Selasa, 27 Juni 2023

Business Consultant Rendahan 22

 CHAPTER XXII

Terkadang ada hari yang terasa panjang sekali, seperti hari ini dimana aku terbaring di saluran air di bawah besi parit yang berat. Kedua tanganku hari ini diborgol menggunakan borgol polisi. Kedua kakiku masih terikat borgol berat yang harus dihancurkan jika ingin dilepas. Entahlah apakah setelah lebaran nanti kedua borgolku ini akan dilepas atau akan terus mengekangku. Pastinya borgol berat ini sudah melukai pergelangan kakiku. Leherku sendiri diberikan borgol besi yang lumayan berat.

Hari ini adalah hari ke 15 di bulan ramadhan. Aku masih menjalani rutinitasku dengan masuk ke parit setiap harinya dan akan dikeluarkan saat berbuka untuk makan dan jika mood mistressku bagus, aku akan dipinjamkan ke tukang parkir, satpam, atau pegawainya untuk diperkosa dan melayani sampai besok paginya dimana aku dikembalikan ke parit. Atau kalau moodnya sedang buruk dia akan memasukanku ke parit kembali, atau mengirimku ke Rieska untuk disiksa sampai pingsan dan setelahnya dimasukan kembali ke parit.

Sudah 15 hari juga aku tidak pernah berpakaian ataupun pulang ke rumah. Aku bahkan tidak ke kantor atauupun melakukan rutinitasku yang lain juga. Rasanya aku benar-benar hidup sebagai budak.

Hari ini seperti biasa aku masih dalam gorong-gorong dan hujan turun memenuhi selokan ini. Aku hanya bisa pasrah untuk menyiapkan sedotan stainlessku untuk bernafas nanti. Kemarin miss Laureen sedang buruk moodnya, sehingga kemarin malam saat maghrib aku hanya dikeluarkan untuk diberi makan nasi bungkus dan setelah minum aku dikembalikan lagi ke parit dan sampai saat ini aku belum makan dan minum. Mungkin karena masalah usaha yang target omset tidak tercapai, dan seluruh jaringan pijat plus-plusnya tutup selama ramadahan sehingga dia mudah sekali marah.

Aku dipenjara di gorong-gorong di komplek ruko dimana ada kantor mistress Laureen. Tukang parkir di sini sudah cukup mengenalku dan banyak orang-orang yang tahu tentang aku. Shella si sekertaris budak juga biasanya akan mengecekku tiap sore. Tapi Shella biasanya hanya melihatku dan meludahiku saja.

Aku hanya bisa pasrah karena hujan makin besar dan air sudah hampir menenggelamkanku. Aku kehausan tapi aku tidak sampai hati meminum air kecoklatan yang mulai menenggelamkanku. Aku mengambil sediatan stainless yang selalu ada di genggamanku dan mulai memasukannya ke mulutku. Aku menutup mataku saat air sudah mencapai wajahku. Aku berusaha tetap tenang walau setiap kali ini terjadi aku merasakan aku akan mati.

Setidaknya mungkin aku tidak harus berlama-lama karena hari sudah begitu panjang, mungkin sebentar lagi Maghrib dan mereka akan mengeluarkanku dari parit terkutuk ini.

Entah berapa lama aku tenggelam dalam air got ini sampai akhirnya seseorang mengangkat besi parit di atasku. Ah akhirnya pikirku. Aku langsung berusaha keluar dari air menjijikan ini dan aku sudah kedinginan. Tidak ada yang ingin membantuku ketika aku keluar dari parit berisi air ini. Hujan masih rintik dan  aku mengelap wajahku dengan tangan agar air tidak masuk ke mataku.

Aku melihat sekelilingku dan mendapati 2 orang tukang parkir yang mengangkat besi parit yang berat itu. Aku melihat juga disekitar sana ada Shella si budak dengan pakaian dari kain goni sedang memayungi mistress Laureen lalu mataku menangkap sosok seorang perempuan di belakang mistress Laureen.....
dan kulihat....

ada ciciku di belakang miss Laureen yang memandangku dengan lirih.
Ia tidak yakin yang dilihatnya keluar dari selokan adalah adiknya sepertinya, tapi begitu dia mengenaliku, sesaat kemudian ia langsung menghampiriku dan membantuku.

"Kamu kenapa Va ? Sampe segininya ??" ujar Ciciku membantuku kelaur dari parit dan memelukku walaupun aku basah berlumpur dan menjijikan. Ia tampak marah dan kesal tapi juga sedih. Aku bisa meraskan emosi kompleks darinya ketika memelukku.

"Ci...jangan.... jangan......" ujarku berusaha menahan ciciku yang mau melepaskan pelukannya dariku. Aku tahu apa yang akan dilakukannya.

Ia melepaskan pelukannya dan kemudian berlari kembali dan berlutut di depan mistress Laureen. "Tolong perlakukan adik saya sedikit lebih baik mistress....saya memohon kepadamu..." ujarnya. "Saya tau dia ada salah sama miss, tapi dia sudah cukup menderita.... saya mohon maafkan dia..... ampuni dia..."

Laureen tidak memedulikan ciciku, "Cicimu sudah sampai sini, mau berbuka bersama, kamu koq tampilannya kayak tikus got. Tolong dibersihin ya bapak-bapak," ujar Laureen menyerahkan uang dua pulub ribu ke dua tukang parkir yang tadi mengangkat besi parit. Mereka langsung menyeretku dan menyiramku dengan selang dan memandikanku di depan ruko mistress Laureen dimana ciciku hanya bisa pasrah memandangku dimandikan oleh dua tukang parkir di ruang publik.

Saat dimandikan juga, kedua tukang parkir itu memintaku untuk bergiliran mengulum penis mereka dan mereka juga menggunakan vaginaku. ada momen ketika satu tukang parkir mendoggyku dan satu lagi memaksaku untuk melakukan deepthroat. sungguh memalukan dan tidak bermoral kejadiannya.

Ciciku hanya bisa pasrah melihat aku diperlakukan dengan sangat rendahan, bahkan lebih rendah dari binatang.


BUKA BERSAMA #1
Bersama Cici

Setelah kejadian memalukan itu aku digiring ke mobil Alphard Mistress Laureen.
Ciciku duduk di salah satu capatain seat di depan bersebelahan dengan Laureen. Sedangkan aku berbaring sebagai keset bagi mereka berdua.

Kaki mistress Laureen disimpan satu di atas wajahku dimana aku menjilatinya, sedangkan kaki satunya mrenginjak-injak buah dadaku.

Sementara ciciku menaruh satu kakinya di atas luka bakar tulisan 'Slave' milikku dan kaki satunya sedang memainkan liang vaginaku. "Jika erva gak orgasme, maka malam ini Erva akan dihukum. Kalo cici bisa bikin Erva orgasme menggunakan kaki cici, ya malam ini Erva gak akan dihukum," ujar Laureen menjanjikan.

Ciciku menggunakan kakinya mencoba menstimulasi adiknya yang lacur ini. Aku juga berusaha untuk terangsang dan mendapatkan orgasme dari perlakuan ciciku.
Aku berusaha mendesah tapi aku terlalu letih sehingga sulit untuk sekedar terangsang saja.

Akhirnya waktu yang begitu terasa begitu cepat dan kami memasuki daerah apartemenku. Misstress Laureen memasukan mobilnya ke basement dan berhenti di depan markas sekuriti di basement.

Pintu kami terbuka dan Regie bersama dua orang satpam menyambut kami semua. "Kita sudah sampai Slave," ujar mistress Laureen.

Regi dan kedua satpam membantu ciciku untuk menginjakku dan turun dari Alphard. Kemudian barulah aku merangkak turun seperti anjing dari dalam mobil dan langsung menyembah Regi dan mencium sepatunya.

"Eh lonte Erva dah pulang, dah kangen gw sama budak gw yang satu ini." ujarnya sambil menginjak kepalaku. Lalu menjadikan kepalaku seperti kesetnya sampai mukaku menempel dengan lantai.

"Terima kasih tuan regi..." ujarku pasrah

Kemudian setelah tuan regi menginjak kepalaku aku mendatangi satpam lainnya dan mencium kakinya juga dan menanti ia menerima penghormatanku. Aku merasakan satpam ini juga menginjak kepalaku, dan aku merangkak ke satpam ke3 dan mendapatkan perlakuan yang sama.

Kemudian dengan kasar Regi menarik putingku dan menyeretku ke sebuah kursi dimana ia duduk dan membuka celananya. Ia menarik rambutku dan membenamkan kepalaku ke penisnya dan memaksaku untuk melayaninya. Aku hanya pasrah dan melayaninya dengan pasrah. Ciciku hanya bisa melihatku dengan kasihan diperlakukan seperti ini.

"Udah 2 minggu gw kangen sama loe Lonte !" ujarnya sambil dengan kasar mengendalikanku dengan menjenggut rambutku. Aku kesulitan bernafas tapi aku hanya bisa pasrah.

Sesekali aku melihat ciciku dari sisi mataku yang sedang melihatku dengan lirih bersama dengan mistress Laureen.

"ini keseharian adik loe ci. Tiap pulang dari kerja, dia bakal dipake dulu sama satpam-satpam sebelum dia balik ke kamarnya. Enak ya hidunya ngewe melulu," ejek Laureen.

Ciciku hanya diam saja.

"Wah itu cicinya Budak erva ?"

"Iya tapi loe gak boleh sentuh !" tegas misstress Laureen.

Regie memperlakukanku dengan kasar dan ia memuntahkan spermanya di mulutku dan memaksaku menelannya. "Telen... telen semua bego !" ujar Regi yang menahan kepalaku di selangkangannya. Aku hanya pasrah menelan sperma yang dimuntahkannya di mulutku.

"Eh goblok ini tumpah-tumpah !" Regie menarik rambutku dengan kasar lalu mendorong kepalaku ke ceceran sperma yang ada di lantai dan menyuruhku menjilatinya sampai bersih. Sungguh hina dan memalukan. Berikutnya kedua satpam juga bergantian memakai mulutku. Satpam pertama menembakan spermanya sengaja ke lantai dan memintaku untuk menjilatinya sampai bersih. Aku yang menjilati sperma di lantai hanya bisa menelan harga diriku didepan ciciku dan menelan semua sperma di lantai, bahkan beberapa sengaja diinjak oleh satpam sehingga bercampur debu tanah.

Satpam kedua menembakan spermanya di wajah dan rambutku dan aku tidak diijinkan untuk mengelapnya.

"Nih ci, adek loe yang lonte gw balikin !" ujar Regi yang menarik putingku dan mendorongku ke ciciku.

"Masuk sana ke unit loe lonte !" ujar Regie.

Aku segera menyembah Regie kembali, "Terima kasih tuan," ujarku kemudian aku berjalan sambil  menarik tangan ciciku agar mengikutiku. Aku berjalan dalam kondisi berlutut ke arah lift dan menanti lift terbuka. Aku masuk ke lift diikuti oleh ciciku. Mistress Laureen berjalan dengan santai dibelakangku.

Di Lift aku menaruh kedua tanganku yang diborgol dibelakang leherku yang terkundi dengan collar besi. Kemudian aku membusungkan kedua dadaku dan menutup mataku karena malu.

Liftpun naik dan berhenti di absement lain dimana ada seorang pria amsuk.
"Eh ada lonte ini... dah lama gw gak liat. Wah muka loe penuh peju ya," ujarnya menjauh dariku.

"S-silahkan menggunakan lonte ini sekehendak t-tuan...lonte ini tidak akan melawan. Saya hanyalah budak seks," ujarku pasrah dan malu. Ciciku kudengar menahan tangis melihatku merendahkan diri sedangkan mistress Lauren menahan tawa.

Di lantai berikutnya ada sepasang suami istri yang tidak jadi masuk karena kaget dengan ada seorang lonte sepertiku di dalam lift.

Di lantai dasar, ada 3 orang pria muda pulang kantor yang masuk dan mereka melihatku yang payudaranya sedang dimainkan oleh si pria yang tadi masuk di basement 2.
"Wah lontenya bagus,"

"Ini cuma budak seks, pegang-pegang aja bro gratis !" ujar si pria tadi sambil mencubit putingku dengan kasar.

"Ah anjir mana gw pengen pipis lagi......" ujar salah satu pemuda yang baru masuk dengan rambut keritingnya dan dengan logat timur.

"Pake budak saya aja buat jadi urinoir !" ujar Laureen menawarkan. "Buka mulut loe lonte, minta tuan ini untuk ngencingin kamu !" perintah Laureen membuatku merasa menadaptkan rasa hina yang luar biasa. Di depan ciciku aku ahrus meminum kencing juga ? Aku hanya bisa pasrah menangis.

"T-t-tuan si-silahkan gunakan saya sebagai urinoir......" ucapku memandang dengan sayu ke arah si pria yang kebelet sambil membuka mulutku dan mengadahkan wajahku agar si pria itu bisa mengencingiku.

Si pria tadi tampak ragu-ragu tapi disemangati oleh sekelilingnya. Akhirnya ia mengelkaurkan penisnya yang sudah menegang dan mengencingiku di lift yang sedang naik.

Tentunya secepat apapun aku mencoba menelan kencingnya, ada sedikit kencing yang berceceran kelaur dari mulutku ke badanku. Ini sungguh menyedihkan menjadi urinoir di depan ciciku yang tampak menangis melihatku.

Maafkan aku cici, adikmu ini sudah benar-benar hancur dan mempermalukan keluarga.

"Bersihkan juga jika ada yang berceceran !" perintah mistress Laureen.

Kami akhirnya sampai di lantai tempat aku tinggal. Pintu lift terbuka dan Mistress Laureen menahan pintu lift agar terus terbuka karena aku amsih dikencingi. Setelah aku beres dikencingi dan menelan semua kencing di mulutku yang begitu menjijikan, aku masih harus menjilati air kencing yang bermuncratan di lantai lift sampai bersih sampai liftku berbunyi karena terlalu lama berhenti.

Aku kemduian  merangkak keluar dan menyembah ke arah para penghuni lift sampai pintu tertutup barulah aku kembali merangkak sampai ke kamarku dan masuk bersama cici dan Mistress Laureen.

"Selamat berbuka bersama kalian berdua," ujar mistress Laureen. "Ingat, kamu adalah budak, kalau kamu gak berlaku sebagai budak.... kamu akan dihukum !" Mistress Laureen menunjuk ke salah satu CCTV yang terpasang. Ia memberiku peringatan bahwa semua gerakanku akan diawasinya. Kemudian ia meninggalkanku dan ciciku berdua di kamar.

Aku menyadari kini seluruh apartemenku telah dipasang lapisan peredam sehingga suara yang terjadi di ruangan ini sepertinya tidak akan keluar. Mungkin Mistress memasangnya agar bebas menyiksaku sehingga jika aku teriak-teriak kesakitan tidak mengganggu sebelah.

"Kamu tiap hari mengalami hal seperti ini ?" tanya ciciku langsung mencoba memelukku.

"J-jangan dekat-dekat...." jeritku. "Aku kotor ci, biarkan aku membersihkan diriku dulu...." uajrku masuk ke kamar mandi. Aku segera mandi dan membersihkan diriku, menyikat gigiku dan berkumur dengan pembersih mulut. Aku juga keramas dan membersihkan seluruh diriku sampai aku merasa bersih.

Kemudian aku kelaur kamar, aku kemudian mempersilahkan ciciku untuk mandi sementara aku mempersiapkan makan malam. Ya cukup sulit bekerja dengan borgol di tanganku dan juga kedua rantai besi di kakiku dan juga collar besiku tapi aku hanya patuh dan mulai membereskan dapurku, mengambil piring dan menyiapkan makan malam. Aku melihat di meja sudah ada makanan yang disiapkan. Aku melihat ada pasta yang terbungkus. Dua bungkus, satu lasagna dan satu lagi aglio olio dengan udang tiger. Lalu aku melihat ada sekotak makanan anjing juga. Aku menghangatkan pasta dan menyiapkan champagne. Kutaruh ember berisi es dan kusimpan chamgane di sana. Kusiapkan sebuah gelas champagne juga di meja bersama dengan makanan yang kusiapkan untuk ciciku.

Aku menghela nafas. Aku tahu percis jika aku memakan makanan manusia, aku pasti akan dihukum. Sehingga aku menaburkan makanan anjing di samping meja tempat nanti aku akan makan seperti biasa.

Kemudian aku berlutut di depan kamar mandi dimana ciciku sedang mandi.
Aku memasang nipple clamp yang dihubungkan dengan rantai dan  menyiksa putingku dan mengigit rantainya. Kemudian aku juga menjepitkan penjepit di masing-masing bibir vagina dan menyiapkan anduk di tanganku yang kujadikan baki.

Aku menanti seperti SOP yang selalu kulakukan saat aku harus melayani tamu dari perusahaan ataupun tamu dari mistress Laureen.

Aku menunggu ciciku keluar dari kamar mandi. Ia keluar menggunakan kimono handuk. Ia melihatku dengan kaget. "Apa yang lu lakuin ? apa-apaan sih ?"

"Budak ini menyambut cici. Aku udah gak layak jadi adikmu, aku hanya budak cici. Tolong perlakukan aku seperti budak. Mistress Laureen mengawasi semua tindakanku. Mohon cici jangan berbaik hati dan menghukum adiknya yang telah mempermalukan keluarga ini." ujarku menyembah kaki ciciku.

"bangun...."

"Nona harus menginjak kepalaku untuk menerima penghormatan dari budak ini," ujarku tetap mencium kaki ciciku.

Ciciku akhirnhya pasrah dan menginjak kepalaku.
"T-terima kasih..." ujarku

Kemudian ciciku memelukku. "Kamu udah sangat menderita...."
"Ci berjanjilah sama budak ini kalau cici gakan pernah mengasihani aku. Kalau cici gini aku jadi sulit dan sedih. Tolong cici benci aku, siksa dan hukum aku supaya aku bisa menerima kehidupanku ini." Ujarku.

Ciciku melihat tubuhku dan memegang luka bakar SLAVEku.... "mereka mencapmu dengan cap panas ?"

Aku hanya mengangguk.

"Aku gak menyadarinya sebelumnya pas kamu dibawa ke rumah...." ujar ciciku.
"Kamu seperti ternak... sakit ya..."

"Jangan ci,.... please hukum aku, perlakukan aku jadi budakmu dan siksa aku. Kalo cici gini.... aku bisa nangis dan jadi gila. sakiti aku.... jadi aku bisa menerima dan sadar kalau ini memang pantas aku dapatkan..." ujarku sambil menangis.

Akhirnya aku kami memutuskan untuk makan  dalam hening. Ciciku makan di meja sedangkan aku makan seperti anjing memakan  dogfood di lantai tanpa alas. Aku makan seperti anjing tanpa tangan.

Setelah makan aku segera membereskan piring dan mencuci piring. Kemudian aku berlutut disamping ciciku yang sedang memperhatikanku.
"Silahkan nona menghukum budak ini yang telah mempermalukan keluarga," ujarku.

Ciciku tidak mau menghukumku. Ia malah melepas penjepit di vagina dan kedua nipple clampku lalu menyuruhku tidur di kasur. "Kamu harus jadi gulingku malam ini dan tidur di kasur."

"T-tapi budak ini biasa tidur di lantai, di balkon, atau di WC dengan kepala masuk ke toilet bowl. Budak ini dilarang tidur di tempat tidur. Mistress akan menyiksa budak ini jika  budak ini berani tidur di ranjang." ujarku ketakutan.

"Hukumanmu aku yang tentukan... kalau nanti kamu dihukum dan disiksa karena tidur di ranjang, itu urusan loe ! sini ke ranjang !" paksa ciciku menarikku masuk ke ranjang.

Ia kemudian memelukku. "Setidaknya kamu jadi manusia malam ini..." ujar ciicku memelukku.

Aku hanya menangis karena terharu  dan menikmati momen yang tidak lama ini.
sekitar setengah jam aku dan cici ngobrol dari hati ke hati. Kami berbicara mengenai apa saja yang terjadi dan aku mengadukan penderitaanku ke ciciku dan aku akan berusaha kuat dan memintanya untuk tidak khawatir, anggap saja aku mati.

Sampai akhirnya pintu dibuka dan Regie masuk bersama Laureen masuk ke dalam unit. Aku yang kaget langsung turun dari tempat tidur lalu memposisikan diriku berlutut, menaruh tanganku dibelakang kepala dan membusungkan dadaku.

"Hmm kamu tidur di kasur ? Kamu tahu hukumannya kan ?" tanya mistressku dengan kejam.

"Suruh cicimu menghukummu !" perintah Mistress. Aku hanya pasrah lalu mengambil sebuah cambuk dan juga sikat WC.

"Tidur di kasur, budak ini harus dihukum dengan disetubuhi oleh anjing dan tidur di kandang anjing sebagai hukumannya agar dia ingat status dirinya." ujarku pasrah.

"Tapi sebelum kamu dihukum itu, kamu akan menjalani hukuman karena cicimu gagal membuatmu orgasme di mobil," ujar Laureen.

"Te-terima kasih mistress...." ujarku berterima kasih sambil menyembahnya.

"Hukumanmu adalah, Vaginamu akan diisi oleh sikat WC, anusmu akan diisi oleh sikat botol. Kemudian Nipple clamp akan dipasang di kedua putingmu. Kemudian akan ada 100 jepitan yang akan dipasang disekujur tubuhmu. Dan kamu akan berguling di lantai pentuh dengan paku payung sampai semua jepitanmu lepas. Terakhir kamu akan dicambuk 100kali disekujur tubuhmu. Itulah hukumanmu karena gagal orgasme di mobil !"

Mendengarnya saja aku sudah mau pingsan rasanya. "T-terima kasih atas hukuman dan siksaan yang mistress berikan..." ujarku.

Kemudian Regie ke kamar mandi lalu mengambil sikat WC dan sikat botol di pantri. Ia melemparkannya ke ciciku. "Karena kamu gagal membuat adikmu orgasme, kamu harus menghukum adikmu. Aku akan memberikanmu waktu 10 menit untuk memasukan kedua benda ini kedalam vagina dan anus Erva. Kalo gagal, maka cici yang akan dihukum menggantikan Erva." Ancam Laureen.

"Ci, aku sudah terbiasa disiksa, silahkan hukum adikmu yang tidak berguna dan rendahan serta mempermalukan nama keluarga ini." Aku berpasrah membuka kedua pahaku agar ciciku bisa memasukan sikat WC ke dalam vaginaku.

"Aaaaarghhhhh !!!!! " aku menjerit sejadi-jadinya saat ciciku memaksa memasukan sikat WC itu ke dalam rahimku melalui lubang Vaginaku. Aku menjerit meraung tapi aku sendiri juga berusaha mendorong vaginaku agar menerima sikat WC mengerikan itu. Setelahnya akhirnya vaginaku penuh dengan sikat WC yang menyiksa dinding rahimku. Aku berbalik dan menungging lalu membuka anusku lalu kembali aku berteriak saat ciciku sambil menangis memasukan sikat botol kedalam anusku. Ciciku memasukannya pelan-pelan karenanya sakitnyapun lerbih lama.

Aku hampir pingsan setelah kedua benda mengerikan itu menyiksa pangkal pahaku.
Tapi penderitaan jauh dari usai. Berikutnya aku kembali menggunakan nippleclamp di kedua putingku. Mistress Laureen mengunci nippleclampku dengan sakat keras sehingga aku menjerit juga memohon ampun. Tentunya tidak dihiraukan. Berikutnya Regie dan ciciku menghiasku dengan 100 jepitan disekujur tubuhku.

Mistress Laureen kemudian menaburkan paku payung di lantai.
"Berlutut di atas paku !" peritnahnya.

Aku hanya bisa pasrah dan berlutut membiarkan paku payung menusuk kakiku. Sunguh menyedihkan. Berikutnya Mistress memastikan paku oayung menyebar di sekitar badanku dan memastikan kepalaku tidak akan terkena paku payung ketika jatuh.

Kemudian ia menendangku sampai jatuh dan aku harus berguling-guling diatas lantai berpaku payung agar semua jepitan ditubuhku terlepas. Digantikan oleh paku payung, rasanya sangat menyakitkan sekali berguling-guling di lantai yang dipenuhi oleh paku payung.

Ciciku hanya memandangku dan menangis memohon agar hukumanku diringankan oleh mistressku.

Aku sudah tidak kuat lagi untuk berguling, padahal masih ada beberapa jepitan yang belum terlepas dari tubuhku. Disekujur tubuhku kini penuh paku payung dan setiap kali aku bergerak vaginaku dan pantatku akan merasakan penderitaan yang luar biasa sehingga aku berteriak setiap kali aku berguling. Belum lagi tubuhku yang kini penuh luka dari tusukan paku payung.

Aku sudah tidak kuat lagi untuk bergerak. Tapi mistressku dengan kejam akan menendangku dengan kasar sehingga aku bergerak dan berbalik sambil menjerit kesakitan sampai akhirnya seluruh jepitan di tubuhku terlepas.

Setelah seluruh jepitan di tubuhku terlepas ia mempersilahkan ciciku untuk mengumpukkan paku payung di tubuhku dan sisa paku payung di lantai.
Aku sendiri sudah tidak kuat untuk berdiri. Seluruh tubuhku perih dan sakit dan kini penuh bekas luka.

Belum selesai penderitaanku kini Mistressku mengambil cambuk lalu memposisikanku untuk mengangkang seperti kodok telentang. Ia lalu mulai mencambuk tubuhku. Aku harus menghitung dan berterima kasih untuk setiap cambukan yang mendarat di tubuhku. Vagina, puting, dan seluruh bagian sensitifku menjadi incaran mistressku.

Aku mendapatkan 2 kali orgasme karena rasa sakit yang sangat menguasai diriku. Sepertinya tubuhku memberikanku orgasme ketika ada cambukan yang menghantam vaginaku yang terisi sikat WC. Aku menjerit kesakitan dan rasa sakit yang tak tertahankan itu memberikanku orgasme sebagai bentuk perlindungan.

Sampai akhirnya aku hampir pingsan setelah 100 cambukan mendarat di tubuhku.
Mistress Laureen lalu mempersilahkan ciciku untuk melepas nipple clamp dan sikat WC serta sikat botol di tubuhku.

Setiap paku payung yang dicabut di tubuhku membuatku meringgis kesakitan, apalagi ketiak ciciku mencabut sikat WC dan sikat botol, aku meraung sejadi-jadinya dan menangis. Tubuhku sampai seperti merasakan orgasme lagi karena rasa sakitnya. Aku mengejang dan menjerit sampai kaku.

Akhirnya rasanya tubuhku yang terasa remuk ini sedikit mendapatkan kelegaan. Aku hanay terlentang dengan sekujur tubuh penuh luka tusukan jarum dari paku payung dan juga bekas jepitan serta cambukan.

"Va,..." ciciku memanggilku sambil mengusap tubuhku yang terlentang tak berdaya. "Va ?"

"Ya ci... ?" aku mencoba membuka mataku melihat ciciku yang mengkhawatirkan keadaan diriku.

"Lonte gak berguna !" mistress Laureen kemudian menginjak kedua payudaraku dengan sepatu hak tingginya membuatku menjerit kesakitan. "keset mana yang berisik !" bentaknya sambil mencambuk selangkanganku.

"Denger hukuman loe karena tidur di ranjang belom lu beresin !" ujarnya sambil menggesekan hak sepatunya di putingku.

Tak lama aku mendengar suara langkah kaki Regie masuk ke kamar membawa seekor anjing German Shepherd yang biasanya ada di pintu gerbang apartemen untuk melacak bom.

"Kenalkan nama tuan barumu, wah tuanmu banyak ya ada Tuan Golden dan Bruce. Hari ini akan ada satu lagi tuan baru yang akan menjadi pemilik apartemen ini. Siapa namanya ?" tanya Laureen ke Regi.

"Brutus" ujar Regie.

"Nah aku memberikan kamarmu ini menjadi kandang anjing penjaga. Jadi anjing akan tidur di sini dan ini adalah kamar Brutus. Kamu hanya menumpang. Malam ini cicimu ada di sini, Brutus sebagai tuan rumah yang baik akan menemani kamu tidur di WC. Tapi mulai besok sampai seterusnya, Brutus akan tinggal di sini setiap malam. Ranjang ini akan jadi ranjang brutus dan kamu akan melayani tuan brutus dengan baik. Ngerti ?"


Aku hanya bisa pasrah menerima nasib ini. Air mataku mengalir dari mataku membayangkan aku akan hidup dengan anjing ini dan anjing ini akan menjadi tuanku setiap hari.

"Ngerti ga ?!" bentak Laureen sambil mencambukku dengan cambuknya. Ia mencambukku berkali-kali ke dada dan vaginaku.

"I-...iya ngerti....ngerti...." ujarku sambil meringkuk karena dicambuk berkali-kali.

"Terus bilang apa ?" tanya Laureen.

Aku mencoba untuk bergerak dan mengambil posisi untuk bersujud kepada mistress Laureen dan mengucapkan "terima kasih". Sambil mencium kakinya. Air amtaku tidak bisa berhenti mengalir meratapi nasib burukku. Aku sekolah di laur negeri, memiliki posisi yang baik, koneksi yang cukup luas, tapi kini aku hanyalah budak paling rendahan dan objek siksaan.

Kemudian regie menyeretku dan mendekatkan wajahku ke selangkangan Brutus. "Jalankan hukumanmu !"

Aku hanya pasrah dan mulai menjilati ujung penis anjing itu agar mengeras dan mulai menciuminya. Baunya tetap tidak sedap dan menjijikan berapa kalipun aku melakukannya. Aku kemudian memasukannya ke mulutku dan tangan kiriku kugunakan untuk menstimulasi vaginaku agar becek. Aku takut jika aku tidak becek vaginaku akan robek.  Aku melihat ciciku membuang muka saat aku melakukan ini.

Ya inilah hidukpu sekarang, aku sudah jauh lebih rendah dari perempuan manapun. Aku sudah jatuh ke lubang yang paling dalam dan seakrang hidupku ini tidak lebih dari seonggok daging yang seumur hidup akan menjadi objek seks sampai aku mati.

"Aaaarghhh !!" aku menjerit ketika penis Brutus masuk ke dalam liang vaginaku. Anjing itu memompaku dengan brutal dan cakarnya mencengkeram pundakku membuatku kesakitan. Kena cakar saat disetubuhi anjing memang hal yang biasa.

Aku hanya berusaha menikmatinya karena saat nanti ejakulasi.....


"AAAAAAAAArghhhhh !!!" aku merongrong kesakitan saat penis di dalamku melakukan knotting membuatku sangat kesakitan dan terjadi penguncian penis anjing di dalam vaginaku. Aku menangis dan meraung-raung kesakitan.

Regie yang berdiri dihadapanku memelorotkan celananya lalu dengan penisnya ia memperkosa mulutku dengan penisnya.
Aku di knotting anjing sambil harus mengoral penis milik Regie. Ciciku setengah menangis dan aku merasakan ia merasa bersalah karena memaksaku naik ke ranjang. Ia pasti tidak tahu bahwa hukuman ini akan terjadi padaku.

Aku memutar kembali bagaimana di lift aku dikencingi oleh orang asing, kemudian disiksa dan diperkosa oleh anjing dan semuanya dilihat oleh ciciku. Aku merasa aku ini sangat menjijikan. Lebih rendah dari sampah masyarakat dan lonte manapun. Apalagi kini apartemenku sekarang adalah kandang dari Brutus da aku hanya menumpang di kandang ini.

Aku membayangkan nanti ketika ciciku sudah pulang, maka aku akan tinggal tiap malam disini bersama Brutus.

TIba-tiba aku tersedak oleh sperma yang dikelaurkan Regie di mulutku. regie terus meanhan mulutku sehingga aku menelan semua spermanya lalu aku membersihkan penisnya sambil merintih karena vaginaku masih terasa sakit akibat knotting dari Brutus.

"Aku rasa kalian perlu istirahat, aku tinggal kalian," ujar mistress Laureen yang keluar dari unit apartemen Brutus ini.

Aku masih terkunci knottingan Brutus, dan ciciku hanya bisa menangis memandangku untuk beberapa saat.

Aku masih terus merasakan perih berkelanjutan divaginaku tapi aku hanya bisa pasrah menerima tuan Brutus yang sedang mengknotting diriku.

"K-kamu udah sering di-diperkosa sama...."
"I-iya.... budak ini sudah pernah diperkosa beberapa kali dengan anjing, bahkan budak ini pernah dibawa keliling kebun binatang untuk diperkosa oleh beberapa binatang," ujarku pasrah.

"k-kenapa ga lapor polisi ?"

"Budak ini memang pantas dihukum seperti ini, mohon cici tidak perlu berbelas kasihan. " ujarku sambil menangis. Tentunya aku tidak bisa bilang bahwa aku tdiak bisa lapor polisi karena aku takut terjadi sesuatu dengan mama dan ciciku. Belum lagi banyak polisi korup yang sudah disuap oleh keluarga Laureen. Tentunya aku tidak berani mengambil resiko.


"Apa sangat sakit ?"

"i...iya.... tp budak ini sudah terlatih....."ujarku. "s-silahkan cici i-istirahat.... biar bu-budak ini tidak mengganggu cici...." ujarku sambil merangkak dalam posisi masih knotting dengan Brutus. Aku merangkak dengan menyedihkan menggondong brutus di punggungku ke luar dari kamar tidur dan membawanya ke kamar mandi. Dengan sedih aku memasukan wajahku ke kloset dan berusaha tidur.

"Kamu tidur dalam posisi itu ?" tanya ciciku mengejutkanku.

"I-iya... budak hanya boleh tidur dalam posisi kepala di dalam kloset, ataupun tidur di balkon dalam keadaan telanjang. Jika mistress berbaik hati, budak bisa tidur di lantai kamar mandi, atau di lantai. Tapi kasur hanya boleh digunakan saat budak diperkosa," ujarku.

"..." ciciku hanya diam. "Mo-mohon cici kembali ke kamar dan beristirahat. Budak ini juga perlu istirahat..... " kataku sambil menunjuk ke arah CCTV di akamr mandi. Ya seluruh apartemenku sudah dilengkapi CCTV dimana suara kami semua terekan jelas dan dapat dicek kapanpun oleh mistress. Makanya aku selalu berusaha merendahkan diriku, karena aku memang budak rendahan yang akan dihukum jika tidak menunjukan manner seorang budak.

Setengah jam kemudian, Brutus mencabut penisnya dari vaginaku dan menjilati vaginaku dimana aku hanya bisa tertidur dengan kepala di dalam kloset. Aku sduah sangat letih dan tidak tahu apa yang terjadi.

Tiba-tiba aku diflush dan membuatku terkejut. Aku hendak mengangkat kepalaku tapi ada kaki yang menahan kepalaku keluar dari kloset. Ketika flush berakhir barulah aku dijenggut dan kulihat Regie si satpam yang melakukaknnya.

"Udah subuh, saatnya sahur !" ujarnya sambil membuka celananya. Aku tahu maksudnya lalu mulai menyembahnya dan mulai melayaninya. Memasukan penisnya ke dalam dan menjilatinya sampai ia memuncratkan spermanya ke dalam mulutku yang merupakan sahurku. Kemudian Regie menyeretku keluar dari kamar dan aku diabwa turun dalam keadaan telanjang ke basement 1 lalu di dekat ram post tempat orang menempelkan kartu, terdapat jeruji parit. Ia dan seorangs atpam membukanya dan menendangku masuk ke parit. Lalu menutup jeruji besi parit tersebut.

"Hari ini kamu akan dipenjara di sini lonte...." ujar Regie sambil mengencingiku.

Aku hanya bisa menangisi nasibku di bulan puasa ini. Dan hari itu mobil-mobil berlalu lalang tanpa sadar bahwa ada aku dibawah sini dalam kondisi menyedihkan. Aku melihat mobil Laureen juga melewatiku, sepertinya ia menjemput ciciku untuk pulang kembali. Semoga saja ciciku baik-baik saja.

- To Be Continue


Next Chapter Spoiler : 

  • BUKA BERSAMA #2 bersama perusahaan tempat Erva Bekerja
  • BUKA BERSAMA #3 bersama Mistress Laureen dan geng 
  • BUKA BERSAMA #4 bersama teman SMA
  • BUKA BERSAMA #4 bersama GYM
  • BUKA BERSAMA #6 bersama perusahaan Mistress Laureen
  • MALAM TAKBIRAN dan IDUL FITRI bersama Zahra



 
 

17 August 2024

Pendahuluan : Budak ini diperintahkan oleh master untuk mengupdate blog "Budak harus memohon maaf ke warga Indonesia lain di blog bud...