tua. Ia juga menggunakan sepatu tertutup dengan heels 5cm yang tidak terlalu tinggi. Rambutnya rapih diikat ke atas seperti pramugari. Ia juga menggunakan syall tipis berwawrna biru.

"S-Selamat pagi nona Imel..." ujarku segera mendekatinya dan bersujud menyembah perempuan ini. Aku menicum sepatunya dan menanti diinjak olehnya. Imel kemudian menginjak kepalaku dengan sepatunya. "Pagi Lonte Erva," ujarnya. "Tolong buatkan aku kopi !" perintahnya

"Terima kasih nona telah menggunakan budak ini. Budka ini akan segera membuatkan teh untuk nona..." uajrkua yang segera merangkak ke pantri.

Aku membuatkan kopi untuknya di dapur dan membawa nampan. Aku memang diijinkan berdiri jika sedang menghidangkan sesuatu dengan nampan. Imel mencicipi kopiku dan mengijinkanku untuk masuk ke dalam ruang kerja.

Jam 8:15 beberapa mulai datang pegawai pria yang segera aku bersujud dan mereka akan menginjak kepalaku. Kemudian aku akan mereka geret ke meja mereka untuk aku layani dengan blowjob. Aku akan menelan sperma mereka, dan biasanya setelah satu selesai di servis sudah ada pegawai lain yang sudah datang di mejanya, aku harus samperin mereka satu persatu dan menyembah mereka dan membiarkan kepalaku diinjak. Tidak semua menggunakanku untuk oral sex, beberapa dari mereka yang sibuk hanya menginjak kepalaku dan mempersilahkan aku kembali bekerja. Ada juga beberapa perempuan yang sudah datang. Aku juga harus menyembah Nadia dari HR, Vanya yang dulu asistenku, dan Zahra staffku yang sangat suka menyiksaku.

Aku sangat sibuk sekali pagi itu, mulai dari menyembah satu persatu dan juga melayani oral seks beberapa pegawai pria. Jam menunjukan pukul 9 dan semua sudah datang. Aku masih sibuk mengulum salah satu staff akunting. Kulihat Jam 9:01 Zahra dan Nadia baru datang. Aku segera secepat mungkin menyelesaikan blowjobku dan menelan sperma pria yang sedang memakaiku. Setelah aku menelan spermanya aku bersujud berterima kasih karena telah menggunakanku lalu aku merangkak ke Nadia di ruang HR.

"S-selamat pagi nona Nadia," ujarku merangkak dan menghampiri kakinya lalu aku menyembahnya dan mulai menjilati sepatu high heelnya.

Nadia menggunakan dress tosca dan bolero putih, sama dengan sepatu high heel nya yang juga putih.

"Pagi Lonte !" ujarnya sambil menginjak kepalaku.
"Terima kasih nona Nadia telah memperlakukan budak ini sepatutnya," ujarku merendahkan diri.

"Loe merasa pantas diperlakukan seperti ini ?" tanya Nadia yang masih menginjak kepalaku

"I..iya budak seperti hamba sudah sepatutnya diinjak," ujarku menelan harga diriku.

"Kamu gak tau terima kasih !" Ujar Nadia mengambil ikat pinggang dan mencambuk punggung dan pantatku. "Kamu cuma diinjak ini sudah terlalu baik, harusnya kamu disiksa tanpa henti ! itu yang baru cocok buatmu dasar lonte !"

"I..iya nona... budak ini sungguh berterima kasih diperlakukan terlalu baik oleh nona dan tuan di sini..."

"inget bukan sepatutnya ! kalo sepatutnya kamu harusnya lebih hina dari ini. Jadi menurutmu kalo sepatutnya kamu harusnya diperlakukan seperti apa oleh saya ?" tanya Nadia.

"Uh...." belum selesai aku berpikir Nadia mengucek-kucek kepalaku dengan kakinya dan mencambukku kembali dengan cambuknya. "Jawab cepet !"

"Budak ini sepatutnya selain diinjak, dimasukan lubang kelaminnya dengan heels nona Nadia dan diludahi..." ujarku.

"Kamu memang gak tahu diri ! itu masih terlalu bagus buatmu lonte Erva. Mulai sekarang khusus kepada kamu, saya akan memberikan apa yang pantas kamu dapatkan. Pertama kamu akan diinjak kepalanya, kemudian kamu harus meberikan wajahmu untuk aku ludahin, lalu kamu harus memberikan lubang vaginamu untuk aku bersihkan sepatu dan heelsku. Dan harusnya setelah itu kamu harus memintaku untuk menendang kedua payudarahmu dan vaginamu karena rasa sakit adalah yang sepatutnya u rasain. Dan sealama aku memperlakukanmu kayak gitu, aku mau kamu mempermalukan dirimu dengan kata-kata yang merendahkan diri."

"I...iya nona....Nadia. Mulai saat ini saya akan selalu minta nona Nadia memperlakukan saya seperti saya sepatutnya. " ujarku.

Nadia kemudian mengucek-ngucek kepalaku dengan kakinya lalu mengangkat kakinya.
"Te-terima kasih nona Nadia, silahkan ludahi wajah Hamba yang hina ini," ujarku sambil berlutut dan mengadahkan wajahku dan membuka mulutku.

"hoek...hoek..." Nadia kemudian membuang dahaknya di mulutku. "Cuih" ia juga meludahi keningku.

"Glek...." aku bersusah payah menlan dahaknya yang menjijikan dan menangis tapi aku tahu ini yang aku pantas dapatkan, " Terima kasih nona... budak ini hanyalah tempat pembuangan dahak dan tubuh budak ini tidak lebih dari pembersih sepatu. Silahkan nona membersihkan sepatu nona di lubang hamba," aku berbaring di lantai, melipat kakiku, menaikan pantatku dan membukanya lebar-lebar vaginaku untuk menerima serpatu highheelnya. Nadia memasukan heel sepatunya ke lubang vaginaku yang aku bukakan untuknya. Kemudian Nadia juga memasukan ujung sepatunya yang ke bbir vaginaku, ia saat ini menggunakan sepatu yang cukup lancip sehingga bisa dimasukan sebaguan ke dalam vaginaku.

"Terima kasih, telah menggunakan memek pembersih sepatu ini." ujarku merendahkan diriku agar ia senang.

"Terus rendahkan dirimu !" Ujar Nadia sambil mengulek-ngulek vaginaku dengan sepatunya.
Entah kenapa aku juga becek dan terangsang diperlakukan seperti ini.

"Lonte ini hanyalah pembersih sepatu yang gak ada harganya, terima kasih nona Nadia telah mengijinkan memek hina ini membersihkan sepatu nyonya yang jauh lbh berharga dari nyawa budak ini. Budak ini bersyukur diijinkan merasakan sepatu nona Nadia." ujarku

"good," ujar Nadia sambil mengganti sepatu ke sepatu sebelahnya.

"erva hanyalah budak rendahan, memek lacurnya hanya pantas untuk membersihkan sepatu. Saya lacur, saya murahan, memek saya hanya untuk pembersih sepatu, saya gak lebih dari jamban dan wc, saya paling rendah posisinya dari semua pelacur dan budak..."

Nadia melepas sepatunya dari vaginaku. "Terus terakhir harus ngapain ?" tanyanya mengujiku.

"Si..silahkan nona Menendang payudara budak ini dan vagina hamba." Ujarku sambil berlutut dan membusungkan dadaku untuk menerima tendangan kasar darinya. Nadia mendang putingku dengan kasar masing-masing satu kali. Kemudian aku melebarkan kedua kakiku agar ia bisa menghantam vaginaku dengan tendangannya.

nadia menendang vaginaku sekuat tenaga membuatku terjatuh dan menjerit. "T...terima...terima kasih nona.....budak lacur ini memang sudah sepatutnya disiksa lebih tapi nona memberikan belas kasihan. terima kasih...."

"Sana pergi !" Nadia kembali menendang payudara dan vaginaku yang masih meringkuk karena kesakitan. aku merayap keluar dari ruangan HR sambil terus ditendangi oleh Nadia.

Aku kemudian menghela nafas sejenak sambil menjadi tontonan di ruang kerja yang penuh kubikal. Lalu aku merangkak dan mendekat ke meja kubikal Zahra yang dekat dengan ruanganku. Kini ruanganku digunakan Vanya.

Aku merangkak mendekati Zahra kemudian menyembahnya dan menciumi sepatunya. Zahra menggunakan gamis warna coklat dan hijab krem serta luaran tambahan krem dengan ikat pinggang warna coklat keunguan seperti warna terong.

"S-selamat pagi miss Zahra," ucapku sambil terus menciumi sepatunya yang berwarna hitam
"Pagi Bu Erva, eh Lonte Erva...." Zahra kemudian menarik kakinya dan menginjak kepalaku sambil mencemoohku.

Zahra mengucek-ngucek kepalaku dengan kakinya kemudian ia mengangkat kakinya.
"T-terima kasih miss Zahra," ujarku. Aku kemudian hendak pergi tapi ia menahanku, "Mau kemana lonte ? emang aku udah kasih ijin kamu pergi ?"

"Eh...maaf miss Zahra..." uajrku buru-buru merangkak berbalik.
"Maaf ? Gak akan pernah dimaafin kamu ! Yang bener kalo salah itu minta hukuman !" Bentak Zahra sambil mencupit puting kiriku dengan kasar dan menariknya sampai aku yang merangkak, berlutut dan kemudian berdiri.

"Siapa suruh beridir !" bentaknya lagi sambil mendoronhgku sampai jatuh.

"Uh maaf miss Zahra, silahkan hukum budak ini karena budak ini tidak patut dimaafkan," ujarkua smabil buru-buru berlutut dan menciumi kakinya.

"Meeting sudah mau mulai, ke ruang meeting !" Vanya tiba-tiba keluar dari ruangannya dan meminta kami semua ke ruang meeting. Aku terselamatkan oleh mantan asistenku.

Aku merangkak dan bersyukur bisa lolos dari hukuman Zahra dan kami semua siang itu membahas meeting yang cukup panjang sampai makan siang. Selama meeting aku berlutut di samping Vanya dan terus memperhatikan, mulai dari bahasan dari update para klien dan juga strategi yang dijalankan serta membahas review dan analisa dari data-data yang ada di bulan sebelumnya. Quarter kali ini yang dipenuhi krisis membutuhkan strategi yang baru.

"gimana menurutmu Lonte ?" tanya Vanya saat ada ide yang dipresentasikan.
"Menurutku prosnya dari ide tuan Arif sangat menarik, ini cukup relatable dengan target market, tapi ini perlu dipastikan dengan mencari data dulu apakah benar ini akan benar-benar relatable dengan mereka. Kita semua merasa ini relate, tapi perlu dipastikan supaya berdasar dan based on data keputusannya bukan intuisi. Kita bisa melakukannya dengan low cost juga. Selain itu untuk consnya adalah ini mungkin bisa backlash juga karena agak riskan karena membawa hal-hal yang bagi beberapa orang cukup sensitif. Mungkin kalo dikemas dengan benar komunikasinya akan lebih oke." ujarku "Atau menggunakan pihak lain," usulku.

"Ada lagi masukan lain ?" tanya Vanya.
Ada beberapa masukan lagi yang cukup beralasan dengan ide manuver yang akan dilakukan. Aku rasa ini masalah eksekusi juga dan beberapa kerumitan lainnya. Akhirnya diputuskan untuk mencoba mengajukan manuver yang telah dirancang oleh Arif ke klien besok siang.

"Oh iya untuk klien G kita ada permasalahan," ujar Zahra

"Ide kita untuk menyasar target market ibu muda ternyata salah, seharusnya yang diincar anak-anaknya. Ternyata kompetitor bulan lalu mengadakan campaign yang mengincar anak-anak dan sales mereka meledak dan viral dimana-mana." Ujar Zahra memberikan laporan.

"Kita waktu itu menyarankan untuk terus fokus ke ibu muda dan ternyata keliru." ujar Zahra,

"LONTE ERVA !!!" bentak Vanyak "Lihat ide busukmu membawa bencana buat kita ! Kamu memang sampah !!!"

"T-tapi... itu ide bu Vanya, saya memberikan ide yang mencoba mengincar anak-anak se...." belum selesai aku bicara Vanya menendangku dengan kasar.
"Jangan cari-cari alasan ! Sampah !" Vanya meludahiku dan terus menendangku yang meringkuk.

"Sabar bu...." Zahra cepat-cepat mendekati Vanya dan menahan Vanya yang murka.
INi sungguh tidak adil, dulu aku berdebat dengan Vanya bahkan mendapatkan cambukan dan disiksa oleh Vanya karena ia bersikeras dengan idenya. Kini Idenya tidak berjalan ia menyalahkannya padaku.

"Besok kamu akan ikut bersamaku ke klien G dan kita akan mencoba menganalisa bersama klien dan kamu siap-siap presentasi dan dihukum oleh klien." bentak Vanya sambil menjenggut rambutku lalu meludahi mukaku.

"Sekarang kamu ke tong sampah dan taruh wajahmu di tong sampah itu dan renungi dan pikirkan besok mau gimana ke Klien !" bentak Vanya.

"I-iiya miss Vanya," ujarku pasarah, aku yang mengaduh kesakitan merangkak mendekati tempat sampah di ruang meeting.

"Di ujung ruang kubikal ! bukan di sini Lonte !" bentak Vanya,

"I...iya MIss Vanya," ujarku merangkak keluar ruang meeting dengan air mata bercucuran. Aku merangkak dan berjalan lalu dengan jijik melihat tumpukan bebrapa bungkus plastik makanan dan kertas-kertas di tempat sampah di ruang kubikal. Aku memasukan mukaku ke sana dan menyilangkan tanganku di belakang merenungi nasib burukku.

Aku merasakan seorang perempuan mendekatiku lalu membuang kertas yang sudah dibulat-bulat ke atas kepalaku lalu aku merasakan sepatunya digesek-gesekan ke vaginaku yang terekspos karena aku menungging dengan kepala di dalam tempat sampah. Rasanya sangat terhina sekali. Kemudian ia memasukan ujung sepatunya mencoba menembus vaginaku yang mulai becek.

"Lihat ini.... Lonte sekali Bu Erva," ujarnya aku mengenali suara perempuan itu adalah staff admin bernama Lia. "ini aku bantu bu Erva ya," ujarnya memasukan kotak pensil kecil dari kaleng ke dalam vaginaku dengan kasar membuatku menjerit tapi aku hanya pasrah membiarkan Lia menyiksaku.

Selain Lia ada beberapa pria juga yang datang membuang sampah dan mengejekku. Dan aku hanya bis pasrah menangisi perlakuan mereka selama setengah jam ke depan sampai jam istirahat.

Pada jam istirahat para staff kebanyakan segera meninggalkan ruangan dan pergi mencari makan di Kantin. Sedangkan aku yang kelaparan masih terus diam menungging dengan kepala di tempat sampah tidak berani melakukan apa-apa.

Tiba-tiba aku merasakan ada pria mendekatiku lalu mencabut kotak pensil yang menancap di vaginaku. "Wah bu Erva Horni sekali ya," dari suaranya mungkin itu adalah Farid atau Ridwan, salah satu staff junior konsultan. Kemudian aku merasakan ada penis yang masuk ke liang vaginaku. Ia memperkosaku dan aku hanya bisa pasrah diperkosa dengan kepala di dalam tempat sampah. aku menangis karena terasa sangat terhina. Setelah ia berejakulasi di vaginaku.

"T-terima kasih telah menggunakan budak ini," ujarku lirih di dalam tempat sampah.

Bukan satu tapi selama jam makan siang ada 3 orang yang memakaiku secara bergiliran. Dan setelahnya jam 12:45an, aku mendengar suara cekikan perempuan-perempuan yang datang mendekatiku. KArena tempat sampah ini disebelah pot bunga dan dispenser, maka para perempuan itu sepertinya nongkrong sambil minum dan mengisi tumblr mereka dari air dispenser.

"iya sampah memang patutnya ditempat sampah !" ujar Zahra menhgomentariku sambil mengobrol cekikan dengan yang lain.
"Ih liat itu baru ada yang pake, spermanya masih netes gitu dari vaginanya. jijik ih," uajr seorang perempuan lain.
"Iya baunya... ih.... jijik banget ada cewek kayak gini di kantor kita !"

"BUGH !" Seorang perempuan menendang Vaginaku dengan kasar dan sperma-sperma yang bersarang di vaginaku mengalir keluar. Mereka terdengar heboh jijik dan menertawaiku yang tidak bisa apa-apa.

"T-terima kasih..." ujarku dalam isak tangisku.

"Oh kau jadi ingat..... kau tadi belum dihukum !" ujar Zahra. "Kau tadi diselamatkan oleh Bell.... sini kamu minta hukuman dulu atas kesalahanmu. Setelah itu baru balik ke tong sampah lagi." Ujar Zahra.

"I-....iya miss Zahra," ujarku. "To..tolong hukum Budak Erva ini karena tadi langsung pergi padahal belum disuruh dan karena budak ini tidak meminta hukuman malah meminta maaf. Tolong hukum budak ini dua kali...." ujarku masih dalam tong sampah.

"Bersihkan diri dulu sana trus baru ke sini lagi..." ujar Zahra.

"B-baik miss Zahra." aku pelan-pelan keluar dari tongsampah dan merangkak ke kamar mandi sambil diketawai oleh perempuan-perempuan lain. Di Kamar mandi aku mencebok diriku dan membersihkan wajahku. Setelahnya aku kembali ke tempat dimana Zahra dan perempuan lain menungguku.

"Sebagai hukuman pertama karena tidak sopan aku akan mencambukmu sepuluh kali." ujar Zahra.

"Terima kasih Miss Zahra," uajrku pasrah. Aku berlutut melebarkan kedua kakiku dan membusungkan dadaku agar Zahra bebas bisa mencambuk vagina ataupun payudaraku.

"Ctarrr !!!"
"Satu ! terima kasih miss Zahra," ujarku
"Ctarrr !!!"
"D...Dua....terima kasih miss Zahra." ujarku lagi
"Ctarrr !!!"
.
.
.
"Ctarrr !!!"
"Se---sepuluh... terima kasih miss Z-Zahra...." ujarku menahan tangis karena dadaku perih sekali.

Setelah sepuluh cambukan itu aku diijinkan minum air putih di bowl anjing yang mereka sudah siapkan di kantor. Biasanya aku makan dan minum dari bowl itu seperti anjing. Zahra juga menyuruhku makan, ia memberikanku roti yang ad adi bolw itu. Aku makan seperti anjing ditonton oleh mereka.

Setelah makan dan minum, aku membersihkan bowl anjingku dan menyimpannya kembali di samping dispenser.

"Untuk hukuman kedua aku akan menstapless kertas ini di badanmu," ia memperlihatkan sebuah kertas HVS A4 dengan tulisan "KETIKA MINTA MAAF AKU AKAN MEMINTA HUKUMAN !"
Aku langsung sangat ketakutan... Menstaples kertas ke badanku ??? Dadaku kah yang akan mereka stepless.... aku sungguh ketakutan.

"Ia di dada dan di pantat !" ujar Zahra tenang memperlihatkan A4 kedua yang bertuliskan sama.

"T-t-terima kasih miss...Z-zahra....." ujarku ketakutan.
Bebrapa perempuan memegangiku. Satu dari perempuan memastikan kertasnya ada di depan putingku dan Zahra mengayunkan staples dan menghantamkannya ke dadaku membuat satu buat staples menembus kertas dan masuk ke aerolaku membuaytku menjerit sejadi-jadinya.

Belum selesai aku menjerit kini aerola kananku juga menerima perlakukan sadis yang sama.
Aku hanya terus menangis terisak-isak karena rasa sakitnya luar biasa.

"Ayo nungging masukan kembali kepalamu ke tempat sampah !" perintah Zahra

Aku dengan bergetar melakuakn perintah Zahra "Makasih....makasih miss Zahra...."

Aku merasakan ada kertas yang dilekatkan menyentuh kulit pantatku. Dan.... "Ctek !!" pantat kananku juga di stapless. Aku memekik dan berguncang hebat tapi kepalaku yang ada di tempat sampah ditahan oleh kaki seorang perempuan. Aku menangis dan menjerit sejadi-jadinya tapi mereka hanya tertawa cekikan. "CTEK !" kemudian pantat kiriku. Aku mengejang kembali saat stapless itu menembus memasuki kulitku. Rasanya sangat perih dan kini aku menungging dengan payudara dan pantatku distapless ke kertas.

"Nah lihat seakrang setidaknya kamu nungging ada kertas yang menutupi ! Kamu ahrusnya berterima kasih !" ujar Zahra. mereka memfotoku dan tak lama mereka kembali bekerja dan keheningan ruang kantor segera terjadi.

Aku hanya menangis dalam penderitaanku di tempat sampah diiringi suara ketikan keyboard. Semua sibuk dan tidak ada yang peduli terhadapku. Aku hanya ke WC satu kali sekitar jam 2 karena ingin buang air kecil. Lalu kembali memasukan kepalaku ke dalam tempat sampah.

Jam 17:30 sore setiap senin aku biasanya sudah harus segera berangkat menuju tempat Rieska tempat aku akan disiksa setiap senin untuk mengingatkan jati diriku yang hina ini.
"Udah jam 16:30" ujar Zahra yang sedang mengambil air minum. "Loe udah harus pamit dan siap-siap kan ?" tanyanya.

"Oh iya...t-terima kasih telah mengingatkan budak ini," ujarku. Aku mengeluarkan kepalaku dari tong sampah lalu merangkak menuju ruangan Vanya.

"Permisi miss Vanya," ujarku ketika dipersilahkan masuk.
Aku merangkak dan menyembahnya lalu membiarkannya menginjak kepalaku sebentar.
"Oh hari senin ya kau harus pergi lebih awal." ujarnya santai sambil di depan laptopnya.

"Besok jam 10 kita akan ke klien untuk kamu menerima konsekuensi," ujarnya dingin. "Sekarang pergilah ke Rieska" perintahnya.

"Baik Miss Vanya," ujarku aku kembali merangkak ke kamar kecil membersihkan diriku dan mandi lalu mengeringkan badan dan rambutku yang bekas masuk ke tempat sampah. Kemudian aku merangkak kembali ke ruangan HR.

Aku menyembah Nadia, dan emmbiarkannya menginjak kepalaku. Kemudian aku berlutut dan membuka mulutku siap menerima ludah darinya. ia meludahiku lalu aku berbaring mengangkat pantatku dan membuka vaginaku untuk membersihkan heelsnya. Sambil ia memasukan heels dan sepatunya ke vaginaku, aku merendahkan diriku dengan mengatakan bahwa aku hanyalah pembersih sepatu dan merendahkan diriku terus menerus. Kemudian aku memintanya untuk menendang payudara dan vaginaku.

"T-terima kasih nona Nadia," ujarku masih perih.

"Ada perlu apa ?" tanya Nadia ketus.
"Budak ini besok harus bertemu klien bersama nona Vanya. Budak ini ingin meminta ijin menggunakan pakaian dalam. mohon ijinkan Erva menggunakan pakaian dalam."

Nadia mengambil sebuah form dan menandatanganinya. "Nih..." ujarnya melemparkan form itu dengan kasar. Aku merangkak dan bersujud kembali menyembah dia dan mengambil form tersebut dan membawanya kelaur ruangan sambil merangkak. Aku harus mendapatkan dua tanda tangan lagi agar form ini menjadi sah karena membutuhkan 3 tanda tangan agar pengajuanku untuk menggunakan pakaian dalam disetujui.

Para pria lebih sulit memberikan tanda tangannya, para pria sepertinya lebih suka aku tidak mendapatkan ijin dan baisanya untuk mendapatkannya aku ahrus mengulum satu kantor untuk mendapatkan dua buah tanda tangan. Solidaritas mereka begitu menyebalkan.

Aku mendekati Imel di resepsionis dan Imel dengan mudahnya meberikan tanda tangannya. Berikutnya aku mengunjungi Susan staff admin keuangan dan memintanya untuk memberikanku ijin berpakaian dalam karena besok aku harus bertemu dengan klien dan klien akan lebih suka jika aku berpakaian dalam supaya aku bisa tampil lebih memukau sebelum digunakan oleh mereka. Susan juga menyetujuinya karena tampaknya dia sedang sibuk jadi dia tak ambil pusing dan menandatanganinya. Aku mengcopynya di mesin fotocopy dan menyerahkan form fotokopiannya kembali ke Nadia.

Aku kemudian aku mendekati Zahra. Mencium kakinya dan mempersilahkannya menginjak kepalaku.
"Miss Zahra, bolehkah budak ini melepaskan kertas yang distaples ke tubuh hina ini ?"

Zahra nampak sedang sibuk sepertinya sehingga dia hanya mengangguk. "Lepaskan dihadapanku,"

"I...iya  miss Zahra...." ujarku. Aku mengambil stapler dan menggunakan bagian belakangnya untuk melepas staples yang sudah menancap di payudaraku. Aku menelepasnya dan menjerit kesakitan lalu melakukannya untuk semua staples lain. darah sedikit keluar dari lukaku tapi tak ada yang peduli, lagipula hanya luka kecil seperti ditusuk jarum.


Lalu aku merangkak ke lobby dan mengambil pakaianku lalu menggunakannya dan berjalan keluar. Jam sudah menunjukan pukul 17:25 celaka aku harus buru-buru karena jika telat, aku bisa dihukum lebih mengerikan. Sambil turun lift aku memanggil Gocar dan di lobby aku membeli roti seadanya.

Tidak lama menunggu, Driver gocar datang dengan mobil LCGC berwarna hitam. Aku masuk di pintu belakang. Driver gocar ini melirikku beberapa kali karena aku sangat seksi dan putingku cukup menyetak sepertinya dari balik kembenku. Selama perjalanan aku makan dan minum karena mempersiapkan energiku untuk disiksa nanti.Aku tidak banyak mengobrol dengan driver. Aku mengecek semua percakapan di WA Grup dan Telegram Grup mengenai pekerjaan yang dibahas hari ini, karena seharian aku di temapt sampah aku perlu tahu apa yang terjadi karena jika ada yang terlewat olehku, dan terjadi kekacauan bisa-bisa aku lagi yang harus menebus kesalahan seperti besok.

Jam menunjukan jam 18:53 saat aku turun dan tergopoh-gopoh masuk dan berjalan ke dungeon di bawah tanah. Aku masuk dan melepas pakaianku kembali dan berlutut menanti Rieska untuk membuat hari seninku menjadi neraka.

Jam 18:15 kira-kira pintu terbuka dan Rieska masuk dengan seragam kepolisiannya dan dengan muka yang kusut sepertinya ada beberapa kasus yang ia tangani dan cukup mengganggunya. Aku tahu detik itu bahwa aku akan menjadi pelampiasannya. Entah apa yang akan dilakukannya ketubuhku yang malang.

"S-selamat malam Miss Rieska," ujarku menyembahnya ketika dia sudah mendekatiku. Aku bersujud dan menciumi sepatunya.
"Hai pelacur," ujar Rieska dengan senyum sadisnya menginjak kepalaku. Aku hanya pasrah saja dan siap merasakan rasa sakit.

"Plak" sebuah tamparan menghantam pipiku. Aku hanay bisa berpasrah menutup mataku sebelum beberapa tamparan lagi menghantam mukaku. Kemudian Rieska menarik putingku dan memelintirnya hingga aku berdiri. Rieska kemudian mengikatku dengan tanganku diatas kepalaku. Kedua kakiku dilebarkan terbuka agar ia mudah menyiksa vaginaku. Tapi aku tidak berdiri melainkan berlutut dengan kaki terbuka di atas alas kayu dengan banyak segitiga seperti papan cuci baju sehingga lutut dan betiskuku tersiksa. Aku terikat tak berdaya seperti huruf Y terbalik.

Aku hanya bisa meratapi dan mempersiapkan mentalku untuk merasakan rasa sakit yang lebih daripada sakit di betisku ini.
"Ctarrr !!"

"Aaargh....." aku menjerit ketika cambuk pertama menghantam payudaraku. Kemudian ia mengambil cambuk dan mulai mencambuki seluruh tubuhku. Aku hanya bisa pasrah menerima puluhan cambukannya yang bertubi-tubi menghantam seluruh tubuhku. "Saya Lonte...saya pelacur paling hina, Aaarghh... saya murahan, saya pantas dihukum, Ampun.... huhuhu saya lonte, saya budak...." Aku harus merendahkan diriku selama aku menerima cambukan dan pukulan dari Rieska. Aku pernah diam saja dan Rieska dengan kejamnya menstaples bibir atas dan bawahku. Sejak saat itu setiap menjalani hukuman aku selalu merendahkan diriku sambil diiringi tangisan dan jerit kesakitan.

Aku menangis sejadi-jadinya karena seluruh tubuhku kesakitan. "Ampun.....saya lonte....saya budak....saya kotoran.....ampun......saya lebih rendah dari binatang, saya tai....saya kafir..." ucapku berualng-ulang dengan lirih karena aku menangis dan kesakitan.

Setelah sekujur tubuhku dipenuhi bekas cambukan dan kulitnya memerah, tidak sampai berdarah tapi tetap perih dan sakit.
Rieska kemudian mengambil penjepit nipple clamp yang terhubung dengan rantai lalu memasangkan nipple clamp tersebut ke dadaku. Rasa perih langsung mengalir menyerang putingku. Apalagi dia menggantungkan beberapa pemberat di rantai penghubung antara 2 nipple clamp tersebut membuatku tidak dapat lagi menahan sakitnya dan terus meringis kesakitan sambil terus "Ampun.....saya lonte....saya budak....saya tai.....ampun......saya perek, ....saya pelacur..." ujarku terus merendahkan diriku walau dalam kepedihanku.

Kemudian Rieska berikutnya menendang vaginaku dengan keras sampai aku menjerit dan membelakan mata saking sakitnya. Seluruh indra di tubuhku serasa meronta mengirimkan rasa sakit ke otakku.
"Ampun...terima kasih...budak hina ini......Aaaaaarghhhh"
Sekali lagi ia menendang vaginaku.
"Buk !!!"
Sekali lagi.....
"Bukkkk!! "
Sekali lagi, lalu ia terus menendangku dengan sangat keras di selangkanganku sampau dimana otakku akhirnya sebagai mekanisme pertahanan malah merelease oxitoxin yang membuatku orgasme.

Aku tiba-tiba saja blank.

Sekejap kemudian aku baru sadar kembali ketika Rieska menggeretku seperti beras dan melemparkanku ke sel tahanan dimana aku melihat ada 7 pria dalam sel tersebut yang menatapku dengan tatapan lapar.

"Pakai aja sepuasnya sampai pagi..." ujar Rieska meninggalkanku.

Aku hanya bisa pasrah melihat ketujuh pria itu mulai mendekatiku.
"T...tolong........" rintihku.

- Bersambung

26 komentar:

  1. Cerita erva n veirin kalo bisa di masukin genre scat n fisting ini jauh lebih mantep gua rasa

    BalasHapus
    Balasan
    1. scat sih kayaknya budak ini gak sanggup nulisnya juga

      Hapus
  2. Eh lubang pembuangan, update² chapternya jangan kelamaan,

    BalasHapus
    Balasan
    1. i-iya tuan, lubang pembuangan ini akan berusaha melakuakn update bulanan

      Hapus
    2. Belum sanggup kalo mingguan tuan. Di RL terlalu busy sama pekerjaan demi sesuap nasi. Soalnya saya budak gratisan, gak bisa cari uang dari ngelonte. T_T

      Hapus
  3. kurang sadis hukumannya

    BalasHapus
    Balasan
    1. mungkin tuan ada ide untuk menghukum budak ini supaya budak Erva ini bisa lebih menderita

      Hapus
    2. Harusnya saat budak erva melakukan kesalahan yang merugikan perusahaan, budak erva dihukum untuk menuliskan surat permohonan maaf dengan menggunakan bolpoin yang ditusukkan di memek lacur budak erva. Dan seharusnya sebagai hukuman budak erva dijadikan sebagai keset untuk membersihkan alas kaki di kantor pada saat masuk dan jam pulang.

      Hapus
    3. Huhuhu....budak ini akan menjadi keset untuk tuan. huhuhu

      Hapus
    4. Bagus.. Disaat perempuan lain menjaga dan merawat payudara dan vaginanya dengan baik, tapi beda dengan budak erva dimana payudara dan memek lacur budak erva lebih pantas untuk dijadikan alas kaki, sehingga debu, tanah, dll yg menempel di alas kaki bisa bersih dan payudara memek lacur budak erva jadi tidak lebih dari penampung kotoran. Dan itu menunjukkan berapa rendah derajag budak erva di mata semua orang

      Hapus
    5. Silahkan jadikan budak Erva ini keset. huhuhu

      Hapus
  4. coba masukkan unsur2 beastiality lagi dalam cerita kedepannya

    BalasHapus
    Balasan
    1. uh budak ini memang harus selalu direndahkan untuk disetubuhi binatang ya ? huhuhuhu

      Hapus
    2. Karena budak erva derajatnya lebih rendah dari binatang. Jadi budak rva juga harus melayani binatang sebagai budak seks dan harus memperlakukan binatang yang jadi tuan budak erva lebih mulia. Entah mau dipake buat dikawini, jalan jalan
      di taman sambil collar budak erva ditarik tarik sama binatang, dikencing untuk menandakan kepemilikan, dll.

      Hapus
    3. terima kasih tuan telah memperlakukan Erva sepatutnya.

      Hapus
    4. Hah? Erva? Mana kata kata panggilan yang merendahkannya budak tolol, udah lupa sama pernyataan lonte erva sebagai budak seks kah? Harusnya ada kata merendahkan seperti budak, lonte, lacur, anjing, babi, boneka seks, mainan seks, sampah, cumdump, dll. Seharusnya budak erva dihukum atas kesalahan ini

      Hapus
    5. Maafkan kelancangan cumpdump sampah Erva ini. Budak rendahan ini patut dihukum. SIlahkan tuan menghukum lacur anjing kafir dengan berat agar tidak terulang lagi kesalahan seperti ini. Keset bernama Erva ini mohon tuan dapat menghukum seonggok daging tak ada harganya ini.

      Hapus
    6. Sebagai hukuman, agar budak erva selalu mengingat bahwa budak erva harus selalu merendahkan diri, dan berhubung budak erva sedang positif covid dan menjalani isolasi mandiri. Hukuman yang cocok untuk budak erva adalah budak erva arus menulis kata kata yang merendahkan di seluruh tubuh erva seperti cumdump, lonte rendahan, lacur tolol, budak seks, babi cina, memek gratisan, masochist, tempat sampah, samsak buat disiksa, suka disiksa dan dipermalukan, tempat pembuangan sperma, tisu toilet, dll

      Hapus
    7. Dan tulisan tersebut tidak boleh dihapus hingga budak erva selesai isolasi mandiri, jika terhapus maka harus ditulis kembali di seluruh tubuh budak erva

      Hapus
    8. Iya tuan, tempat pembuangan peju ini akan menuliskan kata-kata merendahkan di tubuhnya selama melakukan isoman

      Hapus
  5. Gw penasaran kalau Erva jadi mistress akan sekejam apa. Mungkin selalu direndahkan menumpuk dendam dan meledak saat dia mendapatkan pria polos untuk disiksa. Tapi itu hanya saran, agak berat untuk menuliskan role yang berbanding terbalik karena gw submissive juga.

    BalasHapus
    Balasan
    1. gakan tertarik sama pria polos karena pada dasarnya budak ini masochist dan sub.

      Hapus
  6. Harusnya budak Erva juga dipake jadi entertainment buat clients, kayak telanjang dikejar sambil ditembakin airsoft atau paintball, yang paling banyak boleh bawa budak buat pulang dulu

    BalasHapus
    Balasan
    1. Budak Rendahan Erva siap menjalani hukuman ditembaki airsoft jika itu menyenangkan tuan huhuhu....

      Hapus

17 August 2024

Pendahuluan : Budak ini diperintahkan oleh master untuk mengupdate blog "Budak harus memohon maaf ke warga Indonesia lain di blog bud...