Chapter11: Hukuman Panjang
Aku terdiam dengan perasaan tidak nyaman. Berdiri hanya berbalut
kertas koran sebagai pakaianku, higheel tinggi, dan kalung anjing
berwarna merah. Udara dingin dari AC busway menyerangku membuatku
sedikit menggigil sementara banyak mata memandang pakaianku yang
sangat terbuka dan tidak senonoh. Aku merasakan aku akan segera
diperkosa oleh banyak mata yang memandangku.
Dari aku turun lift di apartemenku samapai mencapai bus rasanya semua
orang menatapku dengan tajam. Baik yang melihatku seperti cewek
kegatelan, ataupun yang melihatku seperti orang gila karena
berpakaian terlalu terbuka.
Untungnya belum ada yang berani menarikku dan memperkosaku, atau
merobek koran yang menempel di tubuhku dan menelanjangiku, setidaknya
ini masih hal baik yang kurasakan. Memang sepanjang jalan banyak yang
menggodaku dan melakukan cat calling kepadaku tapi aku hanya jalan
secepatnya dan masuk ke dalam halte bus dan menaiki bus. Aku berdiri
di tempat khusus cewek dan mata-mata cewek di bus ini seolah mengejek
dan membenciku. Aku hanya bisa diam berdiri berharap tidak ada yang
nekat merobek koran di tubuhku. “Semoga saja tidak ada yang kenal
aku” ujarku dalam hati.
Akhirnya busway berhenti di halte yang aku mau dan aku segera
berjalan cepat keluar dari bus, aku harus berhat-hati dan tidak boleh
berdesakan karena bisa-bisa ketika berdesakan koran yang menjadi
bajuku ini sobek dan membuatku telanjang.
Aku segera keluar dan berjalan dan beberapa orang pengemis dan
pedagang yang duduk di pinggiran jembatan pasti dengan jelas bisa
melihat vaginaku karena rok koran yang terlalu pendek. Aku berjalan
cepat dan mereka memanggil diriku dan berteriak memberitahu semua
orang bahwa aku tidak bercelana dalam sehingga banyak orang yang
melihatku. Karena tempatnya ramai tidak ada yang berani mengambil
tindakan apa-apa. Hari juga masih cukup terang dan aku hanya bisa
berjalan secepat yang aku bisa untuk terus berjalan dari jembatan
lalu berjalan menyusuri udara panas Jakarta untuk mencapai gedung
tempat kerjaku.
Tidak ada halte busway di daerah SCBD sehingga aku berjalan cukup
jauh dari halte terdekat. Aku sangat ingin naik taksi tapi aku tidak
punya uang sama sekali untuk membayar taksi dan memang kak Sierra
secara spesifik sudah memberitahuku bahwa aku hanya boleh menggunakan
bus. Bahkan untuk buswaypun aku tidak selalu mendapat ijin. Biasanya
aku harus naek metromini kumuh untuk ke tempat kerja dan berjalan
dengan rok mini dan baju seksi. Tapi setidaknya aku biasanya
berpakaian bukan hanya ditutupi oleh kertas koran yang semakin sobek
karena aku bergerak dan tergesek-gesek.
Aku berjalan sekitar 20 menit dari halte bus untuk masuk ke basement
gedung tempat kerjaku. Menuju satu lobby khusus yang agak tersembunyi
dan mengeluarkan kartu khusus untuk bisa masuk. Untunglah aku selamat
sampai di sini tanpa diperkosa walaupun sudah banyak mata yang
sepertinya ingin menyantapku hidup-hidup.
Lift ini hanya memiliki akses untuk ke satu tempat, club yang berisi
golongan atas untuk berpesta. Club milik keluargaku dimana kak Sierra
dan Mama Jihan menjadi pewarisnya dan aku menjadi pelacur yang
bekerja di dalamnya. Mami Nike adalah mami yang mengurusi semua
pelacur yang ada di club termasuk aku. Aku segera berjalan menyusuri
klub untuk masuk ke daerah belakang panggung dan ke ruangan para
pelacur berkumpul. Di daerah club ada beberapa perempuan dan pria
yang sedang bekerja menggunakan setelah kemeja putih dan celana atau
rok hitam. Biasanya aku akan datang dan bersama dengan mereka
membersihkan klub, hanya saja aku melakukannya dalam keadaan
telanjang dan diborgol. Tapi hari ini aku datang telat, mami Nike
pasti akan menghukumku.
“Veirin HALIM !” mami Nike membentakku. Dia duduk di salah satu
sofa club dengan dress emasnya yang elegant. “Jam berapa sekarang
?” tanyanya dengan suara pelan yang menakutkan.
Aku melihat jam dan sudah menunjukan jam 4 lebih, seharusnya aku
mulai bekerja menjadi pembersih klub sejak jam 2. Aku tahu aku tidak
akan selamat. Jika aku dipecat, maka aku akan berhenti sekolah karena
kak Sierra sudah sangat menjelaskan bahwa kalau sampai aku dipecat,
maka aku akan diusir dalam keadaan telanjang dari apartemen dan uang
sekolahku tidak akan dibayarkan, berarti aku akan menjadi gelandangan
telanjang di kota Jakarta. Mungkin aku akan jadi budak seks para
gelandangan di kolong jembatan dan hidup mengais sampah dan menjadi
pelacur untuk supir angkot.
Aku langsung berlutut dan merangkak maju ke arahnya. Menyembahnya dan
menempelkan wajahku ke lantai. Tanpa basa basi mami Nike langsung
menginjak kepalaku dengan highheelnya menambah kehinaaanku. “Silahkan
mami menghukum hamba ini. Hamba ini dihukum oleh mistress dan
menjalani siksaan sehingga hamba telat sampai di sini,” ujarku
berharap mami Nike memberikan belas kasihan padaku. Karena dia tentu
sudah melihat video yang sudah kukirimkan kepadanya.
“Oh ini ya ?” ujar mami Nike memperdengarkan suaraku yang sedang
mempermalukan diri dari ponselnya. Aku merasa malu dan terhina ketika
suaraku tersdengar dari ponselnya. Dia sedang menonton aku disodomi
Edoh. Aku hanya bisa diam dengan perasaan malu dan gusar. “Kamu
akan dihukum berat malam ini,” ujar mami Nike dengan sadisnya.
Mami Nike mengambil cambuk yang tergeletak di sampingnya dan
mengangkat wajahku dengan kakinya. Kemudian ia menyodorkan pegangan
cambuknya. Aku segera mencium cambuk mami Nike dan bersiap untuk yang
terburuk. “Beridri di sana, sayangku. Angkat tanganmu dan busungkan
dadamu.” Aku segera berdiri, melebarkan kakiku selebar bahu,
menyimpan kedua tanganku di belakang kepala dan melebarkan siku
tanganku. Aku mendorong payudaraku maju ke depan dan aku tahu akan
ada cambukan bertubi-tubi yang….
“CTAR” rasa perih langsung menghajar buah dadaku, koran yang
kupakai langsung tersobek oleh cambuk mami Nike.
Aku menjerit kesakitan dan hendak menurunkan tanganku untuk membelai
dadaku, tapi bentakan mami Nike mengejutkanku dan memaksa tubuhku
kembali ke posisi semula “Kamu berubah posisi maka kamu akan
dilelang selama seminggu dari kolong jembatan ke kolong jembatan.”
“Hitung dan berterima kasihlah !” bentak mami ike lagi.
“S-s-satu… Terima kasih mami Nike mau mendisiplinkan……
AAAAARGHHH ! D-Dua...Terima Kasih mami Nik… Aaah… T-t-t-tiga…..
terima kas……. Aah ! E---empat...t-terima….” Satu cambukan
demi satu cambukan menghajar koran-koran yang menutupi diriku, dan
akhirnya setelah cambukan ke 33 akhirnya aku telah telanjang dan
tidak ada lagi koran yang menempel di tubuhku, hanya sisa bekas
siksaan sepanjang hari yang menghiasi tubuhku.
Sekejap berikutnya seorang Bouncer menaruh sebuah Tripod dan
menghadapankannya padaku dan menyodorkan sebuah kertas. Mami Nike
mengarahkan agar aku berlutut dan melihat luruss ke kamera.
“Baca yang ada di kertas itu. Yang keras dan jelas, setiap kali
kamu salah dan kami harus mengulang, maka kamu akan mendapatkan
tambahan hukuman.” jelas Mami Nike dengan seringainya.
Aku hanya apsrah dan membaca sekilas tulisan di kertas tersebut. Aku
tahu ini akan sangta memalukan dan menyedihkan.
“Selamat malam, tuan dan nyonya sekalian. Budak bernama Veirin
Halim ini akan tersedia secara gratis untuk tuan dan nyonya semua
pengunjung klub di ruang utama pada hari ini dari pukul 11:30 s pagi.
Veirin Halim akan terpajang tanpa pakaian sehelaipun, tanpa pilihan,
tanpa perlawanan, dan tanpa moral. Veirin Halim akan selalu menurut
dan tidak diperbolehkan membantah. Tuan dan Nyonya boleh menyiksa,
memperkosa, menghukum dan melampiaskan emosi kepada Veirin Halim
sepanjang malam. Terima kasih telah bersedia bergabung untuk menyiksa
dan menghukum Veirin Halim yang telah banyak melakukan kesalahan ini
sehingga hukuman ini bisa menjadi peringatan bagi Veirin Halim si
pelacur murahan ini.”
Aku membacanya dengan berkaca-kaca dan menangis membayangkan apa yang
akan terjadi padaku. Aku bukan saja bebas diperkosa dan disiksa,
mereka semua bebas melakukan apa saja termasuk merekam dan
menyebarkan videoku, ataupun melakukan apapun padaku. Aku hanya
dengan pasrah menerima hukuman ini.
Tidak lupa aku harus mengulang 3 kali untuk mengambil video rekaman
ini sehingga mami Nike memakaikan Nipple Chain yang menjepit putingku
dengan keras sebagai hukuman atas kegagalan pertamaku dan menambahkan
borgol rantai besi yang berat di kakiku sebagai hukuman kegagalan
keduaku.
“Selama malam ini kamu akan melayani semua tamu dengan cuma-cuma.
Kamu juga akan disiksa di lift dari jam 8 sampai jam 11 malam.”
ujar Mami Nike. “Skearang kerja beres-beres !”
Aku sudah sangat keletihan, aku sudah sangat kurang tidur dan
tersiksa dari kemarin dan sekarang masih harus disiksa kembali. Aku
merasa ingin istirahat dan tertidur tapi aku takut sekali dengan mami
Nike dan Mistress Sierra.
Aku akhirnya bekerja dalam keadaan telanjang, dihiasi nipple chain
dan borgol rantai di kakiku. Para cleaning servis juga ikut-ikutan
menjahiliku karena menurut mereka aku tidak bertanggung jawab karena
datang terlambat. Salah satu cleaning servis bernama Azia menyeretku
ke WC dan memaksaku menjilati semua kloset di WC wanita dan pria. Aku
juga dipaksa menjilati urinoir dan terakhir aku dipaksa memasukan
sikat pembersih WCnya ke dalam vaginaku.
“Ampun mbak… ampun mbakkk….. aku gakan lagi datang telat….”
tangisanku menggema ketika Azia dengan kasar memasukan sikat kloset
ke dalam liang vaginaku yang sudah hancur-hancuran disiksa sebelumnya
oleh sikat kloset di apartemenku.
Sebelumnya aku berjalna dengan ada sikat kloset di dalam vaginaku
saja sudah seperti neraka, kini aku harus bekerja mengepel dan
membersihkan ruangan klub dengan disiksa seperti ini membuatku hampir
mati rasanya.
Jam 7 aku didatangi oleh beberapa Bouncer yang menyeretku ke ruangan
para pelacur. Mereka melepas borgol rantai di kakiku, kemudian
melepaskan nipple chainku, dan menarik dengan kasar sikat yang masih
berliang di vaginaku. Kemudian memaksaku menjilati sikat tersebut.
Aku menolak tpai mereka memaksaku dan aku dengan bercucuran air mata
melakukan hal hina dan menjijikan tersebut. Belum selesai mereka
memaksaku makan makanan anjing yang ada di lantai kemudian
menggiringku untuk sikat gigi, mandi, enema, dan akhirnya berdandan
tipis.
Sebelum jam 8 aku sudah digiring kembali ke Lift. Mereka menekan
beberapa tombol di samping lift dan mengubah setingannya. Kemudian
beberapa orang Bouncer membuka beberapa kompartmen rahasia di dalam
Lift dan dalam sekejap lift tersebut seperti berubah. Kini ada 4
tempat borgol di lift tersebut dan aku diikat seperti huruf X di Lift
tersebut. Mereka mengatur posisi borgol di lift sehingga kencang dan
sedikit menarik tubuhku yang terikat X. Aku telanjang diikat di Lift
dengan posisi X dan frontal menghadap pintu depan. Jadi siapapun yang
membuka lift, akan mendapati aku terikat di tengah dinding lift
terikat dan tak berdaya.
Di dinding samping lift, ada iklan minuman keras yang mereka buka
menjadi meja. Di atas meja tersebut ada raket listrik yang tersambung
dengan kabel dan ada juga cambuk yang tergeletak rapih di meja
tersebut. Dan sekarang dibelakang iklan tersebut ada tulisan dan cara
menggunkaan Lift yang membuatku lemas.
SETRUM GADIS INI UNTUK MENGAKTIFKAN LIFT.
Ketika Gadis ini disetrum akan ada listrik yang mengalir di
tubuhnya dan diterima oleh borgolnya. Listrik tersebut akan membuka
kunci lift dan membuat lift ini bisa bergerak.
SEMAKIN KERAS JERITANNYA LIFT AKAN BERGERAK SEMAKIN CEPAT.
Lift ini dilengkapi sensor suara yang semakin keras jeritan
gadis yang terhukum maka semakin cepat lift akan bergerak.
Dapatkan sebotol 12years Glenfiddich Scoth Whiskey bagi pemecah
rekor yang bisa membuat Terhukum menjerit paling keras.
“Kamu akan dihukum di lift ini sampai jam 11 malam sebelum jadi
penghibur utama semalaman sampai pagi,” ujar salah satu Bouncer.
Aku hanya bisa pasrah dan menghela nafas panjang.
“Loe udah minum cukup banyak, makan juga sudah cukup banyak, gw
harap bisa denger loe nyanyi dengan suara lantang di lift ya,” ujar
salah seorang bouncer menertawakanku.
Tiga jam berikutnya menjadi neraka yang mengerikan sekali, aku sudah
tidak tahu berapa kali lift ini turun dan naik. Setiap lift ini
berhenti dan turun aku bisa bernafas dan menikmati istirahat dalam
keadaan lift yang dingin dan mengigil. Ketika lift ini naik, nerakaku
dimulai dengan para tamu yang menyiksa dan menghukumku. Bukan saja
disiksa sepanjang lift naik, ada juga TV di lift yang memutarkan
siaran video promosiku untuk acara penyiksaaanku di malam jam 11
nanti.
Pada awalnya memang tidak banyak yang datang ketika jam 8. Hanya
sedikit sekali orang yang datang. Beberapa kelompok pemuda bahkan
memasukan kunci mereka ke pantat dan menggesekannya secara sadis
membuatku menjerit untuk membuat aku berteriak lebih kencang.
Beberapa memiting putingku dan juga menamparku. Beberapa grup
perempuan memasukan high heels dan sepatu mereka ke vaginaku. Grup
campuran biasanya lebih netral dan tidak terlalu sadis, mereka hanya
menyentuhku, menyetrumku di awal dan mencoba menyiksaku dengan ikat
pinggang mereka atau memelintir puttingku.
Jam 9.30 ke atas adalah jam dimana penderitaanku semakin intens
karena tamu yang datang semakin banyak. Banyak juga yang
mengincar Whisky gratisan sehingga mereka mencoba berbagai cara untuk
menyiksaku dengan cara-cara kreatif. Bagian atas putingku bahkan
terbakar oleh rokok yang disulutkan oleh seorang cewek. Bahkan saking
sadisnya cewek ini mencoba naik turun beberapa kali untuk mendapatkan
suara jeritanku yang paling keras.
Jam 10.30 aku sudah berkali-kali tidak sadarkan diri, hanya terbangun
karena setruman listrik dan siksaan yang sadis atau juga
tamparan-tamparan bagi mereka yang merasa rugi jika aku tidak dibuat
bangun untuk disiksa sampai teriak.
Jam 11 berbunyi dan aku sudah tidak sadarkan diri selama lebih dari
10 menit karena kelelahan.
Bouncer menyeretku dan memandikanku membuatku tersdar dan terbangun.
Mereka menyuntikan adrenalin dalam dosis kecil agar aku terbangun dan
memaksaku meminum kopi dan minuman penambah energy. Membiarkanku
beristirahat selama beberapa menit sembari makan dan jam 11:30 aku
kembali digiring dalam keadaan telanjang ke ruang utama klub untuk
digunakan sebebas-bebasnya oleh para pengunjung klub.
Ketika jam eksekusiku tiba, aku digiring layaknya seekor anjing.
Merangkak dalam keadaan tidak berpakaian. Hanya menggunakan rantai
yang diikatkan di leherku. Ketika sudah sampai tengah ruangan aku
diminta berlutut dan tidak ada pakaian apapun yang menempel di
tubuhku. Aku hanya berlutut dan pasrah. LCD raksasa di klub
menampilkan videoku kembali mengingatkan acara yang akan berlangsung
dan sekejap berikutnya kengerian terjadi. Seorang pria tanpa ragu
menarikku ke sofa mejanya dan langsung menghujamkan penisnya ke
lubang pantatku tanpa basa basi, membuatku menjerit. Seorang lagi
memasukan penisnya ke dalam mulutku ketika aku menjerit dan
pemerkosaan yang kejam berlangsung terus menerus. Handphone-handphone
segera bermunculan merekam kegilaan yang terjadi. Aku merasakan
ketika ada sperma yang dimuntahkan, aku ditarik secara kasar oleh
mereka yang menunggu giliran. Kini Vaginaku digenjot dan juga ada
orang gila yang menggenjot juga lubang anusku.
Putingku dipelintir dengan kasar oleh beberapa tamu perempuan,
beberapa dari mereka meludahiku. Menjejalkan mukaku dengan sepatu
mereka dan banyak hal-hal yang terjadi tanpa-henti-henti. Aku sendiri
harus mengucapkan “Terima kasih” ketika suatu penyiksaan,
pelecehan, dan pemerkosaan selesai terjadi. Ini menjadi sangat
memalukan dan menyedihkan.
Diperkosa tanpa henti membuat bukan saja aku dehidrasi, baik mulut,
rahang, vagina, anus, semuanyanya terasa seperti terbakar. Setiap
jarum panjang menyentuh angka 12 pada jam dinding di klub, maka aku
akan diseret ke toilet perempuan oleh beberapa pelacur yang bertugas,
mereka akan memprovokasi para tamu perempuan untuk memaksaku minum
air dari kloset. Mukaku akan dimasukan ke dalam kloset sembari para
perempuan akan menyiksaku dengan kejam. Mereka mekasaku minum dari
kloset sementara ada heels yang masuk ditancapkan ke anus atau
vaginaku, atau juga cambuk yang dihantamkan pada sekujur tubuhku.
Tidak lupa aku di flush berkali-kali karena menurut mereka aku ini
menjijikan. Beberapa bahkan secara terang-terangan memelintir
putingku dan menamparku serta meludahiku. Aku akan dipaksa minum air
kloset dan disiksa di toilet perempuan selama 10 menit sebagai bentuk
istirahatku, aku akan diminta membuang air kecil dan Kemudian aku
akan digeret lagi keluar dan kembali diperkosa dan disiksa
berkali-kali selama 50 menit sebelum aku kembali disiksa di toilet
wanita lagi.
Entah berapa banyak penis yang masuk dalam tubuhku, entah berapa
banyak sperma yang kutelan dan air kencing yang kuminum. Entah berapa
banyak juga air kloset yang kuminum dan masuk kedalam tubuhku. Entah
beraparasa hina yang kualami malam itu. Rasanya aku ingin mati saja.
Aku bahkan tidak tahu sampai berulang bepara kali kengerian
penyiksaan di toilet itu terjadi yang kuingat hanya rasa sakit yang
luar biasa terus berlanjut dan aku hilang dalam rasa pedih dan hina.
Ketika aku sadar, aku melihat klub telah kosong, aku terbaring tanpa
sehelai pakaian dengan banyak sperma kering menempel di tubuhku
sampai aku tidak bisa membuka mataku tanpa menyapu sperma yang
mengering di kelopak mataku.
Kudapati ruanga klub berantakan dan aku telanjang tanpa tenaga
terrbaring di sana. Aku bangun dan mendapati bau sperma dan pria
benar-benar tajam. Aku tidak bisa berdiri karena seluruh badanku
terasa sakit. Kulihat lebih jelas lagi ada tongkat infuss disampingku
dan selangnya masuk ke dalam tubuhku. Aku diinfus !
“Malam yang menyenangkan ya,” ujar mami Nike dan kak Sierra yang
datang mendekatiku yang tertidur di lantai klub.
“Kami pikir kami harus membuang mayatmu, tapi ternyata kamu
bertahan.” ujar mami Nike enteng
“Berterima kasihlah pada mistressmu yang datang di pagi hari dan
memberikan infus ini padamu. Kamu dehidrasi dan keletihan. Jika tidak
dibantu infus dan beberapa obat lainnya, mungkin kamu akan mati”
ujar mami Nike.
“Makasih…. Mistres….” ujarku dengan suara serak dan parau.
Aku kemudian menutup mataku dan mencoba beristirahat. Akhirnya neraka
ini lewat juga. Setidaknya tidak akan ada lagi kuli-kuli gila yang
menyiksaku, dan aku tau aku tidak akan pernah terlambat lagi kerja
untuk mengalami hal neraka ini.
“Tapi kamu pikir kamu sudah dimaafkan ?” tanya mami nike dengan
kejam.
“?” aku membuka mataku.
“Vei, lu kalo kerja dan menjalani hukuman yang betul. Jangan bikin
malu mistressmu donk !” Ujar kak Sierra menimpali.
“Iya, gw denger dia kemaren diperkosa lebih dari 100 orang. Lacur
sekali !
“133 kali kamu diperkosa. ” ujar mami Nike, “Ya ada beberapa
orang yang memperkosamu lebih dari sekali. Kita tidak tahu berapa
banyak orang yang memperkosamu, tapi kamu diperkosa 133 kali dan kamu
sudah pingsan ketika 76 kali diperkosa. Sisanya kamu tidak sadarkan
diri. Kamu berenti bereaksi dan sungguh gak beruna ! Kamu ditugaskan
jadi mainan utama dan kamu gagal. Kamu tentunya harus dihukum untuk
kegagalanmu ini. Kamu gak becus dan apa menurutmu orang yang
menyiksamu akan senang ketika kamu hanya tak sadarkan diri ? Kamu itu
sampah dan bahkan untuk diam di bereaksi kesakitan saja kamu gak
becus. Kamu itu goblok atau apa sih ? Cuma perlu sadar aja gak bisa.
Kamu mau kerja di sini ga ? Kamu akan dihukum berat karena ini.”
ujar mami Nike dengan seringat bengis yang menghiasi wajahnya.
Aku hanya dapat menangsi mendengarnya. Setelah kejadian dan kengerian
semalam dan itu belum cukup, aku akan dihuku karena aku pingsan saat
diperkosa tidak manusiawi oleh para pengunjung ? Aku akan dihukum
lagi ?
“Sekarang kamu boleh istirahan dulu, aku akan memanggil cleaning
servis untuk membersihkan semua kekacauan ini dan aku akan memotong
gajimu karena ini.” ujar mami Nike
Mami Nike dan Sierra duduk tidak jauh dariku sambil mengobrol dan
menikmati makanan kecil sementara aku amsih terbaring di tengah
lantai dalam kondisi telanjang dan diinfus. Tidak lama beberapa
petugas go clean datang dan terkejut melihat tempat mewah yang
berantakan. Mereka lebih terkejut saat melihatku terbaring telanjang
tidak berdaya. Aku malu dan berusaha menutupi ketelanjanganku dengan
tangan tapi mistress Sierra memukul tanganku dengan sapu dan meminta
2 petugas goclean terssebut membersihkan dan mengepelku selayaknya
aku adalah lantai dan keset.
Sungguh terhina seali ketika mereka mengepel payudara dan vaginaku
serta mukaku dengan tongkat pel.
“Perek ini abis ngelakuin apa sampe dihukum kayak gini ya ?”
tanya petugas goclean yang satu ketika mengepel aku dengan tongkat
pelnya. “Cantik kamu kenapa ?” tanyanya padaku.
Aku hanya terdiam tidak mau menjawab tapi kemudian kak Sierra
mendekatiku dan menendang vaginaku dengan sepatunya secara kasar,
“kalau ditanya jawab !”
Aku menjerit merasakan rasa perih yang semakin menjadi di vaginaku.
“Pelacur ini terlambat datang untuk kerja tuan,” ujarku pada si
petugas go clean. “masa terlambat aja hukumannya seperti ini ?”
tanya si petugas.
“Budak ini memang pantas diperlakukan seperti ini. Budak ini lebih
rendah dari anjing dan kotoran” ujarku dengan menginjak harga diri.
“Tuan silahkan mengepel barang murahan keset ini sampai bersih.”
Kedua petugas itu memperlakukanku dengan sangat kasar seperti aku
hanyalah barang. Tidak lupa mereka bebas memainkan dadaku dan
memaksaku mengulum dan meminum sperma mereka.
Setelah beres mereka membersihkan ruangan klub sekitar 1 setengah jam,
aku akhirnya bisa tidur dan beristirahat sampai jam makan siang
dimana mereka akhirnya memindahkanku ke sofa dan memberikanku makanan
dan mengganti infusku.
Menurut kak Sierra aku akan siap menjalani hukumanku selanjutnya
malam nanti setelah cukup istirahat dan makan malam.
Jam 7 malam datang, aku sudah jauh merasa lebih baik. Aku sudah bisa
berdiri dan makan selayaknya anjing kembali. Aku masih terus
telanjang seharian dan berikutnya aku akan menjalani hukuman lainnya.
Sebelum aku mejalani hukuman, kak Sierra dan mami Nike duduk di
depanku.
“Lu tau kesalahan lu ?“ tanya Sierra padaku.
“Budak hina ini gagal dan mengecewakan para pengunjung dengan
berhenti sadar dan bereaksi terhadap penyiksaan dan pemerkosaan yang
berlangsung pada dirinya setelah diperkosa 76 kali. Budak ini
seharusnya terus tersadar dan memberikan reaksi tersiksa dan terus
menderita untuk kepuasan semua pelanggan sampai ke pemerkosaan yang
ke 133 dan penyiksaan-penyiksaan lainnya.”
“Tumben kamu punya otak. Aku mau kamu minta maaf pada penyiksamu
karena kamu gagal. Rekam dengan Selfie dan hukum dirimu sekreatif
mungkin. Aku aksih waktu setengah jam untuk mempersiapkan hukuman dan
setelahnya kamu akan kami hukum.” ujar mami Nike.
Aku tidak tahu berikutnya apakah aku harus menjalani hukuman lift
selama seminggu atau diperkosa terus menerus atau apapun aku bingung
hukuman apa yang ahrus kulakukan untuk menghukum diriku yang malang
dan menyedihkan ini.
Aku tahu bahwa hukuman ini harus mengerikan atau mereka akan
menghukumku dengan sangat kejam setelahnya. Aku akhirnya memutuskan
dan mempersiapkan hukumanku. Aku tahu ini akan menjadi kepedihan yang
sangat.
Aku mempersiapkan hukumanku di hadapan kedua perempuan kejam itu dan
menyimpan handphoneku di tripod dan mulai merekam diriku. Aku telah
telanjang sepenuhnya ketika rekaman dimulai dan aku menyembah ke arah
kamera menandakan aku meminta maaf sebesar0besarnya dalam kehinaan
dan kerendahan diri.
“Budak lacur Veirin Halim ini memohonkan maaf karena ketidak
bergunaan dirinya dalam melayani tuan, nyonya, dan nona sekalian yang
datang kemarin malam pada acara penyiksaan dan hukuman pelacur
murahan Veirin Halim ini. Pelacur ini telah diberi kesempatan untuk
menghibur semua pengunjung dan diperkosa sebanyak 133 kali oleh lebih
dari 100 orang. Terima kasih telah menyiksa dan menghabiskan waktu
tuan, nyonya, dan nona untuk mendisiplinkan budak lacur ini. Kaan
tetapi sebagai penghibur, budak ini telah gagal karena setelah
diperkosa 76 kali budak ini kehilangan kesadaran dan berhenti
bereaksi pada 57 pemerkosaaan dan penyiksaan selanjutnya. Budak ini
tidak dapat dan gagal memberikan respon sehingga patut dihukum dan
disiksa untuk membuatnya sadar diri. Karenanya Budak Veirin akan
menjepitkan 57 penjepit baju di tubuhnya sebagai wujud hukuman gagal
bereaksi terhadap 57 pemerkosaan yang terjadi pada dirinya. Lebih
dari itu Budak hina ini akan menancapkan sikat pembersih kloset dan
mengobok-obok vaginanya dengan pembersih kloset tanpa henti selama 57
detik. Semoga hukuman ini dapat mengampuni budak lacur ini atas
kegagalannya tadi malam.”
Aku kemudian dengan hati hancur menjepitkan 57 jepitan jemuran yang
sudah kusiapkan. Ternyata rasa sakit yang luar biasa telah menyiksaku
lebih daripada yang kuperkirakan setelah ke 57 jepit berhasil
kujepitkan di badanku yang kebanyakan meng-abuse payudaraku. Kemudian
aku memasukan sikat kloset ke dalam vaginaku, sangat sulit
memasukannya ketika seluruh tenagamu sudah hampir habis dan aku
merasa, kenapa hal ini terjadi padaku. Kenapa aku sehina dan serendah
ini. Bahkan setelah diperkosa puluhan kalipun aku masih harus dihukum
hanya karena aku gagal berespon terhadap penyiksa dan pemerkosaku.
Aku ini semenyedihkan inikah ? Apakah aku ini benar-benar pantas
mendapatkan perlakukan seperti ini ? Aku ini manusia dan juga masih
memiliki perasaan, kenapa kakak tiriku tega melakukan ini padaku.
Aku menjerit sekeras-kerasnya dihadapan kamera selfieku yang merekam
aku memasukan sikat kloset kedalam liang vaginaku yang sudah
hancur-hancuran setelah diperkosa berkali-kali dan disiksa
berkali-kali. Rasa sakitnya sudah tidak bisa kugambarkan lagi karena
sangat sakit dan darah sampai keluar dari dalamnya. Menetes sedikit
karena lecet yang terjadi selama pemerkosaan tanpa henti tadi malam.
Aku kemudian masih harus mengobok-oboknya selama 57 detik dan
menggerakannya sedikit saja sudah membuatku menjerit dan ingin
berhenti tapi melihat diriku ragu-ragu, mami Nike langsung memegang
tanganku yang sedang memegang pegangan sikat dan dengan kasar
membantuku dan memaksaku mengobok-obok vaginaku dengan sikat WC itu
sampai aku berhasil melewati 57 detik neraka hidup itu.
“Terima kasih… telah menyaksikan hukuman budak ini. Semoga dengan
ini tuan dan nyonya memaafkan hamba yang telah mengecewakan tuan dan
nyonya.” ujarku sambil menyembah ke arah kameraku. Kemudian aku
baru mencabut sikat WC dari vaginaku dan kemudian mematikan rekaman.
Aku langsung jatuh rubuh ke lantai karena rasa sakitya. Beberapa
jepitan terpelanting dan lepas, beberapa lagi tertimpa diriku dan
membuat diriku semakin kesakitan.
Mami Nike dna Mistress Sierra nampak puas tapi kepuasan mereka belum
selesai. Mereka kemudian mendang-nendangku sampai aku berbalik dan
dengan kakinya menyepak jepitan-jepitan yang ada di tubuhku. Terakhir
karena lama ia menarik jepitan tersebut dengan tangannya dan
menyeretku untuk menjalani hukuman versi mereka yang aku belum tahu
apa.
“Karena telah gagal dalam berespon, kamu akan dikirim kolong
jembatan layang di daerah jakarta utara dimana ada warteg murah dan
para keluarga miskin dan tuna wisama tinggal dan kamu akan menjadi
budak bulan-bulanan mereka dari jam 9 malam ini sampai besok jam 4
pagi. Ada 7 jam kamu bakal diperkosa dan habis-habisan disiksa oleh
mereka. Mungkin akan ada sampah yang dipakai memerkosa dirimu.”
ujar Mami Nike. “Oh jangan lupa semua penyiksaanmu akan direkam dan
dibagikan kepada para tamu yang kmarin hadir. Ya semuanya…. Ada
sekitar 700 tamu yang hadir kemarin malam”
“Mami, Mistress….” aku langsung bersujud memeluk kaki mereka
“Ampuni anjing hina ini, jangan melakukan itu terhadap anjing hina
ini. Biarlah anjing ini dihukum di lift selama 57 menit setiap budak
ini kerja tapi jangan buang budak ini ke tuna wisama untuk disiksa”
“Oh baiklah, hukumanmu akan ditambahkan dengan 57 menit disiksa di
elevator selama dua bulan. dimana kamu akan regular mengisi elevator
untuk disiksa. Kamu akan cepat terkenal. Hukumanmu dimulai pukul 10
malam sebelum kamu diserahkan ke pelacur untuk menjadi bonus mereka
seperti biasa. Kalo kamu ada telat datang lagi, aku akan jadikan
hukuman elevator permanen seumur hidup. Mengerti ?” ujar Mami Nike
dingin.
Aku hanya terdiam tidak bisa berkata apa-apa lagi. Aku tahu jika aku
memohon lagi, hukumanku akan ditambah dan aku tidak memiliki kuasa
apapun untuk menghentikan kekejaman yang terjadi pada diriku yang
hina ini.
Dengan satu gerakan para bouncer menyeretku ke sebuah mobil dengan
bak terbuka. Aku ditutup matanya dan dalam keadaan telanjang aku
meringkuk dalam truk menikmati perjalanan menuju pembantaian. Aku
Direntangkan dan diikat serta seluruh tubuhku ditutup terpal agak
tidak mencolok
Aku ingat bahwa malam ini Yun mengajakku bermain bersama para
cowok-cowok tapi aku bahkan belum membalasnya karena aku belum
menyentuh handphoneku lagi sejak kemarin malam saat sampai di klub
untuk merasakan neraka hidup.
Aku tidak tahu apa yang akan terjadi nanti, aku tahu akan banyak
sekali perkosaan dan penghinaan yang akan kualami. Anehnya walau aku
merasa takut, sedih, ada sedikit rasa penasaran dengan apa yang akan
terjadi. Mungkin aku sudah gila.
Tiba-tiba mobil berhenti. Aku mulai was-was karena terdengar suara
pintu samping mobil terbuka dan Bouncer tampaknya turun buat
mengobrol. Tidak lama aku mendengar banyak suara orang dan terpal
dibuka. Banyak suara-suara pria-pria yang berkata “Anjing !….”
“Beneran !” “Wah barang bagus !” “Beneran ini ?” “Serius
?” dan kata-kata terkejut lainnya. Wajahku langsung terasa panas.
Aku tahu bahwa tubuhku ini sedang dipamerkan dan sekejap berikutnya
penutup mataku dibuka dan aku sudah dikelilingi oleh sekitar tiga
pria yang menatapku degan pandangan ingin menyantapku.
Aku hanya menutup mataku dan merasakan rasa malu dan rasa hina yang
menyelimuti diriku. Aku hanya bisa pasrah menjalani hukuman ini.
Bouncer melepasku dan memasangkan collar anjing merah ke leherku dan
memaksaku turun dari bak belakang mobil. “Seharian kami telah
memasang kamera dan membuat kerjasama dengan orang-orang lokal sini,
Jadi kamu harusnya berterima kasih, untuk menghukummu, kita harus
menyuap polisi, preman, dan keamanan dan menyiapkan lokasi ini agar
ada rekamannya. Jadi pastikan kamu gak pingsan kayak kemarin malam
atau jerih payah kami jadi sia-sia. Mungkin kalo kamu gagal lagi,
kamu akan dibawa ke kebun binatang dan harus melayani semua binatang
jantan sekebun binatang ragunan.” ujar si Bouncer mengancamku.
Kemudian dengan sigap mereka memaksaku menyilangkan tanganku
dibelakang dengan posisi istirahat lalu memasangkan kertas yang
dijepit oleh penjepit kertas bertuliskan :
LONTE CINA
budak pribumi yang lebih hina dari sampah.
Silahkan siksa dan hukum saya
Aku langsung lemas membacanya.
“Wow beneran amoi cina !” ujar seorang cowok yang sudah tidak
sabr.
“Tenang nanti semua dapet giliran… sekarang dia ada tugas lain
dulu !” ujar Bouncer sambil menyeretku ke suatu tenda warteg
lumayan besar yang ada di sana.
Ibu pemilik warteg tampak puas melihatku masuk ke tenda yang juga ada
beberapa orang yang sedang ngopi dan nongkrong di sana. Beberapa pria
yang sedang makan tampak kaget setengah mati melihatku dalam keadaan
seperti ini.
“Bu, titip lontenya ya Bu, sampe jam 11 malam,” ujar Bouncer.
“Iya pa, menghukum aseng kafir memang tugas kita semua, ” ujar si
ibu yang berhijab dengan perawakan gempal tersebut.
“Kami sudah memasang kamera tersembunyi di sini, dan tugasmu
adalah menurut. Kalo kamu melawan, ingat ada ragunan.” ancam si
Bouncer.
“Nah Lonte, kamu keliling ya, saya gak mau kamu cuma diem. Kamu
keliling gak boleh berenti !” ujar si Ibu sambil menarik jepitan
dari putingku dengan kasar yang membuatku menjerit. “Pegang kertas
ini dan pamerkan dengan kedua tanganku sendiri dan mulailah berjalan
berkeliling.”
Aku hanya bisa pasrah, mengambil kertas penuh kehinaan itu dan
meemgangnya dengan kedua tanganku lalu aku dalam keadaan menyedihkan
itu berkeliling di tenda yang hanya ada 4 meja itu.
Rasanya sangat memalukan memegang pengakuan yang merendahkan diriku
sambil dalam keadaan telanjang aku berjalan mengarak-arakan tubuhku
sendiri untuk disiksa dan dilecehkan.
Tangan-tangan langsung menggerayangiku.
“Mbak, dihukum karena apa ?”
“Karena saya terlambat datang utuk ngelonte” ujarku lirih. Aku
terus berjalan sementara tangan si cowok tadi memegang-megang
payudaraku dan menarik putingku dengan sedikit kasar. Aku hanya
pasrah dan terus berjalan ke meja selanjutnya, dan kembali berputar.
Tangan-tangan jahil terus memegangiku, belum lagi ponsel-ponsel yang
memfoto diriku.
“Kafir, loe gak tau malu ya ? Bikin harkat derajat martabat
perempuan jadi rendah.” ujar seorang cewek yang lagi makan ketika
aku lewat dalam segala kehinaanku. Dia kemudian megambil tulang ayam
di piringnya dan memasukan tulang itu ke dalam Vaginaku dengan kasar,
“Loe emang lebih rendah dari sampah. Kalo loe jatohin tuh tulang,
gw mau loe ambil tuh tulang pake mulut loe dan bawa lagi ke sini buat
gw masukin lagi ke memek hina loe. Loe baru boleh buang ini tulang
kalo gw dah keluar dari tenda. Ngerti ?”
“Iya nona,” ujarku sambil berusaha merapatkan otot-otot liang
vaginaku untuk menjepit tulang ayam yang dimasukan oleh prempuan
tadi. Aku kembali berjalan dan beberapa tangan memegang dada dan juga
pantatku. Aku sungguh malu dan terasa hina sekali.
Setelah berjalan sekitar 30 langkah dan memutar ke meja yang lain,
eorang pria dengan jahil menggesekan tangannya ke vaginaku yang tak
berbulu dan membuatku menjatuhkan si tulang yang dimasukan perempuan
tadi. Aku hanya pasrah, berlutut lalu dengan mulutku aku mengigit
tulang tersebut dari tanah dan menahannya di mulutku untuk
kukembalikan ke perempuan tadi untuk dimasukan kembali ke dalam
vaginaku oleh dia. Ini sungguh memalukan dan menyedihkan. Apakah aku
pantas diperlakukan seperti ini ? Aku hanya datang terlambat, tidak
bisakah mereka memotong gajiku saja daripada semua kengerian
penderitaan di lift, di klub, dan seakrang berlanjut ke warteg
terkutuk ini ? Bahkan akan berlanjut ke pemukiman kumuh di bawah
jembatan setelah ini.
“Wah ada lonte ini,” ujar seorang pria yang baru saja masuk ke
dalam tenda sambil langsung meraba-raba payudaraku. Kemudian dia
dengan santainya memutar putingku dengan kasar sehingga membuatku
menjerit, menarikku ke bawah dan dia duduk dan memaksaku untuk
mengulum kelaminnya selama dia makan. Aku hanya dengan pasrah dan
segala kehinaan menelan setiap sperma yang dia semprotkan di dalam
mulutku. Hampir 3 kali dia mengeleuarkan spermanya dan harus kutelan
karena aku tidak diperbolehkan untuk berhenti menjilati penisnya.
Setelah beres makan dia berdiri dan aku harus kembali berkeliling
mengarak diriku di tenda tersebut dengan banyak kehinaan lainnya yang
terjadi. Sudah tidak tahu lagi berapa banyak sisa makanan yang
mencicipi liang vaginaku, baik itu bonteng, tulang ayam, tulang lele,
dan juga berbagai sayuran dan sisa tahu dan tempe. Bahkan beberapa
melumurinya dengan sambal sebelum mencelupkannya ke dalam liang
vaginaku sehingga aku semakin tersiksa dan merasakan neraka yang
membuatku merasa ingin mati saja.
Belum lagi bahkan ada beberapa aparat keamanan yang makan dan mereka
malah menikmati penyiksaaan dan pelecehanku, sama sekali tidak ada
niat untuk menolongku. Bahkan aku harus diperkosa oleh tongkat yang
mereka bawa dan mengongong serta menjilati kaki mereka sambil
merendahkan diriku.
“Terima kasih telah turut menjaga keamanan ibu kota ini. Terima
kasih juga telah membuat budak yang sedang menjalani hukuman ini
merasakan orgasme. Sungguh budak hina ini tidak layak menunggangi
tongkat tuan-tuan. Terima kasih…. Terima kasih…..” ujarku
smabil menangis ketika petugas tersebut merekamku dengan kameranya.
Tentunya aku dipaksa berkata seperti itu. Mereka ketawa beberapa kali
dan aku berakhir harus menampung sperma beberapa petugas keamanan
tersebut.
Aku kembali berkeliling dan ketika akhirnya jam 11. entah berapa kali
aku dihina dan dilecehkan di tenda itu. Aku kemudian membantu si ibu
untuk membereskan tenda, membuang sampah, membersihkan sisa-sisa dan
selanjutnya aku digiring ke tempat tinggal dimana para tuna wisma
sedang memasak dan bersantai, beberapa anak kecil ada di sana dan
juga ada banyak pemuda yang sedang duduk, merokok ataupun mungkin
menghisap lem.
Aku tahu bahwa nerakaku yang kulalui sebelum ini terasa tidak ada
artinya dibandingkan dengan apa yang akan terjadi.
“Sesuai yang saya sudah bilang, silahkan dipakai sesukanya !” ujar
Bouncer yang melemparkan aku dalam keadaan telanjang bulat ke tengah
mereka.
Para tuna wisama berbagai usia langsung menyeretku, mereka membuang
undi padaku dan memperkosaku bergiliran tanpa henti. Dari seorang
pria tua yang berbau, sampai beberapa anak kecil yang turut memperkosaku. Aku merasa terhina ketika seorang anak kecil yang mungkin belum 10 tahun
menarik rambutku agar wajahku mendongak lalu memaksaku mengulum
penisnya yang bahkan belum bisa mengeluarkan sperma karena belum akil
balik. Dia hanya merasakan kenikmatan dan setelah merasa orgasme,
anak itu mengencingi mulutku dan memaksaku meminum seluruh air
seninya. Aku hanya bisa menangis dan menangis… menjerit dan pasrah.
Aku berusaha untuk tidak pingsan walau aku sangat ingin pingsan atau
mati. Tapi aku tahu jika aku pingsan dan kehilangan respon lagi, maka
akan ada hukuman lainnya yang jauh lebih mengerikan. Aku takut jika
aku harus berkeliling kebun binatang dan diperkosa oleh semua
penghuninya seperti yang mereka ancamkan padaku.
Dari satu penis ke penis terus aku layani. Aku menjerit dan mengerang
karena aku terus menerus diperkosa. Liang vaginaku sudah hampir tidak
merasakan apa-apa karena sakit yang luar biasa. Aku terus bergelinjut
seperti terkena orgasme tanpa henti dan terus diperkosa sampai
beberapa jam setelahnya.
Sekitar pukul 3 malam, bau sperma sudah menghiasi tubuhku. Entah
berapa penis yang sudah aku hisap, berapa banyak air kencing yang aku
minum, dan berapa banyak tamparan kasar yang sudah aku terima.
Seluruh tubuhku penuh memar dan vaginaku sudah mengeluarkan darah.
Bernafas saja terasa begitu menyulitkan dan menyakitkan. Aku sangat
keletihan tapi hukumanku belum beres.
Seorang perempuan jalanan yang merupakan istri dari salah satu orang
di sana menyeretku yang sudah diambang kematian dan menyeretku dengan
santai ke daerah tempat sampah. Ada 4 perempuan lain lagi di sana.
Ada 8 tempat sampah besar dan satu bak sampah di sana.
Aku melihat sebuah lampu besar juga menyorot tempat itu. Seperti
tempat shooting yang sudah dipersiapkan. Ada kamera juga dan beberapa
perempuan lainnya menanti dalam bayangan untuk melihat apa yang akan
dilakukan oleh kelima perempuan itu kepada tubuhku yang sudah hampir
meregang nyawa itu.
Mereka mendorongku tersungkur di dekat satu tong sampah besar.
Tingginya hampir 1.5 meter dengan diameter sekitar 50-60cm. Ada 8
tempat sampah serupa dan tampak sudah tua dan penuh dengan kotoran
yang menempel. Mereka membuka tong sampah tersebut dan membuang semua
isinya kepadaku.
“Kamu pikir kamu cantik ? Merasa enak disetubuhi suami-suami kami
?” tanya seorang perempuan yang sambil mengucurkan satu gelas bekas
milkshake dan es yang masih tersisa didalamnya ke kepalaku.
“Hamba hanya sampah nyonya…. hanya budak… nyonya… nyonya….
Tolong jangan siksa budak ini lebih daripada ini....” uajrku
ketakutan dalam segala kehinaanku. Aku dalam keadaan telanjang
menangis, dengan sampah disekelilingku, mulai dari sisa makanan,
plastik, sisa botol, kulit buah, bungkusan-bungkusan, pecahan telur,
dan banyak sampah dengan bau menyengat yang kini penuh
mengelilingiku.
“Jadi kamu apa ?” tanya satu perempuan lain yang dengan kasar
menginjak kepalaku dari belakang dan membuat wajahku mencium tanah
yang dipenuhi sampah. Mukaku tertimbun tumpukan sampah dan baunya
sangat menjijikan tapi aku hanya tanpa daya memelas dalam kehinaan
ini. “Saya sampah…. Saya lebih hina dari sampah dan kotoran.”
“Oh jadi menurutmu mana yang lebih mulia ? Kamu atau sampah ?”
tanya seorang perempuan lain.
“Sampah-sampah ini jauh lebih mulia nyonya.” ujarku.
“Kalau begitu apa yang harus kamu katakan ?”
“Terima kasih….terima kasih telah membiarkan tubuh hina budak ini
digelimpangi oleh sampah yang mulia dan jauh lebih berharga dari diri
hamba ini. Veirin sungguh merasa tersanjung dan merasa tidak pantas
mendapatkan kebaikan dari nyonya-nyonya sekalian.
“Kamu sudah melayani, ini adalah upah yang sepadan kan ?” tanya
seorang perempuan dengan suara manis yang dibuat-buat.
“Sekarang Lu lap segala sampah yang jauh lebih mulia ini ke tubuh
lu. Inget lu itu lebih rendah dari sampah jadi sampah yang bernilai
dan lebih berharga dari lu ini harus u manfaatkan baik-baik. Gw mau
loe membaluri seluruh tubuh loe dengan sampah supaya derajat loe naek
!” uajr salah satu perempuan sambil meludahi wajahku.
“Tunggu apa lagi LONTE ?” bentak perempuan lainnya
Aku hanya pasrah dan menutup mataku sambil menangis kemudian dengan
gemetar aku mengambil apapun yang bisa kugenggam dihadapanku lalu
melapkannya pada tubuhku. Ada sisa pisang, tissue yang berisi lapan
atau bahkan ingus, aku sudah tidak tahu lagi. Rasa dingin dari
sampah-sampah absah dan berbau kuoleskan pada tubuhku. Aku menangis
tanpa henti dan merasa malu. Rasanya seperti aku sekarang sudah
benar-benar sangat hina. Aku yang dulu selalu dilayani oleh pembantu
dan dimanja, menjadi pusat perhatian, tidak pernah menggunakan barang
yang tidak branded kini harus mengooleskan sisa makanan orang dan
sampah-sampah kulit dan makanan expired ke seluruh tubuhku seolah ini
adalah sabun.
“Bersihkan diri loe dengan sampah karena sampah itu jauh lebih
mulia dari lonte kayak loe,” ujar seorang perempuan lain sambil
meludah ke depanku.
“Jilat ludah gw !” ujarnya membentakku. “Ludah gw itu air suci
buat loe ! Minum !” teriaknya lagi sambil menendang punggungku. Aku
seperti orang gila langsung menggunakan mulutku menjilati ludahnya
yang ada di atas bungkus pisang dan berusaha memasukan ludah tersebut
ke dalam mulutku dan menelannya dengan segala harga diri yang sudah
tidak ada lagi.
Si perempuan yang menyeretku kemudian menggunakan sarung tangan dan
mengambil botol kecap plastik dan melemparnya ke hadapanku, kemudian
mengambil sisa sampah jagung yang sudah habis digerogoti dan
melemparnya juga ke hadapanku.
“Sekarang loe harus masturbasi. Pilih mau pake sampah jagung ato
botol kecap ?”tanyanya
Aku hanya terbelak kaget disuruh memilih dari dua sampah untuk
memperkosa diriku. Sungguh harga diri ini sangat terluka. Aku pernah
dimasukan sampah jagung di vaginaku dan rasanya sangat menjijikan dan
mengerikan, apakah botol kecap akan lebih baik ? Aku sungguh bingung
untuk memutuskan.
“Pilih cepat atau gw masukin dua-duanya ke vagina dan lubang anus
loe !” bentak si perempuan tadi.
Aku tidak bisa berkata-kata lagi. Dengan tangan gemetaran aku
mengulurkan tanganku mengambil si botol kecap memandangnya dengan
lirih. Lalu meludahinya dan mulai menggesekannya ke dalam vaginaku.
Ini akan menjadi tusukan yang menyakitkan…. Aku tahu itu….. aku
berlama-lama memainkan botol tersebut di depan liang vaginaku, masih
belum bisa menerima kenyataan harus memasukannya ke dalam liang
vaginaku.
“CEPET LONTE !” sebuah cambukan menghantam payudaraku tepat di
putingku membuatku menjerit dan tersungkur kedalam sampah. Kelima
perempuan itu lalu terus-menerus mencambukiku tanpa ampun.
“Ampun…. Ampun….. ampun… budak ini akan menurut…. Ampun...”
jeritku sambil terus menerus memasukan si botol plastik kevaginaku.
Rasa sakitnya sangat luar biasa tapi aku terus memasukannya karena
takut dan rasa sakit lain yang menghantamku.
“Nah gitu donk !” ujar seorang perempuan sambil dia memberi
isyarat agar cambukanku dihentikan.
Mereka semua memperhatikanku dan merekam diriku yang sedang
menunggangi botol kecap plastik sambil mendesah sakit dan keenakan.
Sebetulnya rasa enaknya sudah hampir tidak terasa karena rasa sakit
yang terus menerus mendera vaginaku dari tadi. Rasanya sangat perih
dan aku tidak tahu apakah aku bisa orgasme atau tidak dari penyiksaan
neraka ini. Aku akhirnya berpura-pura mendesah dan semakin lama rasa
maluku kutelan, aku bergerak-gerak liar dan nakal untuk memuaskan
para penontonku.
“Gila itu cewek, bisa senakal itu ya. Ngentot sama sampah !” ujar
seorang pria yang menontonku.
“Jijik banget ya !”
“Lonte aja gak gini-gini amat. Emang kafir itu lebih rendah dari
anjing”
“Aseng biasanya sok alim, nyatanya lebih lacur dari lonte”
“Dari cantik bisa jadi jijik kayak gini ya…...”
Aku tak lagi menghiraukan kata-kata yang mereka, aku hanya ingin ini
semua berahir. Aku berpura-pura orgasme dan menjatuhkan diriku ke
sampah-sampah mengira semua sudah selesai saat aku orgasme.
Setidaknya biarkan aku mati.
“He Lonte,” seorang perempuan yang lain menginjak kepalaku
sehinga aku membuka mataku. “Sekarang loe keluarin itu sampah
plastik dari vagina loe, masukin jagung ke vagina kotor loe. Udah
gitu u beresin semua sampah ini tanpa terkecuali termasuk diri loe
harus masuk ke dalam 5 tong sampah ini.”
Aku bagai tersambar petir. Benar juga ! Tidak mungkin mereka
membiarkan sampah-sampah ini dan sudah pasti akulah yang harus
membereskannya. Aku terlalu naif jika merasa penyiksaan dan
kehinaanku selesia sampai di sini.
Aku hanya pasrah dan mencabut botol plastik dari vaginaku dan
memegang si sampah jagung lalu meringgis mencoba memasukannya ke
vaginaku tapi sangat sulit masuk. “Tidak muat…. Tidak muat
nyonya...” ujarku berusaha meminta belas kasihan pada mereka.
Tapi seperti biasa aku salah, mereka langsung menarik kedua tanganku,
lalu seorang dari perempuan itu mendorong masuk sampah jagung itu ke
dalam vaginaku hingga masuk walau aku menggeliat dna menjerit. Mereka
belum merasa itu cukup dalam dan si perempuan yang paling dominan
berdiri dan menendang jagung tersebut dua kali agar lebih menancap ke
vaginaku meninggalkanku melolong kesakitan hingga mataku sekilas
tidak bisa melihat apa-apa karena rasa sakit luar biasa. Sungguh
rusak sudah vaginaku… aku rasa aku tidak akan bisa menjadi wanita
normal lagi.
“Ayo cepet kerja sampah ! Aseng kayak kamu memang seharusnya cuma
jadi budak di tanah kami !” Aku tahu mereka sangat membenci
keturunan chinese sepertiku, tapi itu kan bukan salahku aku lahir di
keluarga keturunan. Apakah mereka tidak tahu bahwa walau kami lahir
di Indonesia sebagai keturunan tapi kami tidak pernah berhubungan
dengan negara china lagi. Kami bahkan tidak bisa berbahasa mandarin.
Apakah salahnya jika lahir sebagai warga keturunan ? Haruskan mereka
menyiksaku dengan segini kejamnya ?
Aku berusaha berdiri, memunguti sampah-sampah bau yang bereserakan.
Aku memungutinya dan memasukannya ke tempat sampah sambil vaginaku
menahan rasa sakit yang sangat luar biasa karena berisikan sampah
jagung. Ini jauh lebih mending daripada rasa sakit dimasuki sikat
kloset tapi tetap saja sama menjijikan dan menyakitkan serta
menghancurkan harga diriku sebagai manusia. Aku yang bau dan
dikelilingi lalat hanya bisa menangis sambil membereskan
sampah-sampah itu Tidak lupa cambukan dari perempuan-perempuan itu
juga turut menghiasi kehinaanku sesekali. Jika aku terlihat lamban
ataupun mereka bosa, cambuk akan melayang menghiasi tubuhku. Tidak
lupa mereka terus mengejekku dan melecehkanku secara verbal.
Aku mengumpulkan semua smapah-sampah dan memasukannya ke 4 keranjang
penuh. Sementara satu keranjang lagi aku hanya isi sepertiga. Aku
kemudian menutup keempat keranjang tersebut dam meyimpan
sampah-sampah sisanya di atas tempat sampah yang sudah tertutup.
Dengan perasaan sedih aku menggeser dan memposisikan agar keempat
tong sampah itu dekat dengan tong sampah kelima yang berisi
sepertiga. Kemudian aku memasukan diriku ke tempat sampah kelima dan
kemudian aku mengisi tempat sampah yang kumasuki dengan sisa-sisa
sampah yang ada di tutuk keempat tempat sampah itu hingga penuh dan
aku tertimbun sampah didalamnya. Tentunya para perempuan itu juga
membantuku ketika aku tidak bisa lagu menambahkan sampah. Ketika aku
selesai memasukan semua sampah, sampah-sampah di tempat sampahku
sudah merendamku sampai setinggi payudaraku karena aku meringkuk di
dalam tempat sampah itu. Namun mereka merasa kurang dan berjalan
seidkit ke perkampungan dan membawa beberapa kantong keresek sampah
baru dan membuka kereseknya lalu menuangkan seperti menyiramkan
sampahnya ke atas kepalaku sehingga aku bertambah menangis di dalam
tempat sampahku. Setelah aku tertimbun sampah dan merasakan bau yang
semakin menjadi, mataku juga sudah tidak dapat lagi dibuka karena
disekitarku penuh sampah. Aku masih bisa bernafas walau agak berat.
Seperti di dalam selimut tebal. Kemudian aku merasakan mereka
menutup tempat sampahku.
Aku sudah sangat keletihan dan udara semakin tipis…. Yang ada hanya
kegelapan dan suara yang smeakin senyap. Kurasakan tempat sampahku
diangkat dan aku kehilangan kesadaranku. Mungkinkah ini akhir dari
semuanya ?
--------------------------------------------------------------
Sorry semua aku baru balik lagi, sejak Desember banyak hal yang terjadi di kehidupan pribadiku dan urusan pekerjaan yang terus menjadi. Budak ini sungguh minta maaf karena tidak ada kabar sama sekali.
Budak ini masih berhutang :
- Laporan Liburan yang akan segera hamba ini bereskan. Semoga dalam 2-3 minggu bisa ditulis dengan rapih karena sekarang sangat sulit mencari waktu untuk menulis dengan tenang.
Semoga tuan-tuan menikmati blog saya.